PELANTIKAN BANTARA

Pelantikan Bantara

Libur semester kenaikan kelas telah berakhir. Aku masuk sekolah dengan hati gembira karena sebentar lagi akan diadakan pelantikan bantara. Waktu kelas 10 SMK ekstrakurikuler yang wajib diikuti setiap murid adalah pramuka. Setiap pertemuan setelah penerimaan tamu ambalan di Makam Pahlawan Kusuma Bangsa selalu diadakan ujian SKU. Bagi yang ingib menjadi bantara harus mengikuti seluruh ujian. Aku mengajak teman sekelasku untuk ikut ada yang mau dan banyak juga yang tidak mau.
“ Er, ayo ikut jadi bantara, biar bisa deket sama kak Miko”, Aku merayu pada Erni temanku sebangku agar mau ikut.
“ Enggak ah Yani, aku takut apalagi waktu diceritain tentang pelantikan bantara, huuuh sereeem”, Erni menjawab dengan nada acuh tak acuh.
Aku ikut mendaftarkan diri sebagai bantara karena aku ngefans sama Kak Abi kakak kelasku yang juga jadi bantara. Ujian SKU berhasil kutempuh dengan lancar mungkin karena pengujinya Kak Abi jadi  membuat semangat dan sekalian cari perhatian (modus). Sebelum libur semester kenaikan kelas kemarin telah diumumkan syarat-syarat dan perlengkapan yang harus  dibawa saat pelantikan bantara. Aku masih bingung pada satu hal yang harus di bawa yaitu disuruh membawa minuman air mineral 1L merk ‘takono’. Teman-temanku juga bingung harus mencari kemana. Diam-diam aku tanya ke Kak Abi lewat sms tetapi tidak dibalas-balas. Aku berpikir keras untuk memecahkan teka-teki minuman itu. Terbesit di pikiranku ‘Takono” artinya tidak ada kalau dalam bahasa Indonesia. Akhirnya aku membeli minuman, lalu merknya aku sobek, jadilah minuman “takono” versiku.
Hari pelantikan telah tiba, hari sabtu malam ahad legi pukul 16:00 semua calon bantara harus berkumpul di lapangan sekolah. Tiga buah salak, tiga buah lilin dan satu korek api kuserahkan ke panitia registrasi sebagai persyaratan. Upacara pembukaan segera dimulai dan panitia menjelaskan semua prosesi.
Selepas sholat isya, semua berkumpul di lapangan untuk makan malam dengan bekal yang dibawa masing-masing berupa nasi golong 5cm, tempe segitiga dan oseng-oseng daun pepaya dibungkus karet warna hijau. Panitia mengecek satu per satu bekal, aku sangat khawatir karena ternyata yang kubawa malah oseng-oseng daun singkong. Aku beruntung karena keadaan uang cukup gelap disekitarku membuat panitia tidak begitu memperdulikan bekal yang kubawa. Bekal itu harus dihabiskan dalam waktu lima menit kalau tidak akan diberi hukuman. Waah, dengan cepat dan lahap sampai-sampai ada yang tidak aku kunyah, kuhabiskan bekalku. Perutku rasanya penuh sekali membuat aku mual ingin muntah. Semua peserta dipersilakan minum dengan minuman ‘takono” yang sudah dibawa masing. Aku lihat sekeliling ada yang membawa seperti versiku, ada yang merk Aqua, Aquaria, Total. Tiba-tiba Kak Abi selaku ketua bantara mengagetkan semua yang di lapangan.
“ Selamat kepada peserta yang sudah membawa minuman yang benar, dan yang salah akan diberi hukuman”. Kak Abi teriak menggunakan toak.
Aku kena hukuman karena aku salah membawa, ternyata merk “takono” itu maksudnya bertanyalah pada penjualnya, jadi mau dikasih merk apa saja boleh. Banyak yang kena hukuman, menyanyikan lagu bintang kecil dengan mengganti vocal menjadi i. Semua yang ada dilapangan tertawa. Cerita menyeramkan tentang pelantikan bantara yang beredar belum terbukti hingga acara ini. Acara makan malam berakhir menyenangkan, dilanjutkan acara renungan malam tentang pengorbanan ibu. Suasana malam yang hening membuat pikiran terkenang akan memori tentang ibu. Hampir semua peserta menangis tersedu-sedu. Tapi ada yang membuatku ingin tertawa, geli rasanya ketika yang lain memanggil ibu saat menangis, aku mendengar salah seorang peserta putra memanggil bapak. Renungan malam berjalan lancar dengan suasana mengharu biru. Semua peserta dipersilakan istirahat untuk menyiapkan mental di puncak acara pelantikan bantara.
Tepat jam 12 malam pintu di dobrak oleh kakak panitia. Aku terkejut langsung terbangun. Semua disuruh ke lapangan dengan memakai pakaian olahraga dalam waktu 5 menit. Aku kebingungan mencari tas ranselku karena gelapnya kelas, panitia tak mengizinkan untuk menyalakan lampu. Jantungku berdegup kencang, mungkinkah ini malam penggojlokan itu? Aku berlari ke tengah lapangan di tengah gelapnya malam melengkapi barisan. Pelantikanpun dimulai, semua peserta dibuat berpasang-pasang. Tugasnya adalah menemukan pasangan buah salak yang satu adalah pertanyaan dan yang satu adalah jawabannya. Buah salak telah disebar di kelas-kelas dan kamar mandi.
Aku berpasangan dengan Hesti anak pemasaran 4 mendapat giliran pertama. Kami bergandengan tangan berjalan perlahan menuju ke kelas-kelas. Tiba-tiba didekat tempat parkir muncul sesosok orang berpakaian serba hitam. Kamipun mengucapkan salam seperti yang dijelaskan kakak panitia bantara. Kelas demi kelas telah kami lewati menemukan jawaban dari dasadarma ke tujuh. Berbagai samara hantupun telah kami lewati, mulai dari kuntilanak yang berkeliaran di tangga menuju kelas, hingga pocong-pocong yang berada didalam kelas. Akhirnya kami menemukan jawaban di ruang kelas 14 yang terkenal angker di sekolahku. Dengan persaan takut campur aduk dengan senang kami tiba di pos akhir. Hampir jam 4 pagi semua peserta berhasil menemukan pasangan buah salak. Peserta putri banyak yang pingsan karena ketakutan. Aku merasa bangga dapat melewati malam uji nyali itu. Setelah semua sudah berkumpul kembali dilanjutkan sholat subuh. Upacara pentupan sudah disiapkan dan bantara angkatanku resmi dilantik. Aku sekarang merasa mempunyai tanggung jawab sebagai generasi muda untuk berperan aktif dalam kegiatan pramuka.
Keesokan paginya di sekolah peserta yang ikut, bercerita tentang pengalaman uji nyali semalam. Ada yang mengaku bertemu kuntilanak sungguhan di ruang kelas. Bahkan ada yang pingsan bertemu pocong dikamar mandi. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Keceriaan, ketegangan dan kebersamaan mewarnai acara pelantikan bantara.

^_^

Komentar

Postingan Populer