DONOR DARAH YUK MARI!
Hari Sumpah Muda diperingati setiap
tanggal 28 Oktober, tahun ini diadakan peringatan sumpah pemuda oleh PC IPNU
IPPNU Kabupaten Bantul dengan mengadakan kegiatan donor darah bekerja sama
dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Bantul dan kegiatan seminar yang
bertemakan Seminar Kebangsaan. Acara tersebut diadakan di gedung Rumah Dinas
Bupati Kabupaten Bantul. Donor darah, mendengarnya saja membuat orang
membayangkan jarum suntik dan kantong darah. Aku menjadi salah satu panitia
kegiatan di acara seminar tersebut. Sekitar pukul 08.00 WIB acara diawali
dengan pembukaan. Bagi yang ingin mendonorkan darahnya harus di cek
kesehatannya terlebih dahulu. Aku ingin sekali mendonorkan darahku, dulu aku
pernah ingin mendonorkan darah tetapi karena berat badanku tidak memenuhi
standar maka aku tidak diperbolehkan untuk mendonor darah. Tapi kini berat
badanku yang menurutku banyak alias gendut, aku pun mendonorkan darahku dan ini
akan menjadi donor darah pertamaku. Memasuki ruangan cek kesehatan aku sudah
merasa gugup sekali, rasanya jantungku berdetak lebih cepat seperti genderang
mau perang (loh kok malah nyanyi). Aku mengambil formulir pendaftaran donor
darah lalu kuisi sambil menunggu panggilan aku duduk di kursi antrian yang telah
disediakan. Antusias para peserta donor darah ternyata cukup tinggi, hal itu
terbukti dengan banyaknya yang mengantri. Sesekali ku perhatikan petugas yang
sedang mengambil darah seorang pendonor. Berbagai ekspresi pendonor tercuat
mulai dari menutup mata, ada yang meringis bahkan ada yang datar-datar saja
wajahnya. "Fepy Laili" dug dug dug dug , aku semakin grogi ketika
namaku dipanggil. Entah karena petugasnya yang ganteng (hehe curcol) atau gugup
mau mendonor. Aku kira langsung disuruh ke tempat tidur untuk diambil darahnya
tetapi ternyata aku disuruh duduk dulu lalu petugas melakukan cek kesehatan.
Aku disuruh menimbang berat badanku terlebih dahulu dan ternyata berat badanku
50 kg dan aku pun masuk kriteria. Setelah penimbangan berat badan petugas menensi
darahku dan alhamdulillah normal juga. Setelah itu petugas mengkonfirmasi
formulir yang telah aku isi untuk memastikan semua benar."Ya, silakan saya
antar" dengan senyum manisnya mempersilakan aku untuk ke tempat pendonoran
darah. Aku mulai berbaring dan seorang petugas yang kuketahui bernama Silvi
mulai menyiapkan jarum suntik dan mulai mengambil darahku. Aku menutup mataku
karena aku takut dan rasanya itu hufffh "mak clekit" kalau kata
orang Jawa bilang. "Sudah mbak, ini sudah selesai" tak butuh waktu
lama donor darah selesai. "Terima kasih atas donor darahnya" sambil
memberi bingkisan snack seorang petugas yang lainnya memberikanku. Lega rasanya
aku telah mendonorkan darah. Akupun ingin membuat jadwal untuk rutin bisa
melakukan donor darah setiap sebulan sekalilah paling tidak (Semoga bisa).
Sebuah bukti nyata bisa yang membangkitkan rasa toleransi antar sesama bisa
dilakukan dengan melakukan donor darah.
B
Komentar
Posting Komentar