Hari Gini Gak Nutup Aurat, Apa Kata Akhirat?
Tahun ajaran baru
telah dimulai, segala sesuatu akan terasa baru. ‘Hanifah’, namaku terpampang
nyata di papan pengumuman penerimaan siswa baru. SMK N 1 Bantul menjadi sekolah
baruku, dulu putih biru kini putih abu-abu, teman-teman baru dan guru-guru yang
baru pula. Suasana barupun kutemukan di kelas X
Akuntansi 2 yang semuanya adalah siswi. Sebenarnya dulu ada 1 siswa
dikelas tetapi karena dia merasa tidak nyaman kalau putra sendiri akhirnya dia
dipindah di kelas X Akuntansi 3. Harapan dan komitmen baru juga selalu
kumiliki. Salah satu harapanku adalah aku menjadi lebih baik dari kemarin
dengan lebih bersungguh-sungguh untuk melakukan segala sesuatu dengan niat yang
baik dan tidak setengah-tengah agar aku menjadi pelajar yang berprestasi. Aku
juga memiliki sebuah komitmen yang rasanya cukup berat dilaksanakan untuk
perempuan-perempuan di luar sana yaitu berhijab. Aku terinspirasi dari aktris
yang kukagumi yaitu Zaskia Adya Mecca dan Oki Setiana. Setiap melihat mereka
perform menjadi presenter nampak anggun dan ada aura tersendiri. Karakter dan
sikap seakan terjaga dengan hijab yang dipakai.
“Hanif...”, Nia
teman sebangku membuyarkan lamunanku dengan teriakannya yang super keras.
Dia memberiku sebuah
brosur tentang acara pengajian sekolah yang didapatnya dari kakak kelas pagi
tadi. Aku membaca dengan seksama waktu dan tempat diselenggarakannya. Hampir
semua temanku tertarik dengan acara besok ahad legi. Sudah menjadi tradisi di
sekolahku tiap ahad legi diadakan pengajian dan dzikir bersama. Siapa lagi yang
mencetuskan ide pengajian ini kalau bukan guru agama Bapak Kyai Markhaban.
Beliau juga pencetus ide untuk mengaji atau tadarus Al Quran setiap pagi
sebelum pelajaran jam pertama di mulai. Sesosok yang religius tapi selalu mampu
menyampaikan materi pelajaran pendidikan agama islam dengan gayanya yang khas
dan guyonan-guyonan yang mengocok perut. Setiap pelajarannya selalu di mulai
dengan membaca asmaul husna dilanjutkan dengan mengabsen kegiatan ibadah,
dengan menunjukkan kartu daftar ibadah, mulai dari sholat wajib berjamaah dan
sholat dhuha. Aku menyukai metode pembelajarannya karena dengan begitu aku dan
teman-temanku punya motivasi untuk beribadah. Pak Mar, begitulah sapaannya,
selalu mengingatkan agar kita beribadah jangan demi mendapat nilai tetapi
berniat karena Allah S.W.T.
Sehari sebelum acara
pengajian dimulai nampak para anggota rohis sibuk membersihkan Mushola At
Tholibin sepulang sekolah. Poster dan spanduk dipasang, segala perlengkapan
telah disiapkan. Tertulis sebuah nama ustad yang tak asing lagi bagiku di
spanduk besar ‘ Ust. H. Wuntat Wawan Sembodo, S. Ag’ . Setauku beliau adalah
seorang pendongeng anak yang juga motivator. Tidak biasanya yang mengisi materi
pengajian mengundang ustad dari luar sekolah. Tema pengajian besok juga sangat
aku minati karena lagi sesuai dengan suasanaku yaitu “Berhijab Yuk”. Aku mulai
memenuhi komitmen perlahan-lahan, dengan memulai dari hal yang kecil. Setiap
pergi ke luar rumah aku mulai memakai kerudung. Hal itu membuat ibuku menjadi
bingung dan bertanya “Mau pengajian kemana Han?”, padahal aku hanya mau ke
warung dekat rumah. Setiap aku main
dengan tetanggaku aku disindir-sindir kalau aku sekarang berubah katanya sok
muslimahlah, sok inilah, sok itulah, membuat hatiku terguncang tak karuan.
Tetapi aku sudah berniat untuk melakukan komitmen ini.
Ahad pagi yang
mendung, gerimis mengguyur kawasan Manding. Aku telah bersiap-siap berangkat.
Sesampainya disana ternyata sudah banyak yang datang. Walau mendung tapi
semangat untuk datang selalu terang. Tak lama kemudian pengajian segera dimulai.
Semua yang hadir larut dalam dzikir dan doa bersama. Tausyiah sebagai penutup
tiba juga, aku sudah tidak sabar menunggu. Ustadz Wuntat menyapa kami dengan
gaya khasnya. Sebelum masuk ke inti materi pagi menjelang siang itu,
ditayangkan sebuah video motivasi tapi lebih tepatnya kalau menurutku video
renungan. Sungguh betapa jauh beruntungnya kita dari orang-orang diluar sana
yang hidup di jalanan tak punya apa-apa. Materi inti disampaikan dengan penuh
perhatian,
“ Siapa yang siswi
memakai celana jeans acungkan tangan!”, dengan suara lantang Ustadz Wuntat berseru.
Tak ada satu
siswipun yang mengangkat tangan, karena Pak Mar memang telah mewajibkan pada
semua siswi yang berangkat pengajian tiap ahad legi harus memakai rok, “Kalau
pakai celana jeans kan mefet-mefet”, begitulah pesan Pak Mar. Ustadz Wuntat
mulai menyampaikan beberapa hadist perintah menutup aurat, ada hadist yang
selalu ku garis bawahi dalam kamus hidupku yaitu
“Sesungguhnya sebilang ahli neraka adalah
perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang yang condong pada maksiat
dan menarik orang lain untuk melakukan maksiat, mereka tidak akan masuk surga
dan tidak akan mencium baunya”.
Astagfirullah...
semoga aku tidak masuk dalam golongan itu. Perintah menutup sudah jelas dan
terpampang nyata wajib hukumnya bagi perempuan. Akupun semakin mantap dengan
komitmenku, walau harus mendengar apa yang orang-orang bilang tentang
perubahanku. Ustadz Wuntat menampilkan beberapa video mulai dari video yang
menyeramkan, menyedihkan bahkan ada yang lucu sehingga membuat kami yang hadir
tertawa terpingkal-pingkal. Materi terus berlanjut, ada beberapa hal yang
termasuk aurat perempuan sesuai dengan hadist Nabi dan larangan-larangan
tertentu. Aku mendapat pelajaran penting antara lain perempuan tidak boleh
mencukur/ menipiskan bulu kening/ meminta supaya dicukurkan bulu keningnya,
perempuan tidak boleh memakai wangi-wangian, perempuan tidak boleh menggunakan
gelang kaki karena hal tersebut kebiasaan perempuan pada masa jahiliyah. Adzab
yang perih adalah balasan bagi yang tidak menutup aurat bagi perempuan yang
membuka rambut kepalanya selain suaminya akan digantung dengan rambutnya di
atas api neraka sehingga menggelegak otaknya. Masyaallah ....... sungguh mengerikan siksa akhirat aku tak sangup
membayangkannya. Sebelum mengakhiri tausiyah siang itu Ustadz Wuntat berpesan
agar kami tidak terpengaruh oleh model atau gaya hijab yang telah bergulir
beberapa waktu ini yang nampaknya menutup aurat tetapi kenyataannya adalah
tidak karena model sekarang menutup aurat tetapi masih menampakkan lekuk
tubuhnya dengan celana atau pakaian ketat yang dipakainya ditambah lagi dengan
kreasi kerudung yang menampakkan seolah-olah itu adalah rambut. Pengajian
ditutup dengan penampilan hadroh rohis At Tholibin, dengan senyam senyum aku
diam-diam mengagumi kakak kelasku Kak Abi sejak melihatnya di mushola pertama
kali waktu mau sholat dhuha.
Banyak hal aku
dapat hari ini, selain
kemantapan-kemantapan hati ada rasa bangga tersendiri aku berada dalam jalan
ini. Aku yakin bisa jadi perempuan sholehah. Aku takut tidak dapat memenuhi
kewajibanku karena maut senantiasa di sampingku. Aku yakin pasti bisa berhijab
dengan syar’i . Aku sudah tahu perintah menutup aurat adalah kewajiban dan apa
balasannya di akhirat. Sekecil apapun perbuatan pasti akan balasannya di
akhirat kelak. Biarlah di dunia ini dipanggil anak gak gaul karena aku tak
ingin terbelunggu arus kreasi hijab masa kini yang hanya mementingkan bentuk
dan gaya kerudung. Ada sebuah hadist yang sekaligus kujadikan motto hidupku
yaitu “ Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan akan kamu hidup selamanya dan
beribadahlah kamu untuk akhiratmu seakan akan kamu akan mati esok hari”. So
Girl, hari gini gak nutup aurat apa kata akhirat? mari bersama berhijab dengan
syar’i, biarlah dunia berkata apa.
^_^
![]() |

Komentar
Posting Komentar