SAATNYA KITA BAPER (BAWA PERUBAHAN)
“Horeee”
Teriak seisi kelas terdengar heboh setelah mengetahui kalau Bu Icha Dosen
killer binti aneh hari ini tidak masuk. Hal ini membuat semua mahasiswa
semester lima tak terkecuali aku merasa bahagia. Aku dan temanku segera keluar
menuju tempat parkir.
“Fep, cie cie lihat
deh itu kan Kak Doni putra nya Bu Icha, ngapain ya bawa kantong sampah?”,
tiba-tiba Ika bertanya. Kami menghampiri Kak Doni untuk menanyakan keadaan Bu
Icha mengapa kok tidak masuk hari ini.
“Eh Kak Doni”,
sapa Ika malu-malu. Ika menanyakan kepada Kak Doni ternyata Bu Icha sedang ada
acara seminar di luar kota. Belum lama mengobrol Kak Doni pamit dan
meninggalkan kita. Aku merasa bingung kenapa cowok seganteng Kak Doni anaknya
Bu Dosen pula bawa-bawa kresek kayak
pemulung aja. “Masak iya sih Kak Doni itu pemulung?”, aku bertanya-tanya dalam
hati.
Saat melewati
taman kampus yang sebelumnya banyak sampah kini tiba-tiba menjadi bersih.
Mungkin tadi Kak Doni yang mengambil sampah disini. Sudah beberapa hari ini Kak
Doni rajin mengumpulkan sampah anorganik. Aku tak tahu apakah itu untuk membuat
tugas atau memang benar-benar dia peduli terhadap lingkungan.
“Fep…”,
tiba-tiba Ika mengaburkan lamunanku yang sedari tadi berkecamuk. Ika lebih tahu
dari aku tentang Kak Doni. Ternyata sampah-sampah itu dikumpulkan Kak Doni
karena dia memang peduli lingkungan dan menabungnya di bank sampah. Bank sampah
apa ya? Aku baru pertama kali mendengarnya. Karena aku penasaran maka
kuputuskan untuk mengikuti Kak Doni.
“Kreek”, kakiku
menginjak sebuah botol bekas minuman. Kak Doni segera menoleh ke arahku. Dia
menjadi tahu kalau aku mengikutinya. Aku jadi salah tingkah harus bagaimana
ini, dia berjalan pelan ke arahku. Ternyata dia mengambil sampah yang terinjak
tadi. Aku menyapanya dan bertanya-tanya mengenai bank sampah. Kak Doni baik
hati mau mengajakku pergi ke sana karena sampah di rumahnya kebetulan sudah
cukup menumpuk untuk di tabung ke bank sampah. Bank sampah ternyata tidak jauh
dari kampus kami tepatnya di daerah Badegan, Bantul.
Aku baru tahu
kalau ternyata ada bank semacam itu. Begitu sampai di bank sampah aku merasa
kagum.
Komentar
Posting Komentar