AKUNTANSI BIAYA


BAB 1
Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya
Tujuan Pembelajaran
1.  Mampu menyebutkan  persamaan dan perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
2.  Mampu mendifinisikan akuntansi biaya
3.  Mampu menyebutkan penggolongan biaya
A . Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki dua kesamaan,  pertama kedua tipe akuntansi tersebut merupakan sistem pengolah informasi yang menghasilkan informasi keuangan. Kedua berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan keputusan.
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada:
1.  Pemakai laporan akuntansi dan tujuan mereka. Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi keuangan bagi pemakai diluar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditur, langganan, para analisis keuangan, karyawan dan berbagai instansi pemerintah. Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi keperluan manajemen. Sebagai contoh manajer produksi memerlukan informasi biaya produksi untuk menetapkan tindakan tindakan yang harus diambil dalam mendorong efisiensi produksi.
2.  Lingkup informasi. Akuntansi keuangan pada umumnya menyajikan informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan. Manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan hanya mrngenai bagian tertentu perusahaan.
3.  Fokus informasi. Ditinjau  dari waktu, fokus informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan adalah masa lalu. Akuntansi keuangnan berorientasi pada masa lalu untuk menggambarkan pertanggungjawaban dana yang dipercayakan oleh pihak luar kepada manajemen perusahaan. Akuntansi manajemen berorientasi pada masa yang akan datang, karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, bukan masa yang telah lewat.
4.  Rentang waktu. Ditinjau dari rentang waktu yang dicakup oleh laporan yang dihasilkan, akuntansi keuangan mencakup jangka waktu yang sudah tertentu, biasanya satu tahun, setengah tahun, satu kuartal, satu bulan. Dilain pihak rentang waktu yang dicakup oleh laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen adalah sangat bervarisai, dari harian, mingguan sampai bulanan, bahkan ada yang mencakup periode 10 tahun.
5.  Kriteria bagi informasi akuntansi. Kriteria yang dominan untuk menilai informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Akuntansi manajemen menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajemen, sehingga akuntansi ini  tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Kriteria pokok bagi informasi akuntansi manajemen adalah manfaat bagi manajemen.
6.  Disiplin sumber. Akuntansi merupakan ilmu terapan. Sebagai ilmu terapan, akuntansi mendasarkan diri pada prinsip dan konsep yang dikembangkan dalam suatu ilmu dasar atau disiplin. Akuntansi keuangan hanya bersumber pada satu disiplin(ilmu ekonomi), sedangkan akuntansi manajemen memiliki dua disiplin sumber(ilmu ekonomi dan psikologi sosial).
7.  Isi laporan. Akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodik yang umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini  berisi informasi ringkas untuk memenuhi kebutuhan pihak luar. Akuntansi manajemen menghasilkan laporan keuangan untuk manajemen dari berbagai jenjang organisasi umumnya menyajikan informasi rinci dan mengenai bagian tertentu perusahaan.
8.  Sifat informasi. Informasi yang disajikan kepada pihak luar memerlukan ketepatan yang tinggi, karena umumnya menyangkut masa yang telah lalu. Ketidaktepatan informasi untuk pihak luar akan menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak luar terhadap laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajer. Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan adalah informasi masa yang akan datang. Informasi ini berisi unsur  taksiran yang besar.
B. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
        Proses akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan, dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupkan bagian dari akuntansi keuangan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik  akuntansi manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi manajemen.
        Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga poko produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satuan produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya  sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut. Pengambila keputusan khusus menyangkut masa yang aka datang. Oleh karena itu informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan dengan informasi masa yang akan datang.
C. Penggolongan Biaya
Terdapat lima cara penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990) yaitu :
1. Obyek pengeluaran. Dalam penggolongan ini, nama obyek pengelaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi, yaitu fungsi produksi fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a.Biaya produksi. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubugan dengan proses produksi.
b.Biaya pemasaran. Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya biaya promosi,biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, biaya contoh (sample).
c. Biaya administrasi dan umum. Merupakan biayabiaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya biaya ini adalah biaya gaji karyawan, bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat. Jumlah biaya pemasaran biaya administrasi dan umum sering pula disebut istilah biaya komersial.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
a.Biaya langsung (direct cost). Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri daribiaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemen cost) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Departemen Pemeliharaan dan biaya depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut.
b.Biaya tak langsung (indirect cost). Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a.Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b.Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya semitetap. Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume produksi tertentu.
d.Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contohnya adalah gaji direktur produksi.
5.  Jangka waktu manfaatnya.
Biaya dapat dibagi menjadi dua pengeluaran modaldan pengeluaran pendapatan.
a.Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadi dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi. Diamortisasi atau dideplesi.
b.Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Penggolongan biaya adalah penggolongan proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.





































BAB II
METODE PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
DAN IKHTISAR LABA RUGI

Tujuan Pembelajaran
  1. Mampu menghitung harga pokok produksi dengan metode full costing
  2. Mampu menghitung harga pokok produksi dengan metode variable costing
  3. Mampu membuat ikhtisar laba rugi

  1. Pengertian Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi merupakan cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Di dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable. Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak diperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok yaitu Full/Absortion/Conventional Costing dan Variable/Marginal/Direct Costing. Perbedaan pokok diantara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang bersifat tetap ( Biaya Overhead Pabrik Tetap = BOPT ). Adanya perbedaan perlakuan terhadap BOP Tetap ini akan mempunyai pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian laporan rugi- laba.

  1. Metode full Costing
Full Costing adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Berikut ini Perhitungan harga pokok produksi dan Penyajian laporan laba-rugi dengan metode full costing;

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx

Dengan menggunakan Metode Full Costing, Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.
  1. Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
  1. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi)
  2. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual.

Struktur atau susunan penyajian laporan laba-rugi Metode Full costing

Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember …
_________________________________________________________________
Penjualan (sales) xxx
Biaya Produksi (production cost):
Persed.awal brg jadi (beginning finished goods inventory) xxx
BBB (raw material cost) xxx
BTKL direct labor cost) xxx
BOP variabel (variable FOH) xxx
BOP tetap (fixed FOH) xxx
HP.Produksi (cost of goods manufactured) xxx +
Brg tersedia untuk dijual ( goods available for sales) xxx
Persed. Akhir brg jadi (ending finished goods inventory) xxx –
HPP (cost of goods sold) xxx –
Laba kotor (gross income) xxx
Biaya Non Produksi (Non production cost):
Biaya pemasaran (marketing expense) xxx
Biaya administrasi dan umum
(general & adiminstrative expense) xxx +
Total biaya non produksi xxx –
Laba bersih sebelum pajak (EBT) xxx


  1. Metode Variable Costing
Variable Costing adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. variable costing beranggapan bahwa BOP Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap dimasukkan dalam kelompok period cost ( biaya periode ).

Kegunaan Variable Costing
Metode penentuan harga pokok berdasarkan variable costing mempunyai kegunaan bagi intern dan ekstern sesuai dengan kepentingan mereka terhadap perusahaan. Bagi pihak intern, metode ini dapat dipakai sebagai penentuan harga jual, perencanaan laba dan pembuatan keputusan.
a. Penentuan Harga Jual
Teori ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga produk yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri. Walaupun sampai pada batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol harga jualnya, tetapi kontrol itu tidak menjadi sedemikian kuatnya sehingga harga pokok masih merupakan satu - satunya faktor penentu penetapan harga jual. Dalam keadaan seperti ini variable costing memberikan pedoman bagi menajemen sampai seberapa harga jual dapat berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi.
b. Perencanaan Laba
Metode variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai contribution margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan terhadap biaya variable. Bial contribution margin dihitung dalam bentuk presentase dari hasil penjualan, maka diperoleh contribution margin ratio atau marginal income ratio. Contribution margin merupakan data penting untuk membentuk menajemen di dalam mengambil keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan produksinya. Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di dalam mengambil keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang dikurangi produksinya. Di samping itu, dengan adanya pemisahan biaya tetap dan biaya variabel di dalam metode variabel costing, maka hal ini memungkinkan untuk melakukan analisa biaya, volume dan laba.
c . Pembuatan Keputusan
Manajemen sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif, dimana alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba perusahaan. Bantuan VC sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki pasar-pasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan pembantu atau suku cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut produk sebelum dijual atau menjualnya setelah proses terdahulu, keputusan menghentikan suatu produk atau meneruskannya. Untuk tujuan-tujuan ini elemen biaya variabellah yang merupakan penganalisaan lebih lanjut sebelum keputusan diambil. Atau dengan kata lain, unsur- unsur biaya yang relevan dengan tujuanlah yang mendapat perhatian manajemen. Walaupun biaya relevan tidak selamanya merupakan biaya variable, namun dalam tujuan- tujuan seperti yang telah disebutkan diatas, biaya relevan merupakan biaya variabel.
Berikut ini Perhitungan harga pokok produksi dan Penyajian laporan laba-rugi dengan metode Variabel costing;

Harga Pokok Produksi :

Biaya bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx.xxx

Harga Pokok Produk Rp. xxx.xxx




Dengan menggunakan Metode Variable Costing,
  1. Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
  2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
  3. Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.

Struktur atau susunan penyajian laporan laba-rugi Metode Variable costing

Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember …
________________________________________________________________
Penjualan (sales) xxx
Biaya variabel (variable cost):
Persed.awal brg jadi (beginning finshed goods inventory) xxx
BBB (raw material cost) xxx
BTKL (direct labor cost) xxx
BOP (FOH) variabel xxx +
HP.Produksi (cost of goods manufactured) xxx +
BTUD (goods available for sales) xxx
Persed. Akhir brg jadi (ending finished goods inventory) xxx –
HPP(cost of goods sold) xxx –
Margin kontribusi kotor (gross CM) xxx
Biaya komersial variabel (variable of commercial expenses);
Biaya pemasaran variabel (variable of marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum variabel
(variable of general and administrative expenses) xxx +
xxx –
Batas kontibusi bersih (net CM) xxx
Biaya tetap (fixed cost);
BOP tetap (fixed FOH) xxx
Biaya pemasaran tetap (fixed marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum tetap
(fixed general and administrative expenses) xxx +
xxx -
Laba bersih sebelum pajak (EBT) xxx


Contoh Soal
Pada tahun 1999, PT.LABALA memproduksi 1000 unit batako. Biaya produksi yang dikeluarkan selama tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Biaya bahan baku (raw material cost) 500.000
Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) 350.000
Biaya bahan penolong (indirect material cost) 100.000
Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost) 110.000
Depresiasi bangunan pabrik (depreciation of factory building) 100.000
Data lain yang diperoleh selama tahun 1999 adalah:
  • Harga jual Rp.2000 per unit.
  • Produk terjual sebanyak 900 unit.
  • Persediaan awal 100.000 (metode full costing) dan 90.000 (metode variable costing).
  • Persediaan akhir 232.000 (metode full costing) dan 212.000 (metode variable costing).
  • Pembebanan BOP (factory overhead) berdasar BTKL.
  • Kapasitas normal dicapai pada saat BTKL sebesar Rp.400.000 per tahun dengan perkiraan BOP variabel Rp.250.000 dan BOP tetap Rp.110.000.
  • Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense) Rp.100.000.
  • Biaya iklan (advertising expense) Rp.300.000.

Diminta :
  1. Dengan menggunakan metode Full costing, hitunglah;
  1. Tarif BOP per unit dan jumlah BOP yang dibebankan.
  2. Laporan Laba/Rugi (income statement).
  1. Laporan Laba/Rugi dengan metode Variable costing.

Jawab;
  1. Metode Full costing
  1. Tarif BOP(FOH) per unit
BOP T 110.000 Ket; * = pada kapasitas normal
BOP V 250.000 *
Jumlah BOP 360.000
Tarif overhead pabrik berdasarkan BTKL, dimana kapasitas normal dicapai pada jumlah Rp.400.000.
Tarif BOP (FOH) = 360.000 x 100% = 90% dari BTKL
400.000
  1. Bop yang dibebankan untuk tahun 1999 = 90% x 350.000 = 315.000

PT.LABALA
Laporan Laba/Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999
Penjualan ( Rp.2000 x 900 u ) 1.800.000
HPP (Cost of goods sold) :
Persed. awal brg jadi (beginning finished goods inventory) 100.000
BBB (raw material cost) 500.000
BTKL (direct labor cost) 350.000
BOP (FOH) T 210.000
BOP (FOH) V 100.000 +
HP.Produksi (Cost of goods manufactured) 1.160.000 +
BTUD (finished goods available for sales) 1.260.000
Persed.akhir brg jadi (ending finished goods inventory ) 232.000 –
HPP sebelum penyesuaian
(cost of goods sold before adjustment) 1.028.000
Selisih kapasitas menguntungkan ( 315.000 – 310.000 ) 5.000 +
HPP setelah penyesuaian
(cost of goods sold after adjustment) 1.033.000 -
Laba kotor (gross income) 777.000
Biaya usaha (operating expense):
Biaya adm. & umum (general & administrative expense) 100.000
Biaya iklan (advertising expense) 300.000 +
400.000 –
Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) 377.000

  1. Metode Variable costing
PT.LABALA
Laporan Laba/Rugi
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 1999
Penjualan ( Sales) = Rp.2000 x 900 u 1.800.000
Biaya variabel (variable costing):
Persed.awal brg jadi (beginning finished goods inventory) 90.000
BBB (raw material cost) 500.000
BTKL (direct labor cost) 350.000
BOP (FOH) V 210.000 +
HP.Produksi (COGM) 1.060.000 +
BTUD ( finished goods available for sales) 1.150.000
Persed.akhir brg jadi (ending finished goods inventory) 212.000 –
HPP (Cost of goods sold) variabel 938.000 –
Contribution Margin 862.000
Biaya Tetap (Fixed expense):
BOP (FOH) T 100.000
Biaya adm.& umum (general & administrative expense) 100.000
Biaya iklan (advertising expense) 300.000 +
Total biaya tetap 500.000 –
Laba bersih sebelum pajak ( EBT ) 362.000
























Soal Latihan
Berikut adalah data biaya produksi dan persediaan pada akhir tahun 1999 dari PT.OTI :
  1. Produksi selama tahun 1999 sebanyak 200.000 unit.
  2. 80% dari produksi pada tahun 1999 terjual dan sisanya masih tersimpan di gudang pada akhir tahun.
  3. Biaya bahan baku (Raw Material) Rp.3.000.000
  4. Upah langsung (Direct Labor) Rp.2.500.000
  5. BOP Variabel (variable FOH) Rp.1.000.000
  6. BOP Tetap (fixed FOH) Rp. 600.000
  7. Harga jual per unit Rp. 50
  8. Biaya adm & umum (General&Administrative Expense) Rp. 250.000

Diminta :
  1. Hitung nilai persediaan akhir (Ending Inventory) th.1999 dengan met.Variable Costing dan Full Costing.
  2. Buat laporan Laba/Rugi (Income Statement) menurut met.Variable Costing dan Full Costing.

































BAB III
BIAYA BAHAN BAKU

Tujuan Pembelajaran
  1. Mampu menyebutkan unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli
  2. Mampu menghitung biaya bahan baku
  3. Mampu menghitung selisih bahan baku

  1. Pengertian dan Unsur Biaya Harga Pokok Bahan Baku
Biaya bahan dapat dibedakan menjadi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Biaya bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dan yang diproses menjadi produk jadi dengan menggunakan tenaga kerja dan overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan salah satu elemen biaya utama. Bahan penolong adalah bahan yang indentitasnya tidak dapat dilacak pada produk jadi dan nilai relatif tidak material. Biaya bahan penolong merupakan elemen biaya overhead pabrik.
Menurut prinsip akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan untuk menempatkanya dalam keadaan siap untuk diolah, merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli, biaya angkutan, dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut siap dipakai. Jadi harga pokok bahan baku bukan hanya harga yang tercantum pada faktur pembelian (harga beli). Biaya-biaya lainnya yang biasanya ikut diperhitungkan sebagai biaya bahan baku selain harga beli dan biaya angkutan, antara lain; biaya pesan (order cost), biaya penerimaan, biaya pembongkaran, biaya pemeriksaan, biaya asuransi, dan biaya pergudangan. Pada umumnya, biaya bahan baku dicatat hanya sebesar harga beli menurut faktur pembelian karena biaya-biaya lain yang terjadi selain harga beli sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Biaya-biaya lain tersebut biasanya diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik

  1. Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Baku
Harga bahan baku biasanya berfluktuasi, karena itu antara pembelian yang satu dengan pembelian lainnya sering terdapat perbedaan harga. Akibatnya adalah timbul perbedaan pada harga pokok bahan baku yang ada di gudang meskipun jenisnya sama. Untuk mengatasinya, maka diperlukan berbagai macam metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi, antara lain:
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (First-In, First-Out Method)
Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk ke dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali di pakai.
2. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (Last-In, First-Out Method)
Metode LIFO menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan di gudang yang dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai pertama kali dalam produksi.
3. Metode rata-rata bergerak (Moving Average Method)
Metode ini mengitung harga pokok rata-ratanya dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per satuannya berbeda dengan harga pokok satuan barang yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan yang baru.
4. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang berbeda harga satuannya harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Kelebihannya adalah tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas harga pokoknya sehingga untuk setiap pemakainnya dapat diketahui harga pokoknya secara tepat. Kekurangannya adalah walapun jenis bahan bakunya sama namun berbeda harga pokok per satuannya, maka harus disimpan secara terpisah di gudang.

  1. Analisis Selisih Bahan Baku ( Raw material variance)
Dalam memgendalikan dan mengawasi biaya banyak perusahaaan menggunakan Biaya standar (standard cost) yaitu menetapkan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan per satuan produk , jadi perusahaan akan membuat perencanaan biaya dan pada akhir periode akan diketahui biaya yang sebenarnya terjadi dan biasanya jarang sekali pengeluaran sesungguhnya sama dengan standar dan perbedaan ini disebut selisih (Variances).

Selisih Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Sesungguhnya - Biaya Bahan Baku Standar

Selisih bahan baku ini dapat dianalisis dalam:
A) Selisih Harga Bahan (raw material price – variance)
Selisih harga bahan disebabkan karena pengeluaran untuk biaya bahan harga persatuannya tidak sama dengan standar
Selisih Harga = - Harga Bahan Standar - Harga bahan - x Jumlah sesungguhnya
per satuan sesungguhnya dibeli/digunakan
- per satuan -

B) Selisih Pemakaian Bahan
Perbedaan yang disebabkan oleh karena pemakaian bahan menurut standar tidak sama dengan sesungguhnya.
Selisih Pemakaian = Pemakaian bahan - Pemakaian bahan x Harga bahan standar
Bahan standar sesungguhnya persatuan bahan

Contoh Soal
PT. ALAM RAYA adalah perusahaan manufaktur berlokasi di Jakarta, data persediaan bahan baku (raw material inventory) yang ada dalam catatan perusahaan adalah sebagai berikut :
Persediaan Tanggal 1 Januari 1999 = 200 Kg @ Rp 100,00
Pembelian
Tanggal Jumlah (Kg) Harga / Kg
12 Jan 1999
400
Rp 120
26 Jan 1999
500
Rp 90
31 Jan 1999
100
Rp 110
Pemakaian
Tanggal Jumlah
16 Jan 1995
500
28 Jan 1995
300
Catatan:
29 Jan 1999 Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian tanggal 26 jan 1999
30 Jan 1999 Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang diminta tanggal 28 januari dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan fisik 31 Jan 1999 sebanyak 350 Kg
Dari data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw material used) bulan Jan 1999 dengan metode pencatatan fisik maupun Perpetual serta metode penilaian persediaan :
a. Metode FIFO
b.Metode LIFO
c.Metode Average
Jawab
A. 1. metode Fisik Fifo
Persediaan (inventory)Per 1 Jan 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100 ) Rp 20. 000
Pembelian Bahan (raw material purchase) :
Tgl 12/1/1999 = 400 x Rp 120 = Rp 48.000
20/1/1999 = 500 x Rp 90 = Rp 45.000
31/1/1999 = 100 x Rp 110 = Rp 11.000
Pembelian kotor (gross purchase) Rp104.000
Pengembalian pembelian 100 x Rp 90 = 9.000
Pembelian bersih (net purchase) sebanyak 900 Kg Rp 95.000

Harga perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.100 Kg Rp 115.000
Persediaan Bahan per 31 Jan 1999
100 x Rp 110 = Rp 11.000
250 x Rp 90 = Rp 22.500
Rp 33.500
Harga perolehan bahan yang dipakai (raw material used) Rp 81.500

A.2. Perpetual Fifo
KARTU PERSEDIAAN BAHAN

PT. Alam raya
Satuan : Nama Bahan : Minimum :
EOQ : Kode : Maksimum :
Nomor : Pesan :
Tanggal
Masuk / Beli
Keluar / Pakai
Sisa


Kuanti
Tas
Biaya
satuan
Jumlah (Rp)
Kuan
Titas
Biaya
Satuan
Jumlah (Rp) Kuantitas
Biaya
satuan
Jumlah (Rp)
1 jan 99











200 100 20.000
12 jan 99 400 120 48.000





200
400
100
120
20.000
48.000
16 Jan 99





200
300
100
120
20.000
36.000

100

120

12.000
26 Jan 99 500 90 45.000





100
500
120
90
12.000
45.000
28 Jan 99





100
200
120
90
12.000
18.000

300

90

27.000
29 Jan 99 (100 90 9.000)





200 90 18.000
30 Jan 99





(50 90 4.500) 250 90 22.500
31 Jan 99 100 110 11.000





250
100
90
110
22.500
11.000
B.1. Fisik Lifo
Persediaan (inventory) per 1 januari 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100) = Rp 20.000
Pembelian bahan (raw material purchase) :
Tanggal 12/1/1999 = 400 Kg x Rp 120 = Rp 48.000
26/1/1999 = 500 Kg x Rp 90 = Rp 45.000
31/1/1999 = 100 Kg x Rp 110 = Rp 11.000

1.000 Kg 104.000
Pengembalian pembelian 100 Kg x Rp 90 = 9.000

Pembelian bersih(net purchase) = 900 Kg Rp 95.000

Harga perolehan bahan siap pakai (raw material available to use) (1.100 Kg)Rp 115.000
Persediaan Bahan per 31 Januari 1999
200 x Rp 100 = Rp 20.000
150 x Rp 120 = Rp 18.000
Rp 38.000



BAB IV
BIAYA TENAGA KERJA

Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu menyebutkan  pengertian dan penggolongan biaya tenaga kerja
2.      Mampu menghitung biaya tenaga kerja

A.  Pengertian dan Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
  1. Menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
  2. Menurut kegiatan departemen2 dalam perusahaan
  3. Menurut jenis pekerjaannya
  4. Menurut hubungannya dengan produk

Penggolongan Menurut Fungsi Pokok Dalam Organisasi Perusahaan
  1. Biaya tenaga kerja produksi
    1. Gaji karyawan pabrik
    2. Biaya kesejahteraan karyawan pabrik
    3. Upah lembur karyawan pabrik
    4. Upah mandor pabrik
    5. Gaji manajer pabrik
  2. Biaya tenaga kerja pemasaran
    1. Upah karyawan pemasaran
    2. Biaya kesejahteraan karyawan pemasaran
    3. Biaya komisi pramuniaga
    4. Gaji manajer pemasaran
  3. Biaya tenaga kerja administrasi dan umum (hal brktnya)
    1. Gaji karyawan bagian akuntansi
    2. Gaji karyawan bagian personalia
    3. Gaji karyawan bagian sekretariat
    4. Biaya kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
    5. Biaya kesejahteraan karyawan bagian personalia
    6. Biaya kesejahteraan karyawan bagian sekretariat

Penggolongan Menurut kegiatan departemen2 dalam perusahaan
  1. Departemen produksi
            misal departemen produksi perusahaan kertas
  1. Bagian pulp
  2. Bagian kertas
  3. Bagian penyempurnaan
Biaya tenaga kerja dlm departemen produksi tsb digolongkan sesuai dengan bagian2 yg dibentuk dlm perush tersebut
  1. Departemen non produksi
    1. Biaya tenaga kerja bagian akuntansi
    2. Biaya tenaga kerja bagian personalia
    3. dll
Penggolongan Menurut jenis pekerjaannya
  1. Upah operator
  2. Upah mandor
  3. Upah penyelia
            Penggolongan biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan deferensiasi upah standar kerja
Penggolongan Menurut hubungannya dengan produk
1.     Tenaga kerja langsung ( semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan bagian yang besar dalam memproduksi produk) - BTKL
2.     Tenaga kerja tidak langsung (tenaga kerja yang jasannya tidak secara langsung dapat diusut pada produk) - BOP

B.       Akuntansi Biaya Tenaga Kerja (Gaji dan Upah)
Tahap pencatatan
a.       Berdasar kartu hadir karyawan

BDP biaya tenaga kerja                      xxxx
BOP                                                    xxxx
Biaya administrasi dan umum             xxxx
Biaya pemasaran                                 xxxx
            Gaji dan upah                                      xxxx
  1. Berdasar daftar gaji dan upah bagian keuangan
Gaji dan upah                                      xxxx
            Utang PPh karyawan                          xxxx
            Utang gaji dan upah                            xxxx
c.       Setelah uang gaji dan upah dibayarkan
Utang gaji dan upah               
            Kas                                          xxxx
d.      Penyetoran PPh ke kas negara
Utang PPh karyawan              xxxx
            Kas                                          xxxx

C.      INSENTIF
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan insentif kepada karyawan agar  dapat bekerja lebih baik. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang diproduksi atau kombinasi diantara keduanya. Ada beberapa cara pemberian insentif :
a.    Insentif satuan dengan jam minimum (straight piecework with a guaranteed hourly minimum plan)
b.    Taylor differential piece rate plan

Insentif satuan dengan jam minimum (straight piecework with a guaranteed hourly minimum plan)
  Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk meng- hasilkan jumlah satuan keluaran (output) standar.
  Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar  tersebut, karyawan menerima jumlah upah tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan keluaran diatas standar kali tarif upah persatuan.

contoh :
1 satuan produk dibutuhkan waktu 5 menit, upah pokok Rp. 9.000 perjam. Budi menghasilkan 14 satuan perjam. Maka upah budi
            upah dasar per jam                              Rp. 9.000
            insentif; 2 x Rp 750                                    1.500
            upah yang diterima pekerja perjam     Rp. 10.500

Taylor differential piece rate plan
Cara pemberian insentif ini adalah semacam straight piece rate plan yang menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam dan tarif  tiap potong yang lain untuk jumlah keluaran tinggi per jam.
contoh :
upah per hari Rp 72.000 perhari (8 jam kerja). Rata2 menghasilkan 12 satuan perjam kerja. Ditentukan tarif upah persatuan  Rp. 700  untuk 14 satuan atau kurang perjam, dan upah Rp 800 persatuan untuk yg menghasilkan 16 satuan perjam.
budi  menghasilkan 12 satuan perjam: Rp 700 x 12 = Rp 8400
adi menghasilkan 16 satuan perjam: Rp 800 x 16 = Rp 12800

































Soal Latihan
1.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
2.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya tenaga kerja menurut kegiatan departemen2 dalam perusahaan
3.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya
4.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya tenaga kerja menurut hubungannya dengan produk
5.        Berikut ini adalah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan dalam departemen produksi :
Upah langsung                                                                                         Rp.  5.900.000
Upah tidak langsung                                                                                Rp.  3.000.000
Jumlah upah                                                                                             Rp.  8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum                                                    Rp.  4.000.000
Biaya gaji karyawan bagian pemasaran                                                   Rp.  7.500.000
Jumlah gaji                                                                                               Rp. 11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja                                                                        Rp. 20.400.000
Buatlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja.












BAB V
BIAYA OVERHEAD PABRIK

Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu menyebutkan  pengertian dan penggolongan biaya overhead pabrik
2.      Mampu menghitung tarif biaya overhead pabrik

A.      Pengertian dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan setiap biaya yang tidak secara langsung melekat pada suatu produk, yaitu semua biaya-biaya diluar biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik mencakup biaya produksi lainnya seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik dan mesin-mesin. Biaya pabrik seperti pemeliharaan, gudang bahan-bahan dan hal lain yang memberikan pelayanan-pelayanan kepada bagian produksi juga merupakan bagian dari biaya overhead pabrik. Biaya penjualan dan biaya distribusi, dan semua biaya administrasi juga diperhitungkan sebagai biaya overhead sepanjang biaya-biaya tersebut tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan unit produk.

Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
1.    Penggolongan BOP menurut sifatnya
2.    Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
3.    Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen

Penggolongan BOP Menurut Sifatnya
  1. Biaya bahan penolong (biaya bahan yg nilainya kecil)
  2. Biaa reparasi dan pemeliharaan (suku cadang, BHP)
  3. Biaya tenaga kerja tidak langsung
1)      karyawan di departemen pembantu
2)      Karyawan tertentu di departemen produksi seperti kepala dept produksi, mandor, tenaga administrasi)
  1. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (biaya depresiasi)
  2. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (biaya asuransi)
  3. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai( biaya listrik)

Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
  1. BOP Tetap
  2. BOP Variabel
  3. BOP Semi Variabel

Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen
  1. BOP Langsung departemen
  2. BOP Tidak langsung departemen





B.       Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Langkah-langkah Penentuan tarif BOP
1.    Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
2.    Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
3.    Menghitung tarif biaya overhead pabrik

Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan (kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik.
a.    Kapasiras teoritis (theorritical capacity) adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen utk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis diku- rangi dg kerugian2 waktu yg tdk dapat dihindari karena hambatan2 intern perusahaan.
b.    Kapasitas normal (normal capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang.(diperhitungkan kecenderungan penjualan dlm jangka panjang)
c.    Kapasitas sesungguhnya yg diharapkan (expected actual capacity) adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.

Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Dasar-dasar pembebanan BOP
a.    Satuan produk
b.    Biaya bahan baku
c.    Biaya tenaga kerja langsung
d.   Jam tenaga kerja langsung
e.    Jam mesin

Faktor -faktor yg harus dipertimbangkan dlm memilih ;
1.    Perhatikan jenis BOP yg dominan jumlahnya dalam departemen produksi
2.    Perhatikan sifat-sifat BOP yg dominan tsb & eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

a. Satuan produk
Tarif BOP persatuan =            Taksiran BOP                            
                                                Taksiran jml produk dihasilkan
Contoh ;
Taksiran BOP selama satu tahun anggran Rp. 60.000.000
Taksiran jml produk dihasilkan                       6000 unit
Tarif BOP = Rp. 60.000.000 : 6000 =Rp 10.000 perunit produk
Misalnya suatu pesanan  sebanyak 500 unit akan dibebani BOP sebesar : Rp 10.000 x 500 = Rp. 5.000.000
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu macam produk

b. Biaya bahan baku
Persentase BOP dari biaya bahan baku yang dipakai =
(Taksiran BOP : Taksiran biaya bahan baku yg dipakai) x 100%
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran         Rp. 2.000.000
Taksiran biaya bahan baku 1 th anggaran       Rp. 4.000.000

Tarif BOP sebesar :
(2.000.000 : 4.000.000) x 100% = 50% dari biaya BB dipakai
Misal suatu pesanan menggunakan bahan baku Rp 500.000
Maka BOP pesanan ini = 50% x 500.000 = Rp 250.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku (misal biaya asuransi bahan baku)

c. Biaya tenaga kerja
Persentase BOP dari biaya tenaga kerja langsung =
(Taksiran BOP : Taksiran BTKL) x 100%
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran         Rp 2.000.000
Taksiran BTKL selama 1 tahun anggaran       Rp 5.000.000
Tarif BOP sebesar :
(2.000.000 : 5.000.000) x 100% = 40% BTKL yang dipakai
Misal suatu pesanan menggunakan BTKL sebesar Rp 400.000
Maka BOP pesanan ini = 40% x 400.000 = Rp 160.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP mempunyai hubungan erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misal pajak penghasilan atas upah pegawai yg menjadi tangungan perusahaan)

d. Jam tenaga kerja langsung
Tarif BOP perjam TKL    =    Taksiran BOP
                                                Taksiran Jam TKL
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran         Rp 2.000.000
Taksiran jam TKL selama 1 th anggaran         2.000 jam
Tarif BOP sebesar : (2.000.000 : 2.000) Rp 1.000 perjam TKL
Misal suatu pesanan menggunakan jam TKL sebanyak 200 jam
Maka BOP pesanan ini : Rp 1.000 x 200 = Rp 200.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP mempunyai hubungan erat dengan jumlah jam tenaga kerja langsung.

e. Jam mesin
Tarif BOP perjam kerja mesin =         Taksiran BOP
                                                            Taksiran jam kerja mesin
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran :       Rp. 2.000.000
Taksiran jam mesin selama tahun anggaran  10.000 jam mesin
Tarif BOP sebesar:
(2.000.000 : 10.000) = Rp 200 per jam mesin
Misal suatu pesanan menggunakanjam mesin sebanyak 300 jam mesin. Maka BOP: 300 x 200 = Rp 60.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin. (misal bahan bakar, listrik)





Soal Latihan
1.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
2.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
3.        Sebutkan dan jelaskan penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
4.        Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah penyusunan tarif biaya overhead pabrik.











 BAB VI
DEPARTEMENTALISASI BIAYA OVERHEAD PABRIK

Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu menyebutkan  pengertian departementalisasi biaya overhead pabrik
2.      Mampu menghitung biaya overhead pabrik per departemen

A.      Pengertian Departementalisasi BOP
Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik adalah Pembagian pabrik ke dalam bagian – bagian yang disebut departemen biaya ( cost center ) yang dibebe dengan biaya overhead pabrik. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan pembagian perusahaan ke departemen – departemen untuk memudahkan pengumpulan biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen – depepartemen inilah yang meruapakan pusat – pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasi Biaya Overhead Pabrik manfaatnya untuk Pengendalian biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemenproduksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. Departemen biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan hatga pokok. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalm departemen tertentu. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi akan dibebani dengan biaya overhed pabrik sesuai dengan ratif departemenyangbersangkutan.

B.       Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP per Departemen
  1. Penyusunan anggaran BOP per departemen
  2. Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi.
    1. Metode alokasi langsung
    2. Metode alokasi bertahap, yang terdiri dari:
1)      Metode alokasi langsung
2)      Metode aljabar
3)      Metode urutan alokasi yang diatur
  1. Perhitungan tarif pembebanan BOP perdepartemen

Penyusunan Anggaran BOP  per Departemen
  1. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun anggaran
  2. Penaksiran BOP tak langsung departemen.
  3. Distribusi BOP tak langsung depatemen  ke depar-temen-departemen  yang menikmati manfaatnya
  4. Penjumlahan BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen) untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen produksi maupun departemen pembantu)


Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Metode alokasi langsung
Ø  BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya
Ø  Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja.
Contoh :
Berikut ini data BOP PT ADI tahun 2011
Departemen produksi A                      Rp 10.000.000
Departemen produksi B                      Rp 15.000.000
Departemen pembantu X                    Rp 4.000.000
Departemen pembantu Y                    Rp 6.000.000

Taksiran pemakaian jasa departemen pembantu oleh departemen produksi

Departemen Pembantu
Departemen Produksi A
Departemen Produksi B                                   
Departemen Pembantu X
75%
25%
Departemen Pembantu Y
60%
40%

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi

Keterangan
Dept Prod A
Dept Prod B
Dept Pemb X
Dept Pemb Y
Jml BOP Langsung & tdk langsung
10.000.000
15.000.000
4.000.000
6.000.000
Alokasi BOP dept X
3.000.000
1.000.000
(4.000.000)
Alokasi BOP dept Y
3.600.000
2.400.000
(6.000.000)
Jml alokasi BOP dr dept pembantu
6.600.000
3.400.000
0
0
Jml biaya dept produksi
16.600.000
18.400.000







Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Metode aljabar
Ø  Dalam metode ini jumlah biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar
Contoh
Departemen produksi A                      9.000.000
Departemen produksi B                      15.000.000
Departemen pembantu X                    3.000.000
Departemen pembantu Y                    5.000.000 +
Total BOP                                           32.000.000
Persamaan Aljabar
X =  3.000.000 + 0,20 y
Y =  5.000.000 + 0,10  x


Dept A
Dept B
De pt X
Dept Y
Jasa dept X
65%
25%
10%
Jasa dept Y
45%
35%
20%

Dept A
Dept B
De pt X
Dept Y
Jasa dept X
35%
25%
40%
Jasa dept Y
35%
35%
30%

BOP    X=10.000.000
BOP    Y=8.000.000
X=10.000.000+0,3Y
Y = 8.000.000 + 0,4X

Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai berikut :
X  =  3.000.000 + 0,20 y
X  =  3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10x)
X  =  3.000.000 + 1.000.000 + 0,02 x
X – 0,02 x  =  4.000.000
      0,98 x   =  4.000.000
               x  =   4.000.000 :  0,98
                   =   4.081.633
              y   =  5.000.000 + 0,10 x
                   =  5.000.000 + 408.163
               y  =  5.408.163 
Pembuktian
Y = 5.000.000 + 0,10 x
Y = 5.000.000 + 0,10 ( 3.000.000 + 0,20 y)
Y = 5.000.000 + 300.000 + 0,02 y
Y – 0,02y = 5.300.000
0,98 y = 5.300.000
Y = (5.300.000 : 0,98)
Y = 5.408.163
X = 3.000.000 + 0,20y
X = 3.000.000 + 0,20 (5.408.163)
X = 3.000.000 + 1.081.632
X = 4.081.633

Alokasi BOP departemen pembantu ke departe-men pembantu lain dan departemen produksi

Keterangan
Dept pemb X
Dept pemb Y
Dept prods A
Dept prods B
BOP langsung & tdk langsung dept
3.000.000
5.000.000
9.000.000
15.000.000
Alokasi BOP dept X
(4.081.632)
408.163
2.653.061
1.020.508
Alokasi BOP dept Y
1.081.632
(5.408.163)
2.433.673
1.892.857
0
0
14.086.734
17.913.265










BAB VII
METODE HARGA POKOK PESANAN

Tujuan Pembelajaran
1.      Mengetahui karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan
2.      Melakukan akumulasi biaya berdasarkan pesanan
3.      Membuat ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode harga pokok pesanan
A.          Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan biasanya diterapkan di perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan. Perusahaan ini mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus
  2. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan
  3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi persediaan di gudang
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan, memulai kegiatan produksinya setelah menerima order dari pembeli, tetapi sering juga terjadi, perusahaan mengeluarkan order produksi untuk mengisi persediaan di gudang.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
a.    Masing-masing pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
b.    Biaya produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya langsung (BBB & BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).
c.    BBB dan BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan ybs., sedangkan BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
d.   Harga pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
e.    Harga pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan.
Rincian mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan. Kartu ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja) dan biaya produksi tidak langsung (BOP). Biaya produksi langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu biaya pesanan sebagai berikut:



PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan      :                                               Pemesan                      :
Jenis Produk    :                                               Sifat Pesanan   :
Tgl Pesan         :                                               Jumlah             :
Tgl Selesai       :                                               Harga Jual        :
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Tgl
No BPBG
Ket
Jml
Tgl
NoKartu JamKerja
Jml
Tgl
Jam Mesin
Tarif
Jml













B.       Pencatatan Akuntansi Harga Pokok Pesanan
PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan rincian biaya sebagai berikut:
  1. Biaya bahan baku
Kertas jenis X                         85 rem @ Rp 10.000                           Rp 850.000
Tinta jenis B                            5 kg @ Rp 100.000                                   500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 110                                               Rp 1.350.000
  1. Biaya tenaga kerja
Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000       Rp 900.000
  1. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif sebesar 150% dari biaya tenaga kerja langsung
Pesanan 110                150% x Rp 900.000                                        Rp 1.350.000
Dari data diatas kita masukan ke dalam kartu biaya pesanan sebagai berikut:

PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan      : 110                                        Pemesan                      :
Jenis Produk    :                                               Sifat Pesanan   :
Tgl Pesan         :                                               Jumlah             :
Tgl Selesai       :                                               Harga Jual        :
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Overhead Pabrik
Tgl
No BPBG
Ket
Jml
Tgl
No Kartu Jam Kerja
Jml
Tgl
Dasar
Tarif
Jml


Kertas X
Tinta B

Jumlah

850.000
500.000

1.350.000




Jumlah
900.000


900.000

BTKL*


Jumlah
150%



1.350.000


1.350.000




Jumlah total biaya  produksi


3.600.000


*BTKL = Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

1.            Pencatatan akuntansi metode harga pokok pesanan
a.             Akuntansi biaya bahan baku
Untuk pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal
Persediaan bahan baku                           xxx
Utang usaha/Kas                                             xxx
(jurnal jika menggunakan metode perpetual)

Pembelian                                               xxx
Utang usaha/Kas                                             xxx
(jurnal jika menggunakan metode periodik)
Sedangkan untuk penggunaan bahan baku dicatat dengan jurnal:
Barang dalam proses                              xxx
Persediaan bahan baku                                    xxx
Missal dari contoh diatas diketahui total pemakaian bahan baku sebesar Rp 1.350.000 maka jurnalnya adalah
Barang dalam proses                              1.350.000
Persediaan bahan baku                                    1.350.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah
BOP sesungguhnya                                xxx
Persediaan bahan penolong                             xxx

b.            Akuntansi biaya tenaga kerja
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang adalah
Gaji dan upah                                         xxx
Utang gaji dan upah                                        xxx
Jurnal untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses                              xxx
BOP sesungguhnya                                xxx
Biaya administrasi dan umum                xxx
Biaya pemasaran                                    xxx
Gaji dan upah                                                  xxx
Dari contoh soal diatas maka jurnal untuk mencatat pemakaian biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses                              900.000
Gaji dan upah                                                  900.000

c.             Akuntansi biaya overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi adalah:
BOP sesungguhnya                                xxx
Macam-macam biaya                                      xxx
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah:
Barang dalam proses                              xxx
BOP yang dibebankan                                                xxx
Kemudian BOP yang dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya dengan jurnal
BOP yang dibebankan                           xxx
BOP sesungguhnya                                         xxx
Dari contoh kasus diatas maka jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah
Barang dalam proses                              1.350.000
BOP yang dibebankan                                                1.350.000
BOP yang dibebankan                           1.350.000
BOP sesungguhnya                                         1.350.000

d.            Akuntansi untuk produk jadi
Jurnal untuk produk jadi adalah
Persediaan produk jadi                          xxx
Barang dalam proses                                       xxx
Misal dari contoh diatas pesanan 110 telah selesai diproduksi maka dari kartu biaya pesanan akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk pesanan yang bersangkutan. Harga pokok pesanan 110 dihitung sebagai berikut:
Biaya bahan baku                                   1.350.000
Biaya tenaga kerja                                     900.000
BOP                                                       1.350.000
Total harga pokok pesanan 110             3.600.000
Maka jurnalnya adalah
Persediaan produk jadi                          3.600.000
Barang dalam proses                                       3.600.000

e.             Akuntansi untuk harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat produk dalam proses adalah
Persediaan produk dalam proses                        xxx
Barang dalam proses                                                   xxx

f.             Akuntansi untuk pesanan yang dijual
Jurnal untuk mencatat pesanan yang telah terjual adalah
Harga pokok penjualan                                      xxx
Persediaan produk jadi                                               xxx
Piutang dagang/Kas                                           xxx
Penjualan                                                                     xxx
Misal pesanan 110 telah dijual dengan harga Rp 5.200.000 maka jurnalnya adalah
Harga pokok penjualan                                      3.600.000
Persediaan produk jadi                                               3.600.000
Piutang dagang/Kas                                           5.200.000
Penjualan                                                                     5.200.000






























Soal Latihan
1.    Jelaskan karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan
2.    Berikan contoh perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan
3.    Jelaskan fungsi kartu biaya pesanan
4.    Berikut ini transaksi yang terjadi di Ducati Company
a)            Pembelian bahan baku secara kredit sebesar Rp 35.000
b)            Bukti permintaan bahan baku sebesar Rp 8.000 untuk bahan baku langsung dan Rp 2.000 untuk bahan penolong disimpan oleh gudang
c)            Beban gaji pabrik senilai Rp 9.400 terdiri atas Rp 7.600 tenaga kerja langsung dan Rp 1.800 tenaga kerja tidak langsung
d)           Penyusutan peralatan pabrik sebesar Rp 1.200
e)            Suatu pesanan diselesaikan dengan rincian biaya sebagai berikut: biaya tenaga kerja langsung Rp 1.830, biaya bahan baku sebesar Rp 1.450. Overhead dibebankan dengan tarif 66% dari biaya tenaga kerja langsung
f)             Pesanan yang dimaksud di poin (e) dikirim ke pemesan dengan harga Rp 6.100
Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi diatas
5.    PT Liverpol mengumpulkan data biaya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Untuk pesanan No 120 tersedia data sebagai berikut:
Bahan baku langsung                    Tenaga kerja langsung
14/9 Dikeluarkan Rp 600              90 jam @ 6,20/jam
20/9 Dikeluarkan Rp 331              70 jam @ 7,30/jam
22/9 Dikeluarkan Rp 200
Overhead dibebankan dengan tarif Rp 80/jam mesin. 10 jam mesin digunakan untuk menyelesaikan pesanan No 120
Diminta:

  1. Masukan informasi diatas ke dalam kartu biaya pesanan
  2. Tentukan harga jual pesanan no 120 dengan asumsi perusahaan menentukan profit sebesar 50% dari biaya.
  3. Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan pesanan No 120


BAB VIII
METODE HARGA POKOK PROSES

Tujuan Pembelajaran
1.      Mengetahui karakteristik perusahaan yang produksinya berdasarkan proses
2.      Melakukan akumulasi biaya berdasarkan proses
3.      Membuat ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode harga pokok proses

A.      Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produknya secara massa. Didalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.

Karakteristik Usaha Perusahaan Yang Berproduksi Secara Massa.
  • Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
  • Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
  • Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

Karakteristik Metode Harga Pokok Proses. 
  • Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode akuntansi.
  • Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
  • Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali tidak diperlukan.
  • Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari  biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.

Persediaan Produk Dalam Proses Awal
  • Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai  diproses pada akhir periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
  • Produk dalam proses awal periode ini akan membawa harga pokok    persatuan yang berasal dari periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke departemen berikutnya , harga pokok yang melekat pada persediaan produk dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok produk selesai tersebut.

Metode Rata-Rata Tertimbang
  • Dalam metode ini, jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
  • Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.

Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
  • Dalam metode ini, menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam proses periode sekarang.
  • Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
  • Dalam departemen setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok  produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang.

B.       Pengumpulan Biaya Produksi dalam Metode Harga Pokok Proses

§  Biaya Bahan
Pencatatan pemakaian Bahan Baku di Departemen A:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A      xxx
Persediaan Bahan Baku                                                                            xxx

Pencatatan pemakaian Bahan Penolong pada Bagian Produksi:
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen A            xxx
      Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen B            xxx
      Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen C            xxx
Persediaan Bahan Penolong                                                                                  xxx

§  Biaya Tenaga Kerja (Langsung & Tak Langsung):
Pencatatan biaya tenaga kerja (langsung & tak langsung) di Departemen Produksi:
Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A                 xxx
      Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen B                 xxx
      Barang Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen C                 xxx
Gaji dan Upah                                                                                                       xxx

§  Biaya Overhead Pabrik
ü  BOP pada Metode Harga Pokok Proses adalah biaya produksi selain biaya bahan baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja, baik langsung maupun tak langsung yang terjadi di departemen produksi.
ü  BOP dapat dibebankan kepada produk atas dasar tarif dan dapat juga dibebankan atas dasar BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode.
ü  Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk dapat dilakukan jika:
q  Produksi relatif stabil dari periode ke periode
q  BOP, terutama yang tetap, bukan merupakan bagian yang berarti dibandingkan dengan jumlah seluruh biaya produksi
q  Hanya diproduksi satu macam produk.
ü  Pencatatan berbagai jenis BOP di Departemen Produksi:
            Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik                       xxx
             Persediaan Spareparts                                                                  xxx
             Persediaan Bahan lain-lain                                                           xxx
                               Asuransi Dibayar di Muka                                                           xxx


Contoh Soal
 Produk diolah melalui satu departemen. Dalam keten tuan ini anggapan yang digunakan ;
·           Tidak terdapat persediaan produk dalam proses awal
·           Tidak terdapat produk yang rusak atau hilang dalam proses pengolahan.
·           Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
CV Pribadi dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu departemen produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan September 2004, yakni sbb ;

Produk yang dimasukkan dlm proses                       5.000 unit
Produk jadi                                                               3.800 unit
Produk dlm proses dengan
tkt penyelesaian Bhn baku dan
penolong 100 %; biaya
konversi 40 %.                                                         1.200 unit
Jumlah produk yang diproses                                   5.000 unit

Data Biaya produksi
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni sebagai berikut
Biaya bahan baku                                                                    Rp.   300.000
Biaya bahan penolong                                                              Rp.   450.000
Biaya tenaga kerja                                                                    Rp.   513.600
Biaya overhead pabrik                                                             Rp.   642.000
Total Biaya produksi                                                      Rp. 1.905.600
Berdasarkan data tersebut di atas, maka tentukan
1.               Berapa biaya produksi per unit untuk mengolah produk tersebut
2.               Tentukan berapa harga pokok produk jadi
3.               Berapa harga pokok produk dalam proses akhir bulan September 2004.
4.               Buatlah jurnal-2 yang diperlukan.
1.  Perhitungan Harga Pokok produksi per unit

No.
Jenis Biaya
Jml Biaya
Unit Equivalen
Biaya/Unit
1.
Bia Bhn baku
Rp. 300.000
3800+(1200 x 100%)
Rp.   60
2.
Bia Bhn Penolong
Rp. 450.000
3800+(1200 x 100%)
Rp.   90
3.
Bia Tenaga Kerja
Rp. 513.600
3800+(1200 x   40%)
Rp. 120
4.
Bia Overhead Pabrik
Rp. 642.000
3800+(1200 x   40%)
Rp. 150.
Biaya Produksi Per Unit 
Rp. 420

2.  Harga Pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang yakni sebesar :
 3800 unit  x  Rp. 420                           =          Rp. 1.596.000

3.  Harga Pokok produksi yang masih dalam proses akhir
Biaya bahan baku : ( 1200 x 100% ) x Rp.   60                            =          Rp.      72.000
Biaya bahan penolong ( 1200 x 100% ) x Rp.   90                       =          Rp.    108.000
Biaya Tenaga Kerja ( 1200 x   40% ) x Rp. 120                           =          Rp.      57.600
Biaya Overhead Pabrik ( 1200 x   40% ) x Rp. 150                     =          Rp.      72.000
Jumlah Harga Pokok produksi yg masih dlm proses akhir           =          Rp.    309.600

Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.
1.   Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
BDP – Biaya  Bahan baku                   Rp. 300.000.
              Persediaan Bahan Baku                                  Rp. 300.000
2.   Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :
BDP – Biaya Bahan Penolong             Rp. 450.000
              Persediaan Bahan Penolong                Rp. 450.000 
3.   Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja                  Rp. 513.600
              Gaji dan Upah                                                             Rp. 513.600 
4.   Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – Biaya Overhead pabrik                         Rp. 642.000 
              Berbagai Rekening yang Di kredit                             Rp. 642.000 
5.   Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi                                     Rp.  1.596.000
BDP- Biaya BahanBaku                                             Rp. 228.000
BDP- Biaya Bahan Penolong                                     Rp.  342.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs                                     Rp.  456.000
BDP- Biaya Overhead Pabrik                                     Rp.  570.000
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan produk dalam proses                      Rp.  309.600
BDP- Biaya Bahan Baku                                            Rp.    72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong                                     Rp.  108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs                                     Rp.    57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik                                     Rp.    72.000

















Soal Latihan
Produk diolah melalui lebih dari satu departemen.
PT  Salima memiliki dua departemen produksi dalam mengo lah produknya yakni departemen A dan departemen B. Berikut ini disajikan data produksi dan biaya untuk kedua departemen tersebut
                                                                                    Dept A                        Dept B
Produk yang dimasukkan dlm proses                         50.000                             -
Produk selesai yang ditranfer ke Dept B                    40.000                             -
Produk selesai ditransfer Ke gudang                          -                                    35.000
Produk dlm proses akhir  bulan
Dgn tkt penyelesaian bhn baku
Dan penolong 100 %, bia-
ya tenaga kerja 40 % dan BOP 35 %.                         10.000                            -
tkt penyelesaian biaya bhn pe-
nolong 60 % dan biayakonversi 30 %.                               -                           5.000

Data Biaya produksi
Berdasarkan informasi berikut ini adalah biaya produksi yang dikeluarkan selama bulan berlangsung adalah Sebagai berikut

                                                Dept A                        Dept B
Biaya bahan baku                    Rp.    800.000                   -
Biaya bahan penolong             Rp. 1.150.000             Rp.    988.000
Biaya tenaga kerja                   Rp. 1.100.000                         Rp. 1.241.000
Biaya overhead pabrik            Rp.     870.000            Rp. 2.044.000

Diminta ;
Berdasarkan informsi di atas, maka tentukan
a.                Harga pokok produksi per satuan yang dihasilkan oleh Departemen A
b.               Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Depar teman B.
c.                Harga Pokok produk dalam proses akhir bulan.









Soal latihan

Biaya overhead pabrik langsung dan tidak langsung departemen-departemen produksi dan pembantu selama tahun anggaran 2007 diperkirakan sebagai berikut: 
            Departemen Produksi
            Departemen     A         $60.000
            Departemen     B         $80.000 
            Departemen Pembantu
            Departemen     Y         $36.300
\           Departemen     Z          $20.000
             
            Jasa yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:
                                                Departemen Pembantu            Departemen Produksi
                                                Dept. Y           Dept.Z             Dept.A                        Dept.B
            Jasa Departemen Y                             20%                 40%                 40%
            Jasa Departemen Z      30%                                         20%                 50%
 
            Dengan menggunakan metode aljabar alokasikan biaya overhead pabrik departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan departemen produksi.






BAB IX
METODE HARGA POKOK STANDAR

Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu menyebutkan  pengertian dan prosedur penentuan biaya standar
2.      Mampu menghitung biaya standar

A.      Pengertian  Biaya Standar
Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu.

Prosedur Penentuan Biaya Standar
Biaya Bahan Baku Standar, terdiri atas  :
1.  Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.
2.  Harga satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga standar.

Kuantitas Standar Bahan Baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1.  Penyelidikan teknis.
2.  Analisis catatan masa lalu dalam bentuk  :
a)  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b)  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c)  Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.

Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa  :
1.  Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.
2.  Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar.
3.  Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.

Biaya Tenaga Kerja Standar
Jam Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara :
1.  Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari Kartu Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.
2.  Membuat test-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan.
3.  Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
4. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk

Biaya Overhead Pabrik Standar
Tarif Overhead Standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.  Untuk pengendalian BOP dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.  Tarif BOP standar menggabungkan biaya tetap dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan tertentu.  Sebagai akibatnya dalam tarif ini semua BOP diperlakukan sebagai biaya variabel.  Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan BOP tetap sebagai biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.

B.       Analisis  Penyimpangan Biaya Sesungguhnya Dari Biaya Standar
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance).  Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan dari analisi ini diselidiki penyebab terjadinya selisih yang merugikan.

Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung
Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung  :
1.  Model Satu Selisih (The One-Way Model)
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.
Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih Rugi).  Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus berikut ini :

    St  =  ( HSt  x  KSt )  –  ( HS x KS )             

                                                                     Diketahui  :
                                                                          St       =    Total Selisih
                                                                          Hst   =    Harga Standar
                                                                          Kst   =    Kuantitas Standar
                                                                          HS    =    Harga Sesungguhnya
                                                                          KS    =    Kuantitas Sesungguhnya   

2.  Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi 2 macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.
Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut  :

     Perhitungan Selisih Harga                    Perhitungan Selisih Kuantitas           
     SH  =  ( HSt  –  HS )  x  KS             

     SK  =  ( KSt  –  KS )  x  HSt            

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   
Diketahui  :
  SH    =    Selisih Harga                       SK    =   Selisih Kuantitas                           
  Hst   =    Harga Standar                     Kst   =   Kuantitas Standar
  HS     =    Harga Sesungguhnya          KS     =   Kuantitas Sesungguhnya

2.  Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)
Selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi 3 macam selisih berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih Harga / Kuantitas.
Hubungan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan kemungkinan  berikut ini :
a)  Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
      Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing  ” Lebih Rendah ”  dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

     SH  =  ( HSt  –  HS )  x  KSt                       

                                                           
     SK  =  ( KSt  –  KS )  x  HSt            

                                                                                      Perhitungan Selisih Harga                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Perhitungan Selisih Kuantitas

   SHK  =  ( HSt  –  HS )  x  ( KSt – KS )                       

                                                                       
                                                                              Perhitungan Selisih Gabungan
                                                                              yang merupakan Selisih Harga /
                                                                              Kuantitas                                                                         
      Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing  ” Lebih Tinggi ”  dari Harga Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
     SH  =  ( HSt  –  HS )  x  KS             

 


     SK  =  ( KSt  –  KS )  x  HS             

                                                                              Perhitungan Selisih Harga                                                                                                                                                                                                                     Perhitungan Selisih Kuantitas

   SHK  =  ( HSt  –  HS )  x  ( KSt – KS )                       

                                                                              Perhitungan Selisih Gabungan
                                                                              yang merupakan Selisih Harga /
                                                                                    Kuantitas                                     
                                         
b)  Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

     SH  =  ( HSt  –  HS )  x  KS             

 


     SK  =  ( KSt  –  KS )  x  HSt            

                                                                              Perhitungan Selisih Harga                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Perhitungan Selisih Kuantitas

                                                                       
      Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

c)  Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
     SH  =  ( HSt  –  HS )  x  KSt                       

                                                           
     SK  =  ( KSt  –  KS )  x  HS             

                                                                              Perhitungan Selisih Harga                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Perhitungan Selisih Kuantitas

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol
CONTOH  SOAL
PT. CAHAYA MENTARI pada tahun 2012 memproduksi produk jadi sebanyak 120.000 unit. Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg, sedangkan yang digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg. Dalam menghasilkan produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 6 kg/unit dengan standar harga Rp. 2.150/kg, lalu ditentukan  standar efisiensi tenaga kerja langsung 3 jam/unit dengan standar tarif upah Rp. 2.400/ jam. Namun kenyataan yang terjadi, harga bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 2.100,/kg dengan jumlah jam tenaga kerja sesungguhnya selama 365.000 jam dengan tarif Rp. 2.500,/jam.

Diminta  Carilah  :
1.  Selisih harga bahan baku.
2.  Selisih kuantitas bahan baku.
3.  Selisih efisiensi tenaga kerja langsung.
4.  Selisih Tarif tenaga kerja langsung
5.  Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar serta pengalokasian selisih gaji dan upah dengan mengabaikan pajak atas gaji dan upah

PENYELESAIAN  :
1.  Selisih Harga Bahan Baku :
     Selisih Harga  =   ( Harga Ssg – Harga Std )  x  Kuantitas Ssg
                            =   ( Rp. 2.100  –  Rp. 2.150 )  x  750.000
                            =   Rp. 37.500.000,-   ( Laba )

2.  Selisih Kuantitas Bahan Baku :
     Selisih Kuantitas    =   [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang ditetapkan ]  x  Harga Std
                                    =   [ 700.000  –  ( 6  x 120.000 ) ]  x  Rp. 2.150
                                    =   Rp. 43.000.000   ( Laba )  

3.  Selisih Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung :
     Selisih Jam Kerja    =  [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang ditetapkan ] x Tarif upah Std
                                    =  [ 365.000  –  ( 3  x 120.000 ) ]  x  Rp. 2.400
                                    =   Rp. 12.000.000,-  ( Rugi )  
  
4.  Selisih Tarif  Upah Tenaga Kerja Langsung :
     Selisih Tarif Upah =  [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std ]  x  Jam kerja Ssg
                                    =  [ Rp. 2.500 – Rp. 2.400 ]  x  365.000
                                    =  Rp. 36.500.000,-  ( Rugi )

5.  Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar :
            Gaji dan upah  ( 2.500 x 365.000)                  Rp.  912.500.000,-      —
                        Berbagai perkiraan hutang                              —        Rp.  912.500.000,-

     Jurnal untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya :
            Barang dalam proses ( 360.000 x 2.400 )       Rp. 864.000.000,-       —
            Selisih efisiensi TK langsung                          Rp.   12.000.000,-       —
            Selisih tarif  TL langsung                                Rp.   36.500.000,-       —
                        Gaji dan upah                                                  —        Rp.  912.500.000,-



Soal Latihan
PT.  SINAR  REMBULAN  dalam mengolah produknya menggunakan 2 macam bahan baku untuk produk A.  Berikut data-data mengenai bahan baku  X dan Y untuk tahun 2012.
    Data-data Harga Standar (STD) dan Harga Sesungguhnya (SSG) :
 


Bulan
Bahan  X
Bahan  Y
STD
SSG
STD
SSG
Jan
1.200
1.220
750
770
Feb
1.200
1.250
750
770
Mar
1.225
1.250
750
770
Apr
1.225
1.250
750
770
Mei
1.225
1.250
750
770
Jun
1.225
1.250
750
770
Jul
1.225
1.250
780
810
Ags
1.225
1.250
780
810
Sep
1.225
1.250
780
810
Okt
1.240
1.300
780
810
Nov
1.240
1.300
780
810
Des
1.240
1.300
780
810

    Data-data Kuantitas Pemakaian Standar (STD) dan Pemakaian Sesungguhnya (SSG) :
 


Bulan
Bahan  X
Bahan  Y
STD
SSG
STD
SSG
Jan
1.500
1.550
2.700
2.850
Feb
1.500
1.550
2.700
2.800
Mar
1.500
1.600
2.700
2.800
Apr
1.500
1.570
2.700
2.825
Mei
1.500
1.570
2.700
2.800
Jun
1.500
1.570
2.700
2.850
Jul
1.500
1.600
2.700
2.825
Ags
1.500
1.600
2.700
2.850
Sep
1.500
1.575
2.700
2.850
Okt
1.500
1.550
2.700
2.870
Nov
1.500
1.600
2.700
2.870
Des
1.500
1.575
2.700
2.870

Diminta  :
1.  Hitung selisih harga bahan baku X dan Y untuk tahun 2012.
2.  Hitung selisih kuantitas bahan baku X dan Y untuk tahun 2012

 BAB X
PRODUK BERSAMA DAN PRODUK SAMPINGAN

Tujuan Pembelajaran
1.      Mampu menyebutkan  pengertian harga pokok produk bersama dan produk sampingan
2.      Mampu menyebutkan karakteristik produk bersama dan produk sampingan
3.      Mampu menghitung biaya produk bersama dan produk sampingan

A.      Pengertian
Berikut ini pengertian tentang harga pokok produk bersama dan produk sampingan :
1.  Biaya Bersama (Joint Cost) adalah biaya-biaya yang timbul untuk menghasilkan dua jenis produk atau lebih dalam suatu proses produksi yang dilakukan secara simultan, dimana terjadinya biaya. Biaya ini terbatas sampai dengan titik pemisahan (spilt of point).
2.  Titik Pemisahan (Spilt Of Point) adalah suatu titik atau waktu, dimana masing-masing produk bersama dan produk sampingan dapat didefinisikan.
3. Biaya Produk Bersama (Joint Product Cost) adalah biaya sejak awal proses, meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang dikeluarkan mengolah beberapa jenis produk.
4.  Produk Bersama (joint Product ) adalah dua atau lebih jenis produk yang diproduksi secara bersama-sama dalam satu rangkaian proses produksi dan masing-masing produk mempunyai harga jual yang relatif sama. Produk-produk ini disebut juga Produk Utama (Major Product).
5. Produk Sampingan (By Product) adalah produk yang diproduksi bersama-sama dengan produk lain tetapi mempunyai harga jual yang relatif lebih rendah dari produk lainnya.

B.  Karakteristik
1.  Karakteristik Produk Bersama :
a)  Merupakan produk-produk utama yang dihasilkan dengan sengaja sesuai dengan tujuan produksi, melalui suatu proses atau serangkaian proses dan dilakukan secara simultan
b)  Nilai penjualan adalah relatif lebih besar bila dibandingkan dengan produk-produk sampingan yang dihasilkan, dan relatif sama diantara produk-produk umum.
c)   Biasanya dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang besar.
d)   Seringkali memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
e)   Salah satu produk tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi yang lain.

2.  Karakteristik Produk Sampingan
a)  Dihasilkan bersama dengan produk utama dalam suatu proses atau serangkaian proses tanpa dimaksudkan untuk membuat produk ini.
b)  Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil atau tidak berarti, bila dibandingkan dengan produk-produk utama.
c)   Dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas yang lebih sedikit.
d)   Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih lanjut dan pembungkusan.
e)   Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa memproduksi produk-produk utama.


C.   Akuntansi Untuk Produk Bersama
Masalah akuntansi dalam produk bersama adalah masalah pembebanan biaya produksi ke masing-masing produk yang dihasilkan agar dapat di tentukan nilai persediaan akhir dan penghasilan (laba) bersih.  Dalam hal ini terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya bersama ke masing-masing produk sebagai berikut :
1.  Metode Nilai Pasar Relatif
Dalam penerapan metode nilai pasar atau nilai jual terdapat 2 variasi berdasarkan dari kondisi produk bersama tersebut, yaitu :
a)  Nilai pasar produk bersama diketahui pada titik pemisahan produk.
Jika nilai pasar diketahui pada titik pisah produk, total biaya bersama dialokasikan diantara produk bersama dengan membagi total nilai pasar tiap produk yang dihasilkan dengan total nilai pasar semua produk yang dihasilkan sehingga diketemukan ratio individu dari nilai pasar terhadap total nilai pasar.  Ratio inilah yang dikalikan dengan total biaya bersama.

                                                           Total Nilai Pasar Tiap Produk   1)
     Alokasi Biaya Bersama  =  ————————————————   x  Biaya  Bersama
        Untuk Tiap Produk           Total Nilai Pasar Semua Produk   2)
    1)  Total nilai pasar tiap produk       =   unit yang diproduksi tiap produk  x  nilai pasar per unit untuk tiap produk
     2)  Total nilai pasar semua produk  =   Jumlah semua total nilai pasar untuk tiap produk
 










b)  Nilai pasar produk bersama tidak diketahui pada titik pemisahan produk /  Nilai pasar diketahui setelah titik pisah proses.
Nilai pasar pada titik pisah produk mungkin tidak diketahui, khususnya apabila tambahan proses pengolahan produksi diperlukan untuk menjadikan produk bersangkutan berada pada kondisi siap untuk dijual.  Untuk itu perlu dilakukan sedikit modifikasi atas rumus yang disajikan diatas dengan sebuah nilai pasar yang hipotesis pada titik pisah produk mesti dihitung. Nilai pasar yang hipotesis itu ditentukan dengan mengurangi tambahan biaya untuk pemrosesan dari nilai pasar dari produk yang selesai.

                                                      Total Nilai Pasar Hipotesis Tiap Produk  1)
  Alokasi Biaya Bersama  =  ———————————————————   x  Biaya  Bersama
     Untuk Tiap Produk         Total Nilai Pasar Hipotesis Semua Produk  2)
    1)  Total nilai pasar hipotesis tiap produk       =   ( unit yang diproduksi tiap produk  x  nilai pasar hipotesis untuk tiap
                                                                             produk )  –  Biaya pemrosesan setelah titik pisah
     2)  Total nilai pasar hipotesis semua produk  =   Jumlah semua total nilai pasar hipotesis untuk tiap produk
 















2.  Metode Kuantitatif  Unit
Menurut metode ini, kuantitas hasil produksi dipergunakan sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya bersama. Metode menghendaki bahwa produk bersama pada akhirnya harus diukur dalam unit pengukur yang sama, apabila mempunyai unit pengukur yang berlainan maka dapat digunakan suatu angka penyebut yang umum.

                                                                 Total Unit Tiap Produk  
        Alokasi Biaya Bersama  =  —————————————   x  Biaya  Bersama
           Untuk Tiap Produk           Total Unit Semua Produk   1)
       1)  Total unit semua produk  =   Jumlah semua unit yang diproduksi
 









3.  Metode Biaya Rata-rata Sederhana per Unit
Menurut metode ini total biaya bersama dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk mendapatkan biaya per unit lalu biaya per unit dikalikan dengan jumlah unit dari tiap yang diproduksi untuk menentukan porsi biaya bersama yang akan dialokasikan kepada masing-masing produk.
                                                                            Total Biaya Bersama
                         Biaya per Unit   =   ————————————————
                                                                 Total Jumlah Unit Yang Diproduksi

  Alokasi Biaya Bersama  =  Biaya per Unit  x  Jumlah Unit dari Tiap Produk yang Diproduksi 
      Untuk Tiap Produk
 








4.  Metode Biaya Rata-rata Tertimbang per Unit
Mungkin kita temukan variasi yang sangat kompleks dalam produksi produk bersama seperti kesulitan dalam produksi, jumlah waktu yang diperlukan, atau kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan atau ukuran tiap unit. Faktor-faktor yang menunjukkan bobot tiap produk, yang didasarkan pada kompleksitas tersebut, oleh karena itu harus diperhitungkan untuk memperoleh alokasi yang lebih tepat.

                                                    Total Unit Rata-rata Tertimbang Tiap Produk  1)
 Alokasi Biaya Bersama  =  ––———————————————————–  x Biaya  Bersama
   Untuk Tiap Produk         Total Unit Rata-rata Tertimbang Semua Produk 2)
    1)  Total unit rata-rata tertimbang tiap produk       =    Jumlah unit yang diproduksi  x  Bobot
    2)  Total unit rata-rata tertimbang semua produk  =   Jumlah semua total unit rata-rata tertimbang tiap produk
 















D.      Akuntansi Untuk Produk Sampingan
Metode Akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa harga pokok / Non Cost Method).
Dalam metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan / pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk sampingan sebagai berikut :
a)   Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b)  Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam cara ini pendapatan usaha bertambah.
c)   Hasil produk sampingan diperlakukan mengurangi harga pokok penjualan.
d) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e)  Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)

2.  Metode yang membebankan biaya-biaya produksi ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method)
Dalam metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli / nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok tersebut di kredit perkiraan  “ Barang Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk produk utama berkurang.

Contoh Soal
PT.  Alam Raya memproduksi 3 tiga macam produk : Jenis R, jenis W dan jenis T masing-masing produk tersebut mempunyai nilai-nilai yang signifikan (penting) yang diproduksi secara serentak. Masing-masing produk dapat dijual pada titik pisah atau dapat juga diproses lebih lanjut sebelum dijual. Biaya produksi bersama untuk tahun tersebut adalah Rp. 132.000.000,-. 
      Berikut ini informasi yang dibutuhkan untuk pengalokasian biaya bersama :


Produk
Unit Yang Diproduksi
Nilai Pasar Pada Titik Pisah
Tambahan Biaya dan Nilai Pasar Jika Diproses Lebih Lanjut
Bobot



Nilai Pasar
Biaya Tambahan



R
30.000
Rp. 3.000
Rp. 4.500
Rp.   5.000.000
3,0

W
32.000
Rp. 2.500
Rp. 4.000
Rp. 10.000.000
2,5

T
20.000
Rp. 3.500
Rp. 4.000
Rp .  2.500.000
4,0

Hitunglah alokasi biaya produk bersama dan harga pokok per unit dengan menggunakan :
a)  Metode nilai pasar relatif ; nilai pasar diketahui pada titik pisah.
b)  Metode nilai pasar relatif ; nilai pasar diketahui setelah titik pisah.
c)  Metode biaya rata-rata tertimbang per unit.


Penyelesaian:
a)  Metode Nilai Pasar Relatif ; nilai pasar diketahui pada titik pisah.


Produk
Unit Yang Diproduksi
Nilai Pasar per Unit
Total    Nilai Pasar
Nilai Pasar Relatif
Alokasi Biaya Bersama
Harga Produk per Unit
R
30.000
Rp 3.000
Rp   90.000.000
37,5 %
Rp   49.500.000
Rp 1.650,00
W
32.000
Rp 2.500
Rp   80.000.000
33,3 %
Rp   43.956.000
Rp 1.373,63
T
20.000
Rp 3.500
Rp   70.000.000
29,2 %
Rp   38.544.000
Rp 1.927,20



Rp 240.000.000

100 %

Rp 132.000.000



b)  Metode Nilai Pasar Relatif ; nilai pasar diketahui setelah titik pisah.


Produk
Unit Yang Diproduksi
Nilai Pasar per Unit
Biaya Pemrosesan Lebih Lanjut
Total Nilai Pasar Hipotesis
Nilai Pasar Relatif
Alokasi Biaya Bersama
Harga Pokok per Unit
R
30.000
Rp 4.500
Rp   5.000.000
Rp 130.000.000
39,94 %
Rp  52.720.800
Rp 1.757,36
W
32.000
Rp 4.000
Rp 10.000.000
Rp 118.000.000
36,25 %
Rp   47.850.000
Rp 1.495,31
T
20.000
Rp 4.000
Rp   2.500.000
Rp   77.500.000
23,81 %
Rp   31.429.200
Rp 1.571,46




Rp 325.500.000

100   %

Rp 132.000.000



c)  Metode Biaya Rata-rata Tertimbang per Unit


Produk
Unit Yang Diproduksi
Bobot
Total Unit Rata-rata Tertimbang

 %
Alokasi Biaya Bersama
Harga Pokok per Unit
R
30.000
3,0
       90.000
36 %
Rp   47.520.000
Rp 1.584
W
32.000
2,5
       80.000
32 %
Rp   42.240.000
Rp 1.320
T
20.000
4,0
       80.000
32 %
Rp   42.240.000
Rp 2.112



250.000

100 %

Rp 132.000.000
















Soal Latihan
PT.  Dollarsih  mempunyai informasi sebagai berikut :
Total Biaya Produksi               Rp. 6.000.000,-
Produk Utama        4.000 unit dengan harga jual  @ Rp. 2.250,-  terjual 3.800 unit
Produk Sampingan    800 unit dengan harga jual  @ Rp.    550,-  tiap satuan
Biaya Penjualan  Rp. 1.250.000,-
Biaya Umum & Administrasi  Rp. 750.000,-
Susunlah Laporan  Laba / Rugi apabila perlakuan terhadap produk sampingan adalah sebagai berikut :
a)   Hasil penjualan sampingan mengurangi Harga Pokok Penjualan
b)   Nilai jual produk sampingan dikurangkan ke Total Biaya Produksi :
      Dalam hal ini produk sampingan nilai jualnya ditaksir Rp. 640.000,- dengan laba kotor ditaksir 10 %,  Biaya Penjualan  5 %,  sedangkan Biaya Pengolahan produk sampingan setelah titik pisah ditaksir berjumlah Rp. 60.000,-

































DAFTAR PUSTAKA

1.      Agustin, 2011. Bahan Ajar Akuntansi Biaya, staffsite.gunadarma.ac.id/

2.      Anonim, 2011. Harga Pokok Pesanan, www.geocities.ws/akuntansi_fe_um/

3.      Horngren, Charles T., 1991, Cost Accounting, Prentice Hall
4.      Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Yogyakarta : BP STIE YKPN
5.      Supriyono, 1993, Akuntansi Biaya, Perencanaan & Pengendalian Biaya 1&2, Yogyakarta : BPFE
6.      Untoro, 2011. Bahan Ajar Akuntansi Biaya, staff.gunadarma.ac.id
7.      Widada, 2011. Bahan Ajar akuntansi Biaya, staffsite.gunadarma.ac.id/




































































Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer