AKUNTANSI BIAYA
BAB
1
Akuntansi Biaya dan Pengertian Biaya
Tujuan
Pembelajaran
1. Mampu menyebutkan persamaan dan perbedaan pokok antara
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
2. Mampu mendifinisikan akuntansi biaya
3. Mampu menyebutkan penggolongan biaya
A .
Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
Akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen memiliki dua kesamaan, pertama
kedua tipe akuntansi tersebut merupakan sistem pengolah informasi yang
menghasilkan informasi keuangan. Kedua berfungsi sebagai penyedia informasi keuangan
yang bermanfaat bagi seseorang untuk pengambilan keputusan.
Perbedaan pokok antara akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada:
1. Pemakai laporan akuntansi dan tujuan
mereka. Akuntansi keuangan terutama ditujukan untuk menyajikan informasi
keuangan bagi pemakai diluar perusahaan, seperti pemegang saham, kreditur,
langganan, para analisis keuangan, karyawan dan berbagai instansi pemerintah.
Akuntansi manajemen ditujukan untuk menyediakan informasi keuangan bagi
keperluan manajemen. Sebagai contoh manajer produksi memerlukan informasi biaya
produksi untuk menetapkan tindakan tindakan yang harus diambil dalam mendorong
efisiensi produksi.
2. Lingkup informasi. Akuntansi keuangan
pada umumnya menyajikan informasi mengenai perusahaan secara keseluruhan. Manajemen
perusahaan dapat mengambil keputusan hanya mrngenai bagian tertentu perusahaan.
3. Fokus informasi. Ditinjau dari waktu, fokus informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan adalah masa lalu. Akuntansi keuangnan berorientasi pada
masa lalu untuk menggambarkan pertanggungjawaban dana yang dipercayakan oleh
pihak luar kepada manajemen perusahaan. Akuntansi manajemen berorientasi pada
masa yang akan datang, karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang
akan datang, bukan masa yang telah lewat.
4. Rentang waktu. Ditinjau dari rentang
waktu yang dicakup oleh laporan yang dihasilkan, akuntansi keuangan mencakup
jangka waktu yang sudah tertentu, biasanya satu tahun, setengah tahun, satu
kuartal, satu bulan. Dilain pihak rentang waktu yang dicakup oleh laporan
keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen adalah sangat bervarisai,
dari harian, mingguan sampai bulanan, bahkan ada yang mencakup periode 10
tahun.
5. Kriteria bagi informasi akuntansi.
Kriteria yang dominan untuk menilai informasi yang dihasilkan oleh akuntansi
keuangan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang lazim. Akuntansi manajemen
menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajemen, sehingga akuntansi
ini tidak dibatasi oleh prinsip-prinsip
akuntansi yang lazim. Kriteria pokok bagi informasi akuntansi manajemen adalah
manfaat bagi manajemen.
6. Disiplin sumber. Akuntansi merupakan
ilmu terapan. Sebagai ilmu terapan, akuntansi mendasarkan diri pada prinsip dan
konsep yang dikembangkan dalam suatu ilmu dasar atau disiplin. Akuntansi
keuangan hanya bersumber pada satu disiplin(ilmu ekonomi), sedangkan akuntansi
manajemen memiliki dua disiplin sumber(ilmu ekonomi dan psikologi sosial).
7. Isi laporan. Akuntansi keuangan
menghasilkan laporan keuangan periodik yang umumnya terdiri dari neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan perubahan posisi
keuangan. Laporan ini berisi informasi
ringkas untuk memenuhi kebutuhan pihak luar. Akuntansi manajemen menghasilkan
laporan keuangan untuk manajemen dari berbagai jenjang organisasi umumnya
menyajikan informasi rinci dan mengenai bagian tertentu perusahaan.
8. Sifat informasi. Informasi yang
disajikan kepada pihak luar memerlukan ketepatan yang tinggi, karena umumnya
menyangkut masa yang telah lalu. Ketidaktepatan informasi untuk pihak luar akan
menyebabkan berkurangnya kepercayaan pihak luar terhadap laporan keuangan yang
dihasilkan oleh akuntansi keuangan. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi
manajemen digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajer. Pengambilan keputusan
selalu menyangkut masa yang akan datang, oleh karena itu informasi yang relevan
dengan pengambilan keputusan adalah informasi masa yang akan datang. Informasi
ini berisi unsur taksiran yang besar.
B.
Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya. Biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Proses
akuntansi biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar
perusahaan, dalam hal ini proses akuntansi biaya harus memperhatikan karakteristik
akuntansi keuangan. Dengan demikian akuntansi biaya dapat merupkan bagian dari
akuntansi keuangan. Proses akuntansi biaya dapat ditujukan pula untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam perusahaan. Dalam hal ini akuntansi biaya harus
memperhatikan karakteristik akuntansi
manajemen. Dengan demikian akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi
manajemen.
Akuntansi
biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan harga pokok produk, pengendalian
biaya, dan pengambilan keputusan khusus. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga
poko produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya
pembuatan produk atau penyerahan jasa. Pengendalian biaya harus didahului
dengan penentuan biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satuan
produk. Jika biaya yang seharusnya ini telah ditetapkan, akuntansi biaya
bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya tersebut.
Pengambila keputusan khusus menyangkut masa yang aka datang. Oleh karena itu
informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus selalu berhubungan
dengan informasi masa yang akan datang.
C.
Penggolongan Biaya
Terdapat lima cara
penggolongan biaya, menurut Mulyadi (1990) yaitu :
1. Obyek pengeluaran. Dalam
penggolongan ini, nama obyek pengelaran merupakan dasar penggolongan biaya.
Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang
berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.
2. Fungsi pokok dalam
perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi, yaitu fungsi produksi
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a.Biaya produksi. Merupakan
biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya
bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubugan dengan
proses produksi.
b.Biaya pemasaran.
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.
Contohnya adalah biaya biaya promosi,biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang
pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran,
biaya contoh (sample).
c.
Biaya administrasi dan umum. Merupakan
biayabiaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contohnya biaya ini adalah biaya gaji karyawan, bagian keuangan, akuntansi,
personalia dan bagian hubungan masyarakat. Jumlah biaya pemasaran biaya administrasi
dan umum sering pula disebut istilah biaya komersial.
3. Hubungan biaya dengan
sesuatu yang dibiayai. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan:
a.Biaya langsung (direct
cost). Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri daribiaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departemen
cost) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. Contohnya adalah
biaya tenaga kerja yang bekerja dalam Departemen Pemeliharaan dan biaya
depresiasi mesin yang dipakai dalam departemen tersebut.
b.Biaya tak langsung
(indirect cost). Biaya tak langsung adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead
cost).
4. Perilaku biaya dalam
hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:
a.Biaya variabel. Biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Contohnya adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
b.Biaya semivariabel. Biaya
semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume
kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c.
Biaya semitetap. Biaya semitetap adalah biaya yang
tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang
kostan pada volume produksi tertentu.
d.Biaya tetap. Biaya tetap
adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu.
Contohnya adalah gaji direktur produksi.
5. Jangka waktu manfaatnya.
Biaya dapat dibagi menjadi dua pengeluaran modaldan pengeluaran
pendapatan.
a.Pengeluaran modal
(capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (biasanya satu tahun). Pengeluaran modal ini pada saat terjadi dibebankan
sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya
dengan cara didepresiasi. Diamortisasi atau dideplesi.
b.Pengeluaran pendapatan
(revenue expenditures) adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode
akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Penggolongan biaya adalah
penggolongan proses mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen
yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat
memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.
Dari data diatas kita masukan ke dalam kartu biaya
pesanan sebagai berikut:
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Baku Departemen A xxx
Persediaan
Bahan Baku xxx
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen A xxx
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen B xxx
Barang
Dalam Proses-Biaya Bahan Penolong Departemen C xxx
Persediaan
Bahan Penolong xxx
Barang
Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen A xxx
Barang
Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen C xxx
Gaji
dan Upah xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead
Pabrik xxx
Persediaan Spareparts xxx
Persediaan Bahan lain-lain xxx
Asuransi
Dibayar di Muka xxx
Produk
jadi 3.800
unit
Diketahui :
Perhitungan
Selisih Harga Perhitungan
Selisih Kuantitas
Perhitungan
Selisih Harga Perhitungan
Selisih Kuantitas
Perhitungan
Selisih Gabungan
Perhitungan
Selisih Harga Perhitungan
Selisih Kuantitas
Perhitungan
Selisih Harga Perhitungan
Selisih Kuantitas
BAB
II
METODE
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
DAN
IKHTISAR LABA RUGI
Tujuan
Pembelajaran
- Mampu menghitung harga pokok produksi dengan metode full costing
- Mampu menghitung harga pokok produksi dengan metode variable costing
- Mampu membuat ikhtisar laba rugi
- Pengertian Harga Pokok Produksi
Metode
penentuan harga pokok produksi merupakan cara memperhitungkan
unsur-unsur biaya kedalam harga pokok produksi. Di
dalam akuntansi biaya yang konvensional komponen-komponen harga pokok
produk terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan
biaya overhead pabrik, baik yang bersifat tetap maupun variable.
Konsep harga pokok tersebut tidak selalu relevan dengan kebutuhan
manajemen. Oleh karena itu timbul konsep lain yang tidak
diperhitungakn semua biaya produksi sebagai komponen harga pokok
produk. Jadi di dalam akuntansi biaya, dimana perusahaan industri
sebagai modal utamanya, terdapat dua metode perhitungan harga pokok
yaitu Full/Absortion/Conventional Costing dan
Variable/Marginal/Direct Costing. Perbedaan pokok diantara kedua
metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya
produksi yang bersifat tetap ( Biaya Overhead Pabrik Tetap = BOPT ).
Adanya perbedaan perlakuan terhadap BOP Tetap ini akan mempunyai
pengaruh terhadap perhitungan harga pokok produk dan penyajian
laporan rugi- laba.
- Metode full Costing
Full Costing adalah
metode penentuan harga pokok produk dengan memasukkan seluruh
komponen biaya produksi sebagai unsur harga pokok, yang meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Di dalam metode full
costing, biaya overhead pabrik yang bersifat variabel maupun tetap
dibebankan kepada produk yang dihasilkan atas dasar tarif yang
ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu biaya overhead pabrik
tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk selesai yang
belum dijual, dan baru dianggap sebagai biaya (elemen harga pokok
penjualan) apabila produk selesai tersebut tidak dijual.
Menurut metode full
costing, karena produk yang dihasilkan ternyata menyerap jasa BOP
Tetap walaupun tidak secara langsung, maka wajar apabila biaya tadi
dimasukkan sebagai komponen pembentuk produk tersebut. Berikut ini
Perhitungan harga pokok produksi dan Penyajian laporan laba-rugi
dengan metode full costing;
Harga
Pokok Produksi
:
Biaya
bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya
tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya
overhead pabrik tetap Rp. xxx.xxx
Biaya
overhead pabrik variabel Rp.
xxx.xxx
Harga
Pokok Produk Rp.
xxx.xxx
Dengan
menggunakan Metode Full Costing, Biaya Overhead pabrik baik yang
variabel maupun tetap, dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan
di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang
sesungguhnya.
- Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih
(overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang dibebankan
lebih
besar
dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP
kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih
kecil
dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
- Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi)
- Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya samapi saat produk yang bersangkutan dijual.
Struktur atau
susunan penyajian laporan laba-rugi Metode
Full costing
Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang
berakhir 31 Desember …
_________________________________________________________________
Penjualan
(sales) xxx
Biaya Produksi
(production cost):
Persed.awal brg
jadi (beginning finished goods inventory) xxx
BBB (raw material
cost) xxx
BTKL direct labor
cost) xxx
BOP variabel
(variable FOH) xxx
BOP tetap (fixed
FOH) xxx
HP.Produksi (cost
of goods manufactured) xxx
+
Brg tersedia untuk
dijual ( goods available for sales) xxx
Persed. Akhir brg
jadi (ending finished goods inventory) xxx
–
HPP (cost of goods
sold) xxx
–
Laba kotor (gross
income) xxx
Biaya Non Produksi
(Non production cost):
Biaya pemasaran
(marketing expense) xxx
Biaya administrasi
dan umum
(general &
adiminstrative expense) xxx
+
Total biaya non
produksi xxx
–
Laba bersih sebelum
pajak (EBT) xxx
- Metode Variable Costing
Variable Costing
adalah metode penentuan harga pokok yang hanya memasukkan komponen
biaya produksi yang bersifat variabel sebagai unsur harga pokok, yang
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik variabel. variable costing beranggapan bahwa BOP
Tetap tadi tidak secara langsung membentuk produk, maka tidak relevan
kalau dimasukkan sebagai komponen harga pokok. Sebaiknya BOP Tetap
dimasukkan dalam kelompok period cost ( biaya periode ).
Kegunaan
Variable Costing
Metode
penentuan harga pokok berdasarkan variable costing mempunyai kegunaan
bagi intern dan ekstern sesuai dengan kepentingan mereka terhadap
perusahaan. Bagi pihak intern, metode ini dapat dipakai sebagai
penentuan harga jual, perencanaan laba dan pembuatan keputusan.
a.
Penentuan Harga Jual
Teori
ekonomi mikro menyebutkan bahwa proses terjadinya harga adalah karena
adanya dua kekuatan yang saling dominan yaitu kekuatan permintaan dan
penawaran. Dengan demikian perusahaan tidak mampu mengendalikan harga
produk yang dilempar ke pasar, karena keadaan pasar itu sendiri.
Walaupun sampai pada batas-batas tertentu perusahaan dapat mengontrol
harga jualnya, tetapi kontrol itu tidak menjadi sedemikian kuatnya
sehingga harga pokok masih merupakan satu - satunya faktor penentu
penetapan harga jual. Dalam keadaan seperti ini variable costing
memberikan pedoman bagi menajemen sampai seberapa harga jual dapat
berkurang sehingga biaya produksi dapat ditutupi.
b.
Perencanaan Laba
Metode
variable costing menitik-beratkan pada informasi mengenai
contribution margin, yang merupakan kelebihan hasil penjualan
terhadap biaya variable. Bial contribution margin dihitung dalam
bentuk presentase dari hasil penjualan, maka diperoleh contribution
margin ratio atau marginal income ratio. Contribution margin
merupakan data penting untuk membentuk menajemen di dalam mengambil
keputusan apabila suatu produk lain harus dihentikan produksinya.
Contribution margin ratio dapat membantu manajemen di dalam mengambil
keputusan produk mana yang perlu didorong dan produk mana yang
dikurangi produksinya. Di samping itu, dengan adanya pemisahan biaya
tetap dan biaya variabel di dalam metode variabel costing, maka hal
ini memungkinkan untuk melakukan analisa biaya, volume dan laba.
c
. Pembuatan Keputusan
Manajemen
sering dihadapkan pada masalah pemilihan alternatif, dimana
alternatif tersebut mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya laba
perusahaan. Bantuan VC sangat tepat dalam hal usaha untuk memasuki
pasar-pasar baru, perluasan usaha, membuat sendiri atau memesan bahan
pembantu atau suku cadang tertentu, keputusan memproses lebih lanjut
produk sebelum dijual atau menjualnya setelah proses terdahulu,
keputusan menghentikan suatu produk atau meneruskannya. Untuk
tujuan-tujuan ini elemen biaya variabellah yang merupakan
penganalisaan lebih lanjut sebelum keputusan diambil. Atau dengan
kata lain, unsur- unsur biaya yang relevan dengan tujuanlah yang
mendapat perhatian manajemen. Walaupun biaya relevan tidak selamanya
merupakan biaya variable, namun dalam tujuan- tujuan seperti yang
telah disebutkan diatas, biaya relevan merupakan biaya variabel.
Berikut
ini Perhitungan harga pokok produksi dan Penyajian laporan laba-rugi
dengan metode Variabel costing;
Harga
Pokok Produksi :
Biaya
bahan baku Rp. xxx.xxx
Biaya
tenaga kerja langsung Rp. xxx.xxx
Biaya
overhead pabrik variabel Rp.
xxx.xxx
Harga
Pokok Produk Rp.
xxx.xxx
Dengan
menggunakan Metode Variable Costing,
- Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
- Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
- Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Struktur atau
susunan penyajian laporan laba-rugi Metode
Variable costing
Laporan Laba-Rugi
Untuk periode yang
berakhir 31 Desember …
________________________________________________________________
Penjualan
(sales) xxx
Biaya variabel
(variable cost):
Persed.awal brg
jadi (beginning finshed goods inventory) xxx
BBB (raw material
cost) xxx
BTKL (direct labor
cost) xxx
BOP (FOH)
variabel xxx
+
HP.Produksi (cost
of goods manufactured) xxx
+
BTUD (goods
available for sales) xxx
Persed. Akhir brg
jadi (ending finished goods inventory) xxx
–
HPP(cost of goods
sold) xxx
–
Margin kontribusi
kotor (gross CM) xxx
Biaya komersial
variabel (variable of commercial expenses);
Biaya pemasaran
variabel (variable of marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum
variabel
(variable of general
and administrative expenses) xxx
+
xxx
–
Batas kontibusi
bersih (net CM) xxx
Biaya tetap (fixed
cost);
BOP tetap (fixed
FOH) xxx
Biaya pemasaran
tetap (fixed marketing expenses) xxx
Biaya adm.& umum
tetap
(fixed general and
administrative expenses) xxx
+
xxx
-
Laba bersih sebelum
pajak (EBT) xxx
Contoh
Soal
Pada
tahun 1999, PT.LABALA memproduksi 1000 unit batako. Biaya produksi
yang dikeluarkan selama tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Biaya
bahan baku (raw material cost) 500.000
Biaya
tenaga kerja langsung (direct labor cost) 350.000
Biaya
bahan penolong (indirect material cost) 100.000
Biaya
tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost) 110.000
Depresiasi
bangunan pabrik (depreciation of factory building) 100.000
Data
lain yang diperoleh selama tahun 1999 adalah:
- Harga jual Rp.2000 per unit.
- Produk terjual sebanyak 900 unit.
- Persediaan awal 100.000 (metode full costing) dan 90.000 (metode variable costing).
- Persediaan akhir 232.000 (metode full costing) dan 212.000 (metode variable costing).
- Pembebanan BOP (factory overhead) berdasar BTKL.
- Kapasitas normal dicapai pada saat BTKL sebesar Rp.400.000 per tahun dengan perkiraan BOP variabel Rp.250.000 dan BOP tetap Rp.110.000.
- Biaya administrasi dan umum (general and administrative expense) Rp.100.000.
- Biaya iklan (advertising expense) Rp.300.000.
Diminta
:
- Dengan menggunakan metode Full costing, hitunglah;
- Tarif BOP per unit dan jumlah BOP yang dibebankan.
- Laporan Laba/Rugi (income statement).
- Laporan Laba/Rugi dengan metode Variable costing.
Jawab;
- Metode Full costing
- Tarif BOP(FOH) per unit
BOP
T 110.000 Ket; * = pada kapasitas normal
BOP V 250.000
*
Jumlah BOP 360.000
Tarif overhead
pabrik berdasarkan BTKL, dimana kapasitas normal dicapai pada jumlah
Rp.400.000.
Tarif BOP (FOH) =
360.000
x 100% = 90% dari BTKL
400.000
- Bop yang dibebankan untuk tahun 1999 = 90% x 350.000 = 315.000
PT.LABALA
Laporan Laba/Rugi
Untuk periode
yang berakhir 31 Desember 1999
Penjualan ( Rp.2000
x 900 u ) 1.800.000
HPP (Cost of goods
sold) :
Persed. awal brg
jadi (beginning finished goods inventory) 100.000
BBB (raw material
cost) 500.000
BTKL (direct labor
cost) 350.000
BOP (FOH)
T 210.000
BOP (FOH)
V 100.000
+
HP.Produksi (Cost
of goods manufactured) 1.160.000
+
BTUD (finished
goods available for sales) 1.260.000
Persed.akhir brg
jadi (ending finished goods inventory )
232.000 –
HPP sebelum
penyesuaian
(cost of goods sold
before adjustment) 1.028.000
Selisih kapasitas
menguntungkan ( 315.000 – 310.000 )
5.000 +
HPP setelah
penyesuaian
(cost of goods sold
after adjustment) 1.033.000
-
Laba kotor (gross
income) 777.000
Biaya usaha
(operating expense):
Biaya adm. &
umum (general & administrative expense) 100.000
Biaya iklan
(advertising expense) 300.000
+
400.000
–
Laba
bersih sebelum pajak ( EBT ) 377.000
- Metode Variable costing
PT.LABALA
Laporan Laba/Rugi
Untuk periode
yang berakhir 31 Desember 1999
Penjualan ( Sales) =
Rp.2000 x 900 u 1.800.000
Biaya variabel
(variable costing):
Persed.awal brg jadi
(beginning finished goods inventory) 90.000
BBB (raw material
cost) 500.000
BTKL (direct labor
cost) 350.000
BOP (FOH)
V 210.000
+
HP.Produksi
(COGM) 1.060.000
+
BTUD ( finished
goods available for sales) 1.150.000
Persed.akhir brg
jadi (ending finished goods inventory)
212.000 –
HPP (Cost of goods
sold) variabel
938.000 –
Contribution Margin
862.000
Biaya Tetap (Fixed
expense):
BOP (FOH)
T 100.000
Biaya adm.& umum
(general & administrative expense) 100.000
Biaya iklan
(advertising expense) 300.000
+
Total biaya
tetap
500.000 –
Laba bersih sebelum
pajak ( EBT ) 362.000
Soal
Latihan
Berikut
adalah data biaya produksi dan persediaan pada akhir tahun 1999 dari
PT.OTI :
- Produksi selama tahun 1999 sebanyak 200.000 unit.
- 80% dari produksi pada tahun 1999 terjual dan sisanya masih tersimpan di gudang pada akhir tahun.
- Biaya bahan baku (Raw Material) Rp.3.000.000
- Upah langsung (Direct Labor) Rp.2.500.000
- BOP Variabel (variable FOH) Rp.1.000.000
- BOP Tetap (fixed FOH) Rp. 600.000
- Harga jual per unit Rp. 50
- Biaya adm & umum (General&Administrative Expense) Rp. 250.000
Diminta
:
- Hitung nilai persediaan akhir (Ending Inventory) th.1999 dengan met.Variable Costing dan Full Costing.
- Buat laporan Laba/Rugi (Income Statement) menurut met.Variable Costing dan Full Costing.
BAB
III
BIAYA
BAHAN BAKU
Tujuan
Pembelajaran
- Mampu menyebutkan unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang dibeli
- Mampu menghitung biaya bahan baku
- Mampu menghitung selisih bahan baku
- Pengertian dan Unsur Biaya Harga Pokok Bahan Baku
Biaya bahan dapat
dibedakan menjadi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong. Biaya
bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk
jadi dan yang diproses menjadi produk jadi dengan menggunakan tenaga
kerja dan overhead pabrik. Biaya bahan baku merupakan salah satu
elemen biaya utama. Bahan penolong adalah bahan yang indentitasnya
tidak dapat dilacak pada produk jadi dan nilai relatif tidak
material. Biaya bahan penolong merupakan elemen biaya overhead
pabrik.
Menurut prinsip
akuntansi yang lazim, semua biaya yang terjadi untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkanya dalam keadaan siap untuk diolah,
merupakan unsur harga pokok bahan baku yang dibeli. Harga
pokok bahan baku terdiri dari harga beli, biaya angkutan, dan
biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku
tersebut siap dipakai. Jadi harga pokok bahan baku bukan hanya harga
yang tercantum pada faktur pembelian (harga beli). Biaya-biaya
lainnya yang biasanya ikut diperhitungkan sebagai biaya bahan baku
selain harga beli dan biaya angkutan, antara lain; biaya pesan (order
cost), biaya penerimaan, biaya pembongkaran, biaya pemeriksaan, biaya
asuransi, dan biaya pergudangan. Pada umumnya, biaya bahan baku
dicatat hanya sebesar harga beli menurut faktur pembelian karena
biaya-biaya lain yang terjadi selain harga beli sulit diperhitungkan
kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Biaya-biaya lain tersebut
biasanya diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik
- Metode Penentuan Harga Pokok Bahan Baku
Harga bahan baku biasanya
berfluktuasi, karena itu antara pembelian yang satu dengan pembelian
lainnya sering terdapat perbedaan harga. Akibatnya adalah timbul
perbedaan pada harga pokok bahan baku yang ada di gudang meskipun
jenisnya sama. Untuk mengatasinya, maka diperlukan berbagai macam
metode penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi,
antara lain:
1. Metode Masuk Pertama Keluar
Pertama (First-In, First-Out Method)
Metode ini menentukan biaya bahan
baku dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang
pertama masuk ke dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan
baku yang pertama kali di pakai.
2. Metode Masuk Terakhir Keluar
Pertama (Last-In, First-Out Method)
Metode LIFO
menentukan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi dengan
anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk
dalam persediaan di gudang yang dipakai untuk menentukan harga pokok
bahan baku yang dipakai pertama kali dalam produksi.
3. Metode rata-rata bergerak
(Moving Average Method)
Metode ini mengitung harga pokok
rata-ratanya dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah
satuannya. Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok per
satuannya berbeda dengan harga pokok satuan barang yang ada di
gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per satuan
yang baru.
4.
Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method)
Dalam metode ini,
setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada
harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap
pembelian bahan baku yang berbeda harga satuannya harus dipisahkan
penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut
dibeli. Kelebihannya adalah tiap-tiap jenis bahan baku yang ada di
gudang jelas harga pokoknya sehingga untuk setiap pemakainnya dapat
diketahui harga pokoknya secara tepat. Kekurangannya adalah walapun
jenis bahan bakunya sama namun berbeda harga pokok per satuannya,
maka harus disimpan secara terpisah di gudang.
- Analisis Selisih Bahan Baku ( Raw material variance)
Dalam
memgendalikan dan mengawasi biaya banyak perusahaaan menggunakan
Biaya standar (standard cost) yaitu menetapkan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan per satuan produk , jadi perusahaan akan
membuat perencanaan biaya dan pada akhir periode akan diketahui
biaya yang sebenarnya terjadi dan biasanya jarang sekali pengeluaran
sesungguhnya sama dengan standar dan perbedaan ini disebut selisih
(Variances).
Selisih Bahan Baku
= Biaya Bahan Baku Sesungguhnya - Biaya Bahan Baku Standar
Selisih
bahan baku ini dapat dianalisis dalam:
A)
Selisih Harga Bahan (raw material price – variance)
Selisih
harga bahan disebabkan karena pengeluaran untuk biaya bahan harga
persatuannya tidak sama dengan standar
Selisih Harga = -
Harga Bahan Standar - Harga bahan - x Jumlah sesungguhnya
per
satuan sesungguhnya dibeli/digunakan
-
per satuan -
B)
Selisih Pemakaian Bahan
Perbedaan
yang disebabkan oleh karena pemakaian bahan menurut standar tidak
sama dengan sesungguhnya.
Selisih Pemakaian =
Pemakaian bahan - Pemakaian bahan x Harga bahan standar
Bahan
standar sesungguhnya
persatuan bahan
Contoh
Soal
PT.
ALAM RAYA adalah perusahaan manufaktur berlokasi di Jakarta, data
persediaan bahan baku (raw material inventory) yang ada dalam catatan
perusahaan adalah sebagai berikut :
Persediaan
Tanggal 1 Januari 1999 = 200 Kg @ Rp 100,00
Pembelian
Tanggal | Jumlah (Kg) | Harga / Kg |
12 Jan 1999 |
400
|
Rp 120 |
26 Jan 1999 |
500
|
Rp 90 |
31 Jan 1999 |
100
|
Rp 110 |
Pemakaian
Tanggal | Jumlah |
16 Jan 1995 |
500
|
28 Jan 1995 |
300
|
Catatan:
29 Jan 1999
Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian
tanggal 26 jan 1999
30 Jan 1999
Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang diminta
tanggal 28 januari dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan
fisik 31 Jan 1999 sebanyak 350 Kg
Dari
data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw
material used) bulan Jan 1999 dengan metode pencatatan fisik maupun
Perpetual serta metode penilaian persediaan :
a.
Metode FIFO
b.Metode
LIFO
c.Metode
Average
Jawab
A.
1. metode Fisik Fifo
Persediaan
(inventory)Per 1 Jan 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100 ) Rp 20. 000
Pembelian
Bahan (raw material purchase) :
Tgl
12/1/1999 = 400 x Rp 120 = Rp 48.000
20/1/1999 =
500 x Rp 90 = Rp 45.000
31/1/1999 =
100 x Rp 110 = Rp 11.000
Pembelian
kotor (gross purchase) Rp104.000
Pengembalian
pembelian 100 x Rp 90 = 9.000
Pembelian
bersih (net purchase) sebanyak 900 Kg Rp 95.000
Harga
perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.100 Kg
Rp 115.000
Persediaan
Bahan per 31 Jan 1999
100
x Rp 110 = Rp 11.000
250
x Rp 90 = Rp 22.500
Rp
33.500
Harga
perolehan bahan yang dipakai (raw material used) Rp 81.500
A.2.
Perpetual Fifo
KARTU
PERSEDIAAN BAHAN
|
||||||||||||
PT. Alam raya | ||||||||||||
Satuan : Nama Bahan : Minimum : | ||||||||||||
EOQ : Kode : Maksimum : | ||||||||||||
Nomor : Pesan : | ||||||||||||
Tanggal
|
Masuk /
Beli
|
Keluar /
Pakai
|
Sisa
|
|||||||||
Kuanti
Tas |
Biaya
satuan |
Jumlah (Rp) |
Kuan
Titas |
Biaya
Satuan |
Jumlah (Rp) | Kuantitas |
Biaya
satuan |
Jumlah (Rp) | ||||
1 jan 99 | 200 | 100 | 20.000 | |||||||||
12 jan 99 | 400 | 120 | 48.000 |
200
400 |
100
120 |
20.000
48.000 |
||||||
16 Jan 99 |
200
300 |
100
120 |
20.000
36.000 |
|||||||||
26 Jan 99 | 500 | 90 | 45.000 |
100
500 |
120
90 |
12.000
45.000 |
||||||
28 Jan 99 |
100
200 |
120
90 |
12.000
18.000 |
|||||||||
29 Jan 99 | (100 | 90 | 9.000) | 200 | 90 | 18.000 | ||||||
30 Jan 99 | (50 | 90 | 4.500) | 250 | 90 | 22.500 | ||||||
31 Jan 99 | 100 | 110 | 11.000 |
250
100 |
90
110 |
22.500
11.000 |
B.1.
Fisik Lifo
Persediaan
(inventory) per 1 januari 1999 (awal = 200 Kg x Rp 100) = Rp 20.000
Pembelian
bahan (raw material purchase) :
Tanggal
12/1/1999 = 400 Kg x Rp 120 = Rp 48.000
26/1/1999 = 500 Kg x Rp 90 = Rp 45.000
31/1/1999 = 100 Kg x Rp 110 = Rp 11.000
1.000 Kg 104.000
Pengembalian
pembelian 100 Kg x Rp 90 = 9.000
Pembelian
bersih(net purchase) = 900 Kg Rp 95.000
Harga
perolehan bahan siap pakai (raw material available to use) (1.100
Kg)Rp 115.000
Persediaan
Bahan per 31 Januari 1999
200
x Rp 100 = Rp 20.000
150
x Rp 120 = Rp 18.000
Rp
38.000
BAB IV
BIAYA TENAGA KERJA
Tujuan Pembelajaran
1. Mampu
menyebutkan pengertian dan penggolongan
biaya tenaga kerja
2. Mampu menghitung
biaya tenaga kerja
A.
Pengertian dan Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan
karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan
untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut.
Penggolongan Biaya Tenaga Kerja
- Menurut
fungsi pokok dalam organisasi perusahaan
- Menurut
kegiatan departemen2 dalam perusahaan
- Menurut
jenis pekerjaannya
- Menurut
hubungannya dengan produk
Penggolongan Menurut Fungsi Pokok Dalam Organisasi Perusahaan
- Biaya
tenaga kerja produksi
- Gaji
karyawan pabrik
- Biaya
kesejahteraan karyawan pabrik
- Upah
lembur karyawan pabrik
- Upah
mandor pabrik
- Gaji
manajer pabrik
- Biaya
tenaga kerja pemasaran
- Upah
karyawan pemasaran
- Biaya
kesejahteraan karyawan pemasaran
- Biaya
komisi pramuniaga
- Gaji
manajer pemasaran
- Biaya
tenaga kerja administrasi dan umum (hal brktnya)
- Gaji
karyawan bagian akuntansi
- Gaji
karyawan bagian personalia
- Gaji
karyawan bagian sekretariat
- Biaya
kesejahteraan karyawan bagian akuntansi
- Biaya
kesejahteraan karyawan bagian personalia
- Biaya
kesejahteraan karyawan bagian sekretariat
Penggolongan Menurut kegiatan departemen2 dalam perusahaan
- Departemen
produksi
misal
departemen produksi perusahaan kertas
- Bagian
pulp
- Bagian
kertas
- Bagian
penyempurnaan
Biaya tenaga kerja dlm departemen produksi tsb digolongkan
sesuai dengan bagian2 yg dibentuk dlm perush tersebut
- Departemen
non produksi
- Biaya
tenaga kerja bagian akuntansi
- Biaya
tenaga kerja bagian personalia
- dll
Penggolongan Menurut jenis pekerjaannya
- Upah
operator
- Upah mandor
- Upah
penyelia
Penggolongan
biaya tenaga kerja semacam ini digunakan sebagai dasar penetapan deferensiasi
upah standar kerja
Penggolongan Menurut hubungannya dengan produk
1.
Tenaga kerja langsung (
semua karyawan yang secara langsung ikut serta memproduksi produk jadi, yang
jasanya dapat diusut secara langsung pada produk, dan yang upahnya merupakan
bagian yang besar dalam memproduksi produk) - BTKL
2.
Tenaga kerja tidak
langsung (tenaga kerja yang jasannya tidak secara langsung dapat diusut pada
produk) - BOP
B.
Akuntansi Biaya Tenaga Kerja (Gaji dan Upah)
Tahap pencatatan
a.
Berdasar kartu hadir
karyawan
BDP biaya tenaga kerja xxxx
BOP xxxx
Biaya administrasi dan umum xxxx
Biaya pemasaran xxxx
Gaji dan upah xxxx
- Berdasar daftar gaji dan upah
bagian keuangan
Gaji dan upah xxxx
Utang PPh
karyawan xxxx
Utang gaji dan
upah xxxx
c.
Setelah uang gaji dan upah
dibayarkan
Utang gaji dan upah
Kas xxxx
d.
Penyetoran PPh ke kas
negara
Utang PPh karyawan xxxx
Kas xxxx
C.
INSENTIF
Dalam hubungannya dengan gaji dan upah, perusahaan memberikan
insentif kepada karyawan agar dapat
bekerja lebih baik. Insentif dapat didasarkan atas waktu kerja, hasil yang
diproduksi atau kombinasi diantara keduanya. Ada beberapa cara pemberian
insentif :
a.
Insentif satuan dengan jam
minimum (straight piecework with a guaranteed hourly minimum plan)
b.
Taylor differential piece
rate plan
Insentif satuan dengan jam minimum (straight piecework with a
guaranteed hourly minimum plan)
Karyawan dibayar atas dasar tarif per jam untuk meng- hasilkan
jumlah satuan keluaran (output) standar.
Untuk hasil produksi yang melebihi jumlah standar tersebut, karyawan menerima jumlah upah
tambahan sebesar jumlah kelebihan satuan keluaran diatas standar kali tarif
upah persatuan.
contoh :
1 satuan produk dibutuhkan waktu 5 menit, upah pokok Rp. 9.000
perjam. Budi menghasilkan 14 satuan perjam. Maka upah budi
upah dasar per
jam Rp. 9.000
insentif; 2 x
Rp 750 1.500
upah yang
diterima pekerja perjam Rp. 10.500
Taylor differential piece rate plan
Cara pemberian insentif ini adalah semacam straight piece rate
plan yang menggunakan tarif tiap potong untuk jumlah keluaran rendah per jam
dan tarif tiap potong yang lain untuk
jumlah keluaran tinggi per jam.
contoh :
upah per hari Rp 72.000 perhari (8 jam kerja). Rata2
menghasilkan 12 satuan perjam kerja. Ditentukan tarif upah persatuan Rp. 700
untuk 14 satuan atau kurang perjam, dan upah Rp 800 persatuan untuk yg
menghasilkan 16 satuan perjam.
budi menghasilkan 12
satuan perjam: Rp 700 x 12 = Rp 8400
adi menghasilkan 16 satuan perjam: Rp 800 x 16 = Rp 12800
Soal Latihan
1.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya tenaga kerja menurut fungsi pokok dalam organisasi
perusahaan
2.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya tenaga kerja menurut kegiatan departemen2 dalam perusahaan
3.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya tenaga kerja menurut jenis pekerjaannya
4.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya tenaga kerja menurut hubungannya dengan produk
5.
Berikut ini adalah biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan dalam departemen produksi :
Upah langsung Rp. 5.900.000
Upah tidak langsung Rp. 3.000.000
Jumlah upah Rp. 8.900.000
Gaji karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000
Biaya gaji karyawan bagian pemasaran Rp. 7.500.000
Jumlah gaji Rp.
11.500.000
Jumlah biaya tenaga kerja Rp. 20.400.000
Buatlah jurnal untuk mencatat
biaya tenaga kerja.
BAB V
BIAYA OVERHEAD
PABRIK
Tujuan Pembelajaran
1.
Mampu menyebutkan pengertian dan penggolongan biaya overhead
pabrik
2.
Mampu menghitung tarif biaya overhead
pabrik
A.
Pengertian dan Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan setiap biaya yang tidak secara
langsung melekat pada suatu produk, yaitu semua biaya-biaya diluar biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik mencakup biaya
produksi lainnya seperti pemanasan ruang pabrik, penerangan, penyusutan pabrik
dan mesin-mesin. Biaya pabrik seperti pemeliharaan, gudang bahan-bahan dan hal
lain yang memberikan pelayanan-pelayanan kepada bagian produksi juga merupakan
bagian dari biaya overhead pabrik. Biaya penjualan dan biaya distribusi, dan
semua biaya administrasi juga diperhitungkan sebagai biaya overhead sepanjang
biaya-biaya tersebut tidak dapat secara langsung dihubungkan dengan unit
produk.
Penggolongan Biaya Overhead Pabrik
1.
Penggolongan BOP menurut
sifatnya
2.
Penggolongan BOP menurut
perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
3.
Penggolongan BOP menurut
hubungannya dengan departemen
Penggolongan BOP Menurut Sifatnya
- Biaya bahan
penolong (biaya bahan yg nilainya kecil)
- Biaa
reparasi dan pemeliharaan (suku cadang, BHP)
- Biaya
tenaga kerja tidak langsung
1)
karyawan di departemen
pembantu
2)
Karyawan tertentu di
departemen produksi seperti kepala dept produksi, mandor, tenaga administrasi)
- Biaya yang
timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (biaya depresiasi)
- Biaya yang
timbul sebagai akibat berlalunya waktu (biaya asuransi)
- Biaya
overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai( biaya listrik)
Penggolongan BOP menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
- BOP Tetap
- BOP
Variabel
- BOP Semi
Variabel
Penggolongan BOP menurut hubungannya dengan departemen
- BOP
Langsung departemen
- BOP Tidak
langsung departemen
B.
Penentuan Tarif Biaya Overhead Pabrik
Langkah-langkah Penentuan tarif BOP
1.
Menyusun anggaran biaya overhead
pabrik
2.
Memilih dasar pembebanan
biaya overhead pabrik kepada produk
3.
Menghitung tarif biaya
overhead pabrik
Menyusun anggaran biaya overhead pabrik
Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiatan
(kapasitas) yang akan dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik.
a.
Kapasiras teoritis
(theorritical capacity) adalah kapasitas pabrik atau suatu departemen utk
menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu
tertentu. Kapasitas praktis adalah kapasitas teoritis diku- rangi dg kerugian2
waktu yg tdk dapat dihindari karena hambatan2 intern perusahaan.
b.
Kapasitas normal (normal
capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya
dalam jangka panjang.(diperhitungkan kecenderungan penjualan dlm jangka
panjang)
c.
Kapasitas sesungguhnya yg
diharapkan (expected actual capacity) adalah kapasitas sesungguhnya yang
diperkirakan akan dapat dicapai dalam tahun yang akan datang.
Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk
Dasar-dasar pembebanan BOP
a.
Satuan produk
b.
Biaya bahan baku
c.
Biaya tenaga kerja
langsung
d.
Jam tenaga kerja langsung
e.
Jam mesin
Faktor -faktor yg harus dipertimbangkan dlm memilih ;
1.
Perhatikan jenis BOP yg
dominan jumlahnya dalam departemen produksi
2.
Perhatikan sifat-sifat BOP
yg dominan tsb & eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai.
a. Satuan produk
Tarif BOP persatuan = Taksiran
BOP
Taksiran
jml produk dihasilkan
Contoh ;
Taksiran BOP selama satu tahun anggran Rp. 60.000.000
Taksiran jml produk dihasilkan 6000
unit
Tarif BOP = Rp. 60.000.000 : 6000 =Rp 10.000 perunit produk
Misalnya suatu pesanan
sebanyak 500 unit akan dibebani BOP sebesar : Rp 10.000 x 500 = Rp.
5.000.000
Metode ini cocok digunakan dalam perusahaan yang hanya
memproduksi satu macam produk
b. Biaya bahan baku
Persentase BOP dari biaya bahan baku yang dipakai =
(Taksiran BOP : Taksiran biaya bahan baku yg dipakai) x 100%
Contoh:
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000
Taksiran biaya bahan baku 1 th anggaran Rp. 4.000.000
Tarif BOP sebesar :
(2.000.000 : 4.000.000) x 100% = 50% dari biaya BB dipakai
Misal suatu pesanan menggunakan bahan baku Rp 500.000
Maka BOP pesanan ini = 50% x 500.000 = Rp 250.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP yang dominan bervariasi
dengan nilai bahan baku (misal biaya asuransi bahan baku)
c. Biaya tenaga kerja
Persentase BOP dari biaya tenaga kerja langsung =
(Taksiran BOP : Taksiran BTKL) x 100%
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp 2.000.000
Taksiran BTKL selama 1 tahun anggaran Rp 5.000.000
Tarif BOP sebesar :
(2.000.000 : 5.000.000) x 100% = 40% BTKL yang dipakai
Misal suatu pesanan menggunakan BTKL sebesar Rp 400.000
Maka BOP pesanan ini = 40% x 400.000 = Rp 160.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP mempunyai hubungan erat
dengan jumlah upah tenaga kerja langsung (misal pajak penghasilan atas upah
pegawai yg menjadi tangungan perusahaan)
d. Jam tenaga kerja langsung
Tarif BOP perjam TKL
= Taksiran BOP
Taksiran
Jam TKL
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp 2.000.000
Taksiran jam TKL selama 1 th anggaran 2.000 jam
Tarif BOP sebesar : (2.000.000 : 2.000) Rp 1.000 perjam TKL
Misal suatu pesanan menggunakan jam TKL sebanyak 200 jam
Maka BOP pesanan ini : Rp 1.000 x 200 = Rp 200.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP mempunyai hubungan erat
dengan jumlah jam tenaga kerja langsung.
e. Jam mesin
Tarif BOP perjam kerja mesin = Taksiran
BOP
Taksiran
jam kerja mesin
Contoh :
Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran : Rp.
2.000.000
Taksiran jam mesin selama tahun anggaran 10.000 jam mesin
Tarif BOP sebesar:
(2.000.000 : 10.000) = Rp 200 per jam mesin
Misal suatu pesanan menggunakanjam mesin sebanyak 300 jam mesin.
Maka BOP: 300 x 200 = Rp 60.000
Metode ini cocok digunakan jika BOP bervariasi dengan waktu
penggunaan mesin. (misal bahan bakar, listrik)
Soal Latihan
1.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
2.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
3.
Sebutkan dan jelaskan
penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen
4.
Sebutkan dan jelaskan
langkah-langkah penyusunan tarif biaya overhead pabrik.
BAB VI
DEPARTEMENTALISASI
BIAYA OVERHEAD PABRIK
Tujuan Pembelajaran
1.
Mampu menyebutkan pengertian departementalisasi biaya overhead
pabrik
2.
Mampu menghitung biaya overhead pabrik
per departemen
A.
Pengertian Departementalisasi BOP
Departementalisasi
Biaya Overhead Pabrik adalah Pembagian pabrik ke dalam bagian – bagian yang
disebut departemen biaya ( cost center ) yang dibebe dengan biaya overhead
pabrik. Oleh karena itu departementalisasi biaya overhead pabrik memerlukan
pembagian perusahaan ke departemen – departemen untuk memudahkan pengumpulan
biaya overhead pabrik yang terjadi. Departemen – depepartemen inilah yang
meruapakan pusat – pusat biaya yang merupakan tempat ditandingkannya biaya dengan
prestasi yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Departementalisasi
Biaya Overhead Pabrik manfaatnya untuk Pengendalian biaya dan ketelitian
penentuan harga pokok produk. Dengan digunakannya tarif – tarif biaya overhead
pabrik yang berbeda – beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang
melewati suatu departemenproduksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik
sesuai dengan tarif departemen yang bersangkutan. Departemen biaya overhead
pabrik bermanfaat untuk pengendalian biaya dan ketelitian penentuan hatga
pokok. Pengendalian biaya overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan
cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan
memperjelas tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalm departemen tertentu. Dengan
digunakannya tarif – tarif biaya overhead pabrik yang berbeda – beda untuk tiap
departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen produksi
akan dibebani dengan biaya overhed pabrik sesuai dengan ratif departemenyangbersangkutan.
B.
Langkah-langkah Penentuan Tarif BOP per Departemen
- Penyusunan
anggaran BOP per departemen
- Alokasi BOP
departemen pembantu ke departemen produksi.
- Metode
alokasi langsung
- Metode
alokasi bertahap, yang terdiri dari:
1)
Metode alokasi langsung
2)
Metode aljabar
3)
Metode urutan alokasi yang
diatur
- Perhitungan
tarif pembebanan BOP perdepartemen
Penyusunan Anggaran BOP
per Departemen
- Penaksiran
BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun
anggaran
- Penaksiran
BOP tak langsung departemen.
- Distribusi
BOP tak langsung depatemen ke
depar-temen-departemen yang
menikmati manfaatnya
- Penjumlahan
BOP per departemen (baik BOP langsung maupun tak langsung departemen)
untuk mendapatkan anggaran BOP per departemen (baik departemen produksi
maupun departemen pembantu)
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Metode alokasi langsung
Ø
BOP departemen pembantu
dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang menikmatinya
Ø
Metode alokasi langsung
digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh departemen pembantu hanya dinikmati
oleh departemen produksi saja.
Contoh :
Berikut ini data BOP PT ADI tahun 2011
Departemen produksi A Rp 10.000.000
Departemen produksi B Rp 15.000.000
Departemen pembantu X Rp
4.000.000
Departemen pembantu Y Rp
6.000.000
Taksiran pemakaian jasa departemen pembantu oleh departemen
produksi
Departemen Pembantu
|
Departemen Produksi A
|
Departemen
Produksi B
|
Departemen Pembantu X
|
75%
|
25%
|
Departemen Pembantu Y
|
60%
|
40%
|
Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi
Keterangan
|
Dept Prod A
|
Dept Prod B
|
Dept Pemb X
|
Dept Pemb Y
|
Jml BOP Langsung & tdk langsung
|
10.000.000
|
15.000.000
|
4.000.000
|
6.000.000
|
Alokasi BOP dept X
|
3.000.000
|
1.000.000
|
(4.000.000)
|
|
Alokasi BOP dept Y
|
3.600.000
|
2.400.000
|
(6.000.000)
|
|
Jml alokasi BOP dr dept pembantu
|
6.600.000
|
3.400.000
|
0
|
0
|
Jml biaya dept produksi
|
16.600.000
|
18.400.000
|
Alokasi BOP Departemen Pembantu ke Departemen Produksi
Metode aljabar
Ø
Dalam metode ini jumlah
biaya tiap-tiap departemen pembantu dinyatakan dalam persamaan aljabar
Contoh
Departemen produksi A 9.000.000
Departemen produksi B 15.000.000
Departemen pembantu X 3.000.000
Departemen pembantu Y 5.000.000
+
Total BOP 32.000.000
Persamaan Aljabar
X = 3.000.000 + 0,20 y
Y = 5.000.000 + 0,10 x
Dept A
|
Dept B
|
De pt X
|
Dept Y
|
|
Jasa dept X
|
65%
|
25%
|
10%
|
|
Jasa dept Y
|
45%
|
35%
|
20%
|
Dept A
|
Dept B
|
De pt X
|
Dept Y
|
|
Jasa dept X
|
35%
|
25%
|
40%
|
|
Jasa dept Y
|
35%
|
35%
|
30%
|
BOP X=10.000.000
BOP Y=8.000.000
X=10.000.000+0,3Y
Y = 8.000.000 + 0,4X
BOP Y=8.000.000
X=10.000.000+0,3Y
Y = 8.000.000 + 0,4X
Dua persamaan tersebut dapat diselesaikan lebih lanjut sebagai
berikut :
X = 3.000.000 + 0,20 y
X = 3.000.000 + 0,20 (5.000.000 + 0,10x)
X = 3.000.000 + 1.000.000 + 0,02 x
X – 0,02 x = 4.000.000
0,98 x =
4.000.000
x
= 4.000.000 : 0,98
=
4.081.633
y
= 5.000.000 + 0,10 x
=
5.000.000 + 408.163
y
= 5.408.163
Pembuktian
Y = 5.000.000 + 0,10 x
Y = 5.000.000 + 0,10 ( 3.000.000 + 0,20 y)
Y = 5.000.000 + 300.000 + 0,02 y
Y – 0,02y = 5.300.000
0,98 y = 5.300.000
Y = (5.300.000 : 0,98)
Y = 5.408.163
X = 3.000.000 + 0,20y
X = 3.000.000 + 0,20 (5.408.163)
X = 3.000.000 + 1.081.632
X = 4.081.633
Alokasi BOP departemen pembantu ke departe-men pembantu lain dan
departemen produksi
Keterangan
|
Dept pemb X
|
Dept pemb Y
|
Dept prods A
|
Dept prods B
|
BOP langsung & tdk langsung dept
|
3.000.000
|
5.000.000
|
9.000.000
|
15.000.000
|
Alokasi BOP dept X
|
(4.081.632)
|
408.163
|
2.653.061
|
1.020.508
|
Alokasi BOP dept Y
|
1.081.632
|
(5.408.163)
|
2.433.673
|
1.892.857
|
0
|
0
|
14.086.734
|
17.913.265
|
BAB VII
METODE HARGA POKOK
PESANAN
Tujuan Pembelajaran
1.
Mengetahui karakteristik perusahaan yang produksinya
berdasarkan pesanan
2.
Melakukan akumulasi biaya berdasarkan pesanan
3.
Membuat ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode
harga pokok pesanan
A.
Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga
pokok pesanan biasanya diterapkan di perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan.
Perusahaan ini mengolah bahan baku menjadi produk jadi berdasarkan pesanan dari
luar atau dari dalam perusahaan. Karakteristik usaha perusahaan tersebut adalah
sebagai berikut:
- Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus
- Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan
oleh pemesan
- Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan bukan untuk memenuhi
persediaan di gudang
Perusahaan yang berproduksi atas
dasar pesanan, memulai kegiatan produksinya setelah menerima order dari pembeli,
tetapi sering juga terjadi, perusahaan mengeluarkan order produksi untuk
mengisi persediaan di gudang.
Syarat penggunaan Metode Harga Pokok Pesanan:
a. Masing-masing
pesanan, pekerjaan, atau produk dapat dipisahkan identitasnya secara jelas dan
perlu dilakukan penentuan harga pokok pesanan secara individual.
b. Biaya
produksi harus dipisahkan ke dalam dua golongan, yaitu: biaya langsung (BBB
& BTKL) dan biaya tak langsung (selain BBB & BTKL).
c. BBB dan
BTKL dibebankan/diperhitungkan secara langsung terhadap pesanan ybs., sedangkan
BOP dibebankan kepada pesanan atas dasar tarif yang ditentukan di muka.
d. Harga
pokok setiap pesanan ditentukan pada saat pesanan selesai.
e. Harga
pokok per satuan produk dihitung dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang
dibebankan pada pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk dalam pesanan.
Rincian
mengenai suatu pesanan dicatat dalam kartu biaya pesanan. Kartu ini berfungsi
sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap
pesanan. Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung (biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja) dan biaya produksi tidak langsung (BOP). Biaya
produksi langsung dicatat dalam kartu biaya pesanan yang bersngkutan secara
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatat dalam kartu biaya
pesanan berdasarkan suatu tarif tertentu. Contoh kartu biaya pesanan sebagai
berikut:
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : Pemesan :
Jenis Produk : Sifat
Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga Jual :
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead Pabrik
|
||||||||
Tgl
|
No BPBG
|
Ket
|
Jml
|
Tgl
|
NoKartu JamKerja
|
Jml
|
Tgl
|
Jam Mesin
|
Tarif
|
Jml
|
B. Pencatatan Akuntansi Harga Pokok Pesanan
PT ABC dalam menyelesaikan suatu pesanan no 110 menghabiskan
rincian biaya sebagai berikut:
- Biaya bahan baku
Kertas jenis X 85
rem @ Rp 10.000 Rp
850.000
Tinta jenis B 5
kg @ Rp 100.000 500.000
Jumlah bahan baku untuk pesanan 110 Rp
1.350.000
- Biaya tenaga kerja
Upah langsung untuk pesanan 110 adalah 225 jam @ Rp 4.000 Rp 900.000
- Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk atas dasar tarif sebesar 150%
dari biaya tenaga kerja langsung
Pesanan 110 150% x Rp
900.000 Rp
1.350.000
PT ABC
Surabaya
KARTU BIAYA PESANAN
No Pesanan : 110 Pemesan :
Jenis Produk : Sifat
Pesanan :
Tgl Pesan : Jumlah :
Tgl Selesai : Harga
Jual :
Biaya Bahan Baku
|
Biaya Tenaga Kerja
|
Biaya Overhead Pabrik
|
||||||||
Tgl
|
No BPBG
|
Ket
|
Jml
|
Tgl
|
No Kartu Jam Kerja
|
Jml
|
Tgl
|
Dasar
|
Tarif
|
Jml
|
Kertas X
Tinta B
Jumlah
|
850.000
500.000
1.350.000
|
Jumlah
|
900.000
900.000
|
BTKL*
Jumlah
|
150%
|
1.350.000
1.350.000
|
||||
Jumlah total biaya
produksi
|
3.600.000
|
*BTKL = Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
1.
Pencatatan
akuntansi metode harga pokok pesanan
a.
Akuntansi biaya
bahan baku
Untuk pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal
Persediaan bahan baku xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode perpetual)
Pembelian xxx
Utang usaha/Kas xxx
(jurnal jika menggunakan metode periodik)
Sedangkan untuk penggunaan bahan baku dicatat dengan jurnal:
Barang dalam proses xxx
Persediaan bahan baku xxx
Missal dari contoh diatas diketahui total pemakaian bahan baku sebesar
Rp 1.350.000 maka jurnalnya adalah
Barang dalam proses 1.350.000
Persediaan bahan baku 1.350.000
Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan penolong adalah
BOP sesungguhnya xxx
Persediaan bahan penolong xxx
b.
Akuntansi biaya
tenaga kerja
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang adalah
Gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
Jurnal untuk mencatat distribusi biaya tenaga kerja adalah
Barang dalam proses xxx
BOP sesungguhnya xxx
Biaya administrasi dan umum xxx
Biaya pemasaran xxx
Gaji dan upah xxx
Dari contoh soal diatas maka jurnal untuk mencatat pemakaian biaya
tenaga kerja adalah
Barang dalam proses 900.000
Gaji dan upah 900.000
c.
Akuntansi biaya
overhead pabrik
Jurnal untuk mencatat BOP yang sesungguhnya terjadi adalah:
BOP sesungguhnya xxx
Macam-macam biaya xxx
Jurnal untuk mencatat pembebanan BOP adalah:
Barang dalam proses xxx
BOP yang dibebankan xxx
Kemudian BOP yang dibebankan ditutup ke BOP sesungguhnya dengan jurnal
BOP yang dibebankan xxx
BOP sesungguhnya xxx
Dari contoh kasus diatas maka jurnal untuk mencatat pembebanan BOP
adalah
Barang dalam proses 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP yang dibebankan 1.350.000
BOP sesungguhnya 1.350.000
d.
Akuntansi untuk
produk jadi
Jurnal untuk produk jadi adalah
Persediaan produk jadi xxx
Barang dalam proses xxx
Misal dari contoh diatas pesanan 110 telah selesai diproduksi maka dari
kartu biaya pesanan akan dapat dihitung biaya produksi yang telah dikeluarkan
untuk pesanan yang bersangkutan. Harga pokok pesanan 110 dihitung sebagai
berikut:
Biaya bahan baku 1.350.000
Biaya tenaga kerja 900.000
BOP 1.350.000
Total harga pokok pesanan 110 3.600.000
Maka jurnalnya adalah
Persediaan produk jadi 3.600.000
Barang dalam proses 3.600.000
e.
Akuntansi untuk
harga pokok produk dalam proses
Jurnal untuk mencatat produk dalam proses adalah
Persediaan produk dalam proses xxx
Barang dalam proses xxx
f.
Akuntansi untuk
pesanan yang dijual
Jurnal untuk mencatat pesanan yang telah terjual adalah
Harga pokok penjualan xxx
Persediaan produk jadi xxx
Piutang dagang/Kas xxx
Penjualan xxx
Misal pesanan 110 telah dijual dengan harga Rp 5.200.000 maka jurnalnya
adalah
Harga pokok penjualan 3.600.000
Persediaan produk jadi 3.600.000
Piutang dagang/Kas 5.200.000
Penjualan 5.200.000
Soal Latihan
1.
Jelaskan
karakteristik perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan
2.
Berikan contoh
perusahaan yang menggunakan metode harga pokok pesanan
3.
Jelaskan fungsi
kartu biaya pesanan
4.
Berikut ini
transaksi yang terjadi di Ducati Company
a)
Pembelian bahan
baku secara kredit sebesar Rp 35.000
b)
Bukti permintaan
bahan baku sebesar Rp 8.000 untuk bahan baku langsung dan Rp 2.000 untuk bahan
penolong disimpan oleh gudang
c)
Beban gaji
pabrik senilai Rp 9.400 terdiri atas Rp 7.600 tenaga kerja langsung dan Rp
1.800 tenaga kerja tidak langsung
d)
Penyusutan
peralatan pabrik sebesar Rp 1.200
e)
Suatu pesanan
diselesaikan dengan rincian biaya sebagai berikut: biaya tenaga kerja langsung
Rp 1.830, biaya bahan baku sebesar Rp 1.450. Overhead dibebankan dengan tarif
66% dari biaya tenaga kerja langsung
f)
Pesanan yang
dimaksud di poin (e) dikirim ke pemesan dengan harga Rp 6.100
Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk mencatat transaksi diatas
5.
PT Liverpol
mengumpulkan data biaya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan. Untuk
pesanan No 120 tersedia data sebagai berikut:
Bahan baku langsung Tenaga
kerja langsung
14/9 Dikeluarkan Rp 600 90
jam @ 6,20/jam
20/9 Dikeluarkan Rp 331 70
jam @ 7,30/jam
22/9 Dikeluarkan Rp 200
Overhead dibebankan dengan tarif Rp 80/jam mesin. 10 jam mesin digunakan
untuk menyelesaikan pesanan No 120
Diminta:
- Masukan informasi diatas ke dalam kartu biaya pesanan
- Tentukan harga jual pesanan no 120 dengan asumsi perusahaan menentukan
profit sebesar 50% dari biaya.
- Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan pesanan No 120
BAB VIII
METODE HARGA POKOK
PROSES
Tujuan Pembelajaran
1.
Mengetahui karakteristik perusahaan yang produksinya
berdasarkan proses
2.
Melakukan akumulasi biaya berdasarkan proses
3.
Membuat ayat jurnal akuntansi biaya berdasarkan metode
harga pokok proses
A.
Pengertian Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses
merupakan metode pengumpulan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan yang
mengolah produknya secara massa. Didalam metode ini, biaya
produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu, dan
biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam periode
tertentu dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang
bersangkutan.
Karakteristik Usaha
Perusahaan Yang Berproduksi Secara Massa.
- Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
- Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
- Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi
yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Karakteristik Metode
Harga Pokok Proses.
- Pengumpulan biaya produksi per departemen produksi per periode
akuntansi.
- Perhitungan HPP per satuan dengan cara membagi total biaya produksi
yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan.
- Penggolongan biaya produksi langsung dan tak langsung seringkali
tidak diperlukan.
- Elemen yang digolongkan dalam BOP terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun
tidak langsung). BOP dibebankan berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi.
Persediaan
Produk Dalam Proses Awal
- Dalam suatu
departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir periode akan menjadi
persediaan produk dalam proses pada awal periode berikutnya.
- Produk dalam proses
awal periode ini akan membawa harga pokok persatuan yang berasal dari periode
sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok per satuan yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang
bersangkutan dalam periode sekarang. Dengan demikian jika dalam periode
sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke gudang atau ke
departemen berikutnya , harga pokok yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok
produk selesai tersebut.
Metode
Rata-Rata Tertimbang
- Dalam metode ini,
jumlah harga pokok produk dalam proses awal ditambahkan dengan biaya
produksiyang dikeluarkan periode sekarang dibagi dengan unit ekuivalensi
produk untuk menghasilkan harga pokok rata-rata tertimbang.
- Harga pokok produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama merupakan harga
pokok kumulatif,yaitu merupakan penjumlahan harga pokok dari departemen
satu ditambahkan dengan depar temen berikutnya yang bersangkutan.
Metode
Masuk Pertama Keluar Pertama
- Dalam metode ini,
menganggap biaya produksi periode sekarang pertama kali digunakan untuk
menyelesaikan produk yang pada awal periode masih dalam proses, baru
kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam
proses periode sekarang.
- Oleh karena itu
dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat penyelesaian persediaan produk
dalam proses awal harus diperhitungkan.
- Dalam departemen
setelah departemen I, produk telah membawa harga pokok dari
periodesebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk yang ditransfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang.
B.
Pengumpulan
Biaya Produksi dalam Metode Harga Pokok Proses
§
Biaya
Bahan
Pencatatan
pemakaian Bahan Baku di Departemen A:
Persediaan
Bahan Baku xxx
Pencatatan
pemakaian Bahan Penolong pada Bagian Produksi:
Persediaan
Bahan Penolong xxx
§
Biaya Tenaga
Kerja (Langsung & Tak Langsung):
Pencatatan
biaya tenaga kerja (langsung & tak langsung) di Departemen Produksi:
Barang
Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Departemen B xxx
Gaji
dan Upah xxx
§
Biaya
Overhead Pabrik
ü BOP pada
Metode Harga Pokok Proses adalah biaya produksi selain biaya bahan baku, biaya
bahan penolong, dan biaya tenaga kerja, baik langsung maupun tak langsung yang terjadi
di departemen produksi.
ü BOP
dapat dibebankan kepada produk atas dasar tarif dan dapat juga dibebankan atas
dasar BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode.
ü Pembebanan
BOP sesungguhnya kepada produk dapat dilakukan jika:
q Produksi
relatif stabil dari periode ke periode
q BOP,
terutama yang tetap, bukan merupakan bagian yang berarti dibandingkan dengan
jumlah seluruh biaya produksi
q Hanya
diproduksi satu macam produk.
ü Pencatatan
berbagai jenis BOP di Departemen Produksi:
Persediaan Spareparts xxx
Persediaan Bahan lain-lain xxx
Asuransi
Dibayar di Muka xxx
Contoh Soal
Produk diolah melalui satu
departemen. Dalam keten tuan ini anggapan yang digunakan ;
·
Tidak terdapat persediaan produk dalam
proses awal
·
Tidak terdapat produk yang rusak atau
hilang dalam proses pengolahan.
·
Perusahaan hanya memproduksi satu macam
produk.
CV
Pribadi
dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu departemen
produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan
September 2004, yakni sbb ;
Produk
yang dimasukkan dlm proses 5.000
unit
Produk
jadi 3.800
unit
Produk
dlm proses dengan
tkt
penyelesaian Bhn baku dan
penolong
100 %; biaya
konversi
40 %.
1.200 unit
Jumlah
produk yang diproses 5.000
unit
Data
Biaya produksi
Berdasarkan
informasi berikut ini adalah biaya produksi yang telah dikeluarkan yakni
sebagai berikut
Biaya
bahan baku
Rp.
300.000
Biaya
bahan penolong Rp.
450.000
Biaya
tenaga kerja Rp.
513.600
Biaya
overhead pabrik Rp. 642.000
Total Biaya produksi Rp. 1.905.600
Berdasarkan data tersebut di atas, maka tentukan
1.
Berapa biaya produksi per unit
untuk mengolah produk tersebut
2.
Tentukan berapa harga pokok
produk jadi
3.
Berapa harga pokok produk dalam
proses akhir bulan September 2004.
4.
Buatlah jurnal-2 yang diperlukan.
1. Perhitungan Harga Pokok
produksi per unit
No.
|
Jenis
Biaya
|
Jml
Biaya
|
Unit
Equivalen
|
Biaya/Unit
|
1.
|
Bia Bhn baku
|
Rp. 300.000
|
3800+(1200 x 100%)
|
Rp. 60
|
2.
|
Bia Bhn Penolong
|
Rp. 450.000
|
3800+(1200 x 100%)
|
Rp. 90
|
3.
|
Bia Tenaga Kerja
|
Rp. 513.600
|
3800+(1200 x 40%)
|
Rp. 120
|
4.
|
Bia Overhead Pabrik
|
Rp. 642.000
|
3800+(1200 x 40%)
|
Rp. 150.
|
Biaya Produksi Per Unit
|
Rp. 420
|
2. Harga Pokok produk jadi yang
ditransfer ke gudang yakni sebesar :
3800
unit x
Rp. 420 = Rp.
1.596.000
3. Harga Pokok produksi yang
masih dalam proses akhir
Biaya bahan baku : ( 1200 x 100% ) x Rp. 60 = Rp. 72.000
Biaya bahan penolong ( 1200 x 100% ) x Rp. 90 = Rp. 108.000
Biaya Tenaga Kerja ( 1200 x 40% ) x Rp. 120 = Rp. 57.600
Biaya Overhead Pabrik ( 1200
x 40% ) x Rp. 150 = Rp. 72.000
Jumlah Harga Pokok produksi yg masih dlm
proses akhir = Rp.
309.600
Jurnal-Jurnal yang Diperlukan.
1. Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
BDP – Biaya Bahan baku Rp. 300.000.
Persediaan Bahan
Baku Rp.
300.000
2. Jurnal untuk mencatat biaya bahan penolong :
BDP – Biaya Bahan Penolong Rp.
450.000
Persediaan Bahan
Penolong Rp. 450.000
3. Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja
BDP – Biaya Tenaga Kerja Rp.
513.600
Gaji dan Upah Rp.
513.600
4. Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik
BDP – Biaya Overhead pabrik Rp. 642.000
Berbagai Rekening
yang Di kredit Rp. 642.000
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk
jadi yang ditransfer ke gudang.
Persediaan produk jadi Rp. 1.596.000
BDP- Biaya BahanBaku Rp.
228.000
BDP- Biaya Bahan
Penolong Rp.
342.000
BDP- Biaya
Tenaga Kerja lgs Rp.
456.000
BDP- Biaya
Overhead Pabrik Rp.
570.000
6. Jurnal untuk mencatat harga
pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan produk dalam proses Rp. 309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan
Penolong Rp.
108.000
BDP- Biaya
Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya
Overhead Pabrik Rp. 72.000
Soal Latihan
Produk diolah melalui lebih dari
satu departemen.
PT Salima memiliki dua
departemen produksi dalam mengo lah produknya yakni departemen A dan departemen
B. Berikut ini disajikan data produksi dan biaya untuk kedua departemen
tersebut
Dept A Dept
B
Produk yang dimasukkan dlm proses 50.000 -
Produk selesai yang ditranfer ke Dept B 40.000 -
Produk selesai ditransfer Ke gudang -
35.000
Produk dlm proses akhir bulan
Dgn tkt penyelesaian bhn baku
Dan penolong 100 %, bia-
ya tenaga kerja 40 % dan BOP 35 %. 10.000 -
tkt penyelesaian biaya bhn pe-
nolong 60 % dan biayakonversi 30 %. - 5.000
Data
Biaya produksi
Berdasarkan
informasi berikut ini adalah biaya produksi yang dikeluarkan selama bulan
berlangsung adalah Sebagai berikut
Dept A Dept
B
Biaya bahan baku Rp. 800.000 -
Biaya bahan penolong Rp.
1.150.000 Rp. 988.000
Biaya tenaga kerja Rp.
1.100.000 Rp.
1.241.000
Biaya overhead pabrik Rp. 870.000 Rp.
2.044.000
Diminta ;
Berdasarkan informsi di atas, maka tentukan
a.
Harga pokok produksi per satuan
yang dihasilkan oleh Departemen A
b.
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer ke Depar teman B.
c.
Harga Pokok produk dalam proses
akhir bulan.
Soal latihan
Biaya overhead pabrik langsung dan tidak langsung
departemen-departemen produksi dan pembantu selama tahun anggaran 2007
diperkirakan sebagai berikut:
Departemen Produksi
Departemen A $60.000
Departemen B $80.000
Departemen Pembantu
Departemen Y $36.300
\ Departemen Z $20.000
Jasa
yang dihasilkan departemen pembantu dibagikan menurut proporsi sebagai berikut:
Departemen
Pembantu Departemen Produksi
Dept.
Y Dept.Z Dept.A Dept.B
Jasa
Departemen Y 20% 40% 40%
Jasa
Departemen Z 30% 20% 50%
Dengan menggunakan metode aljabar alokasikan biaya
overhead pabrik departemen pembantu ke departemen pembantu lain dan departemen
produksi.
BAB IX
METODE HARGA POKOK
STANDAR
Tujuan Pembelajaran
1.
Mampu menyebutkan pengertian dan prosedur penentuan biaya
standar
2.
Mampu menghitung biaya standar
A.
Pengertian
Biaya Standar
Biaya
Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang
seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau membiayai kegiatan
tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain
tertentu.
Prosedur
Penentuan Biaya Standar
Biaya
Bahan Baku Standar, terdiri atas :
1. Masukan fisik yang diperlukan untuk
memproduksi sejumlah keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama
kuantitas standar.
2. Harga satuan masukan fisik tersebut, atau
disebut pula harga standar.
Kuantitas
Standar Bahan Baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1. Penyelidikan teknis.
2. Analisis catatan masa lalu dalam bentuk :
a) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku
untuk produk atau pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku
dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c) Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku
dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik.
Harga
yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa
:
1. Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa
yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun.
2. Harga yang berlaku pada saat penyusunan
standar.
3. Harga yang diperkirakan akan merupakan harga
normal dalam jangka panjang.
Biaya Tenaga
Kerja Standar
Jam
Tenaga Kerja Standar dapat ditentukan dengan cara :
1. Mnghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi
dalam suatu pekerjaan dari Kartu Harga Pokok (Cost Sheet) periode yang lalu.
2. Membuat test-run operasi produksi dibawah
keadaan normal yang diharapkan.
3. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari
berbagai kerja karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
4.
Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan
operasi produksi dan produk
Biaya
Overhead Pabrik Standar
Tarif
Overhead Standar dihitung dengan membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan
pada kapasitas normal dengan kapasitas normal.
Untuk pengendalian BOP dalam sistem biaya standar, perlu dibuat anggaran
fleksibel, yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas. Tarif BOP standar menggabungkan biaya tetap
dan variabel dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat kegiatan
tertentu. Sebagai akibatnya dalam tarif
ini semua BOP diperlakukan sebagai biaya variabel. Di lain pihak anggaran fleksibel memisahkan
faktor-faktor biaya tetap dan variabel, dan memperlakukan BOP tetap sebagai
biaya yang jumlahnya tetap dalam volume tertentu.
B.
Analisis Penyimpangan Biaya Sesungguhnya Dari Biaya
Standar
Penyimpangan
biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan selisih (variance). Selisih biaya sesungguhnya dengan biaya
standar dianalisis, dan dari analisi ini diselidiki penyebab terjadinya selisih
yang merugikan.
Analisis Selisih Biaya Produksi Langsung
Ada 3
model analisis selisih biaya produksi langsung
:
1. Model Satu Selisih (The One-Way Model)
Dalam
model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak dipecah
kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam
selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.
Hasil
perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih Rugi). Analisis selisih dalam model ini dapat
digambarkan dengan rumus berikut ini :
St
= ( HSt x
KSt ) – ( HS x KS )
|
St =
Total Selisih
Hst =
Harga Standar
Kst =
Kuantitas Standar
HS =
Harga Sesungguhnya
KS =
Kuantitas Sesungguhnya
2. Model Dua Selisih (The Two-Way Model)
Selisih
antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi 2 macam selisih,
yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.
Rumus
perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut :
Perhitungan
Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas
SH
= ( HSt –
HS ) x KS
|
SK =
( KSt – KS )
x HSt
|
Diketahui :
SH =
Selisih Harga SK =
Selisih Kuantitas
Hst =
Harga Standar Kst =
Kuantitas Standar
HS =
Harga Sesungguhnya KS =
Kuantitas Sesungguhnya
2. Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)
Selisih
antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi 3 macam selisih
berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih Harga / Kuantitas.
Hubungan
harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan kemungkinan berikut ini :
a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing
lebih tinggi atau lebih rendah dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
Rumus perhitungan selisih harga dan
kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing ”
Lebih Rendah ” dari Harga
Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini
:
SH
= ( HSt –
HS ) x KSt
|
SK =
( KSt – KS )
x HSt
|
SHK =
( HSt – HS )
x ( KSt – KS )
|
Perhitungan
Selisih Gabungan
yang merupakan Selisih Harga /
Kuantitas
Rumus perhitungan selisih harga dan
kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan Kuantitas Standar masing-masing ”
Lebih Tinggi ” dari Harga
Sesungguhnya dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini
:
SH
= ( HSt –
HS ) x KS
|
SK =
( KSt – KS )
x HS
|
SHK =
( HSt – HS )
x ( KSt – KS )
|
yang merupakan Selisih Harga /
Kuantitas
b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya
Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “
dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih
gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi. Dengan
demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti ini
dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
SH
= ( HSt –
HS ) x KS
|
SK =
( KSt – KS )
x HSt
|
Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol
c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya
Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari
Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih
gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3 selisih
dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
SH
= ( HSt –
HS ) x KSt
|
SK =
( KSt – KS )
x HS
|
Selisih
Harga / Kuantitas sama dengan nol
CONTOH SOAL
PT.
CAHAYA MENTARI pada tahun 2012 memproduksi produk jadi sebanyak
120.000 unit. Bahan baku yang dibeli dari pemasok sebanyak 750.000 kg,
sedangkan yang digunakan dalam proses produksi sebanyak 700.000 kg. Dalam
menghasilkan produk, ditetapkan standar kuantitas bahan baku sebanyak 6 kg/unit
dengan standar harga Rp. 2.150/kg, lalu ditentukan standar efisiensi tenaga kerja langsung 3 jam/unit
dengan standar tarif upah Rp. 2.400/ jam. Namun kenyataan yang terjadi, harga
bahan baku sesungguhnya hanya Rp. 2.100,/kg dengan jumlah jam tenaga kerja
sesungguhnya selama 365.000 jam dengan tarif Rp. 2.500,/jam.
Diminta
Carilah :
1. Selisih
harga bahan baku.
2. Selisih
kuantitas bahan baku.
3. Selisih
efisiensi tenaga kerja langsung.
4. Selisih
Tarif tenaga kerja langsung
5. Jurnal untuk mencatat gaji dan upah yang
harus dibayar serta pengalokasian selisih gaji dan upah dengan mengabaikan
pajak atas gaji dan upah
PENYELESAIAN :
1. Selisih
Harga Bahan Baku :
Selisih
Harga =
( Harga Ssg – Harga Std ) x Kuantitas Ssg
= (
Rp. 2.100 – Rp. 2.150 )
x 750.000
=
Rp. 37.500.000,- ( Laba )
2. Selisih
Kuantitas Bahan Baku :
Selisih
Kuantitas = [ Kuantitas Ssg – Kuantitas Std yang
ditetapkan ] x Harga Std
= [ 700.000
– ( 6 x 120.000 ) ]
x Rp. 2.150
=
Rp. 43.000.000 ( Laba )
3. Selisih
Efisiensi Jam Tenaga Kerja Langsung :
Selisih
Jam Kerja = [ Jam kerja Ssg – Jam kerja Std yang
ditetapkan ] x Tarif upah Std
= [ 365.000
– ( 3 x 120.000 ) ]
x Rp. 2.400
= Rp. 12.000.000,- ( Rugi )
4. Selisih
Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung :
Selisih
Tarif Upah = [ Tarif upah Ssg – Tarif upah Std ] x Jam
kerja Ssg
= [ Rp. 2.500 – Rp. 2.400 ] x
365.000
= Rp. 36.500.000,- ( Rugi )
5. Jurnal
untuk mencatat gaji dan upah yang harus dibayar :
Gaji
dan upah ( 2.500 x 365.000) Rp. 912.500.000,- —
Berbagai
perkiraan hutang — Rp.
912.500.000,-
Jurnal
untuk mengalokasikan gaji dan upah serta selisih-selisihnya :
Barang
dalam proses ( 360.000 x 2.400 ) Rp.
864.000.000,- —
Selisih
efisiensi TK langsung Rp. 12.000.000,- —
Selisih
tarif TL langsung Rp.
36.500.000,- —
Gaji
dan upah — Rp.
912.500.000,-
Soal Latihan
PT. SINAR
REMBULAN dalam
mengolah produknya menggunakan 2 macam bahan baku untuk produk A. Berikut data-data mengenai bahan baku X dan Y untuk tahun 2012.
Data-data
Harga Standar (STD) dan Harga Sesungguhnya (SSG) :
Bulan
|
Bahan
X
|
Bahan
Y
|
||
|
STD
|
SSG
|
STD
|
SSG
|
Jan
|
1.200
|
1.220
|
750
|
770
|
Feb
|
1.200
|
1.250
|
750
|
770
|
Mar
|
1.225
|
1.250
|
750
|
770
|
Apr
|
1.225
|
1.250
|
750
|
770
|
Mei
|
1.225
|
1.250
|
750
|
770
|
Jun
|
1.225
|
1.250
|
750
|
770
|
Jul
|
1.225
|
1.250
|
780
|
810
|
Ags
|
1.225
|
1.250
|
780
|
810
|
Sep
|
1.225
|
1.250
|
780
|
810
|
Okt
|
1.240
|
1.300
|
780
|
810
|
Nov
|
1.240
|
1.300
|
780
|
810
|
Des
|
1.240
|
1.300
|
780
|
810
|
Data-data
Kuantitas Pemakaian Standar (STD) dan Pemakaian Sesungguhnya (SSG) :
Bulan
|
Bahan
X
|
Bahan
Y
|
||
|
STD
|
SSG
|
STD
|
SSG
|
Jan
|
1.500
|
1.550
|
2.700
|
2.850
|
Feb
|
1.500
|
1.550
|
2.700
|
2.800
|
Mar
|
1.500
|
1.600
|
2.700
|
2.800
|
Apr
|
1.500
|
1.570
|
2.700
|
2.825
|
Mei
|
1.500
|
1.570
|
2.700
|
2.800
|
Jun
|
1.500
|
1.570
|
2.700
|
2.850
|
Jul
|
1.500
|
1.600
|
2.700
|
2.825
|
Ags
|
1.500
|
1.600
|
2.700
|
2.850
|
Sep
|
1.500
|
1.575
|
2.700
|
2.850
|
Okt
|
1.500
|
1.550
|
2.700
|
2.870
|
Nov
|
1.500
|
1.600
|
2.700
|
2.870
|
Des
|
1.500
|
1.575
|
2.700
|
2.870
|
Diminta :
1. Hitung selisih
harga bahan baku X dan Y untuk tahun 2012.
2. Hitung
selisih kuantitas bahan baku X dan Y untuk tahun 2012
BAB X
PRODUK BERSAMA DAN
PRODUK SAMPINGAN
Tujuan Pembelajaran
1.
Mampu menyebutkan pengertian harga pokok produk bersama dan
produk sampingan
2.
Mampu menyebutkan karakteristik produk
bersama dan produk sampingan
3.
Mampu menghitung biaya produk bersama
dan produk sampingan
A.
Pengertian
Berikut ini pengertian tentang
harga pokok produk bersama dan produk sampingan :
1. Biaya Bersama (Joint Cost) adalah biaya-biaya
yang timbul untuk menghasilkan dua jenis produk atau lebih dalam suatu proses
produksi yang dilakukan secara simultan, dimana terjadinya biaya. Biaya ini
terbatas sampai dengan titik pemisahan (spilt of point).
2. Titik Pemisahan (Spilt Of Point) adalah suatu
titik atau waktu, dimana masing-masing produk bersama dan produk sampingan
dapat didefinisikan.
3.
Biaya Produk Bersama (Joint Product Cost) adalah biaya sejak awal proses,
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, yang
dikeluarkan mengolah beberapa jenis produk.
4. Produk Bersama (joint Product ) adalah dua
atau lebih jenis produk yang diproduksi secara bersama-sama dalam satu
rangkaian proses produksi dan masing-masing produk mempunyai harga jual yang
relatif sama. Produk-produk ini disebut juga Produk Utama (Major Product).
5.
Produk Sampingan (By Product) adalah produk yang diproduksi bersama-sama dengan
produk lain tetapi mempunyai harga jual yang relatif lebih rendah dari produk
lainnya.
B. Karakteristik
1. Karakteristik Produk Bersama :
a) Merupakan produk-produk utama yang dihasilkan
dengan sengaja sesuai dengan tujuan produksi, melalui suatu proses atau
serangkaian proses dan dilakukan secara simultan
b) Nilai penjualan adalah relatif lebih besar
bila dibandingkan dengan produk-produk sampingan yang dihasilkan, dan relatif
sama diantara produk-produk umum.
c) Biasanya dihasilkan dalam jumlah unit atau
kuantitas yang besar.
d) Seringkali memerlukan pengolahan lebih
lanjut dan pembungkusan.
e) Salah satu produk tidak dapat dihasilkan
tanpa memproduksi yang lain.
2. Karakteristik Produk Sampingan
a) Dihasilkan bersama dengan produk utama dalam
suatu proses atau serangkaian proses tanpa dimaksudkan untuk membuat produk
ini.
b) Nilai penjualan adalah relatif lebih kecil
atau tidak berarti, bila dibandingkan dengan produk-produk utama.
c) Dihasilkan dalam jumlah unit atau kuantitas
yang lebih sedikit.
d) Kadang-kadang memerlukan pengolahan lebih
lanjut dan pembungkusan.
e) Produk ini tidak dapat dihasilkan tanpa
memproduksi produk-produk utama.
C. Akuntansi Untuk Produk Bersama
Masalah
akuntansi dalam produk bersama adalah masalah pembebanan biaya produksi ke
masing-masing produk yang dihasilkan agar dapat di tentukan nilai persediaan
akhir dan penghasilan (laba) bersih.
Dalam hal ini terdapat beberapa metode untuk mengalokasikan biaya
bersama ke masing-masing produk sebagai berikut :
1. Metode Nilai Pasar Relatif
Dalam
penerapan metode nilai pasar atau nilai jual terdapat 2 variasi berdasarkan
dari kondisi produk bersama tersebut, yaitu :
a) Nilai pasar produk bersama diketahui pada
titik pemisahan produk.
Jika
nilai pasar diketahui pada titik pisah produk, total biaya bersama dialokasikan
diantara produk bersama dengan membagi total nilai pasar tiap produk yang
dihasilkan dengan total nilai pasar semua produk yang dihasilkan sehingga
diketemukan ratio individu dari nilai pasar terhadap total nilai pasar. Ratio inilah yang dikalikan dengan total
biaya bersama.
Total Nilai
Pasar Tiap Produk 1)
Alokasi
Biaya Bersama = ———————————————— x
Biaya Bersama
Untuk
Tiap Produk Total Nilai
Pasar Semua Produk 2)
1)
Total nilai pasar tiap produk
= unit yang diproduksi tiap
produk x nilai pasar per unit untuk tiap produk
2)
Total nilai pasar semua produk
= Jumlah semua total nilai
pasar untuk tiap produk
|
b) Nilai pasar produk bersama tidak diketahui
pada titik pemisahan produk / Nilai
pasar diketahui setelah titik pisah proses.
Nilai
pasar pada titik pisah produk mungkin tidak diketahui, khususnya apabila
tambahan proses pengolahan produksi diperlukan untuk menjadikan produk
bersangkutan berada pada kondisi siap untuk dijual. Untuk itu perlu dilakukan sedikit modifikasi
atas rumus yang disajikan diatas dengan sebuah nilai pasar yang hipotesis pada
titik pisah produk mesti dihitung. Nilai pasar yang hipotesis itu ditentukan
dengan mengurangi tambahan biaya untuk pemrosesan dari nilai pasar dari produk
yang selesai.
Total Nilai Pasar Hipotesis Tiap Produk 1)
Alokasi Biaya Bersama =
——————————————————— x Biaya
Bersama
Untuk Tiap Produk Total Nilai Pasar Hipotesis Semua
Produk 2)
1)
Total nilai pasar hipotesis tiap produk =
( unit yang diproduksi tiap produk
x nilai pasar hipotesis untuk
tiap
produk ) –
Biaya pemrosesan setelah titik pisah
2) Total nilai pasar hipotesis semua
produk = Jumlah semua total nilai pasar hipotesis
untuk tiap produk
|
2. Metode Kuantitatif Unit
Menurut
metode ini, kuantitas hasil produksi dipergunakan sebagai dasar untuk
mengalokasikan biaya bersama. Metode menghendaki bahwa produk bersama pada
akhirnya harus diukur dalam unit pengukur yang sama, apabila mempunyai unit
pengukur yang berlainan maka dapat digunakan suatu angka penyebut yang umum.
Total Unit Tiap Produk
Alokasi Biaya Bersama =
————————————— x Biaya
Bersama
Untuk Tiap Produk Total Unit Semua Produk 1)
1) Total unit semua produk =
Jumlah semua unit yang diproduksi
|
3. Metode Biaya Rata-rata Sederhana per Unit
Menurut metode
ini total biaya bersama dibagi dengan jumlah unit yang dihasilkan untuk
mendapatkan biaya per unit lalu biaya per unit dikalikan dengan jumlah unit
dari tiap yang diproduksi untuk menentukan porsi biaya bersama yang akan
dialokasikan kepada masing-masing produk.
Total Biaya Bersama
Biaya per
Unit = ————————————————
Total Jumlah Unit Yang Diproduksi
Alokasi Biaya Bersama =
Biaya per Unit x Jumlah Unit dari Tiap Produk yang
Diproduksi
Untuk Tiap Produk
|
4. Metode Biaya Rata-rata Tertimbang per Unit
Mungkin
kita temukan variasi yang sangat kompleks dalam produksi produk bersama seperti
kesulitan dalam produksi, jumlah waktu yang diperlukan, atau kuantitas tenaga
kerja yang dibutuhkan atau ukuran tiap unit. Faktor-faktor yang menunjukkan
bobot tiap produk, yang didasarkan pada kompleksitas tersebut, oleh karena itu
harus diperhitungkan untuk memperoleh alokasi yang lebih tepat.
Total Unit Rata-rata
Tertimbang Tiap Produk 1)
Alokasi Biaya
Bersama = ––———————————————————– x Biaya
Bersama
Untuk Tiap
Produk Total Unit Rata-rata
Tertimbang Semua Produk 2)
1)
Total unit rata-rata tertimbang tiap produk =
Jumlah unit yang diproduksi
x Bobot
2)
Total unit rata-rata tertimbang semua produk =
Jumlah semua total unit rata-rata tertimbang tiap produk
|
D.
Akuntansi
Untuk Produk Sampingan
Metode
Akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk sampingan dapat dibagi
menjadi 2 golongan :
1.
Metode yang hanya melakukan pencatatan terhadap hasil penjualan produk
sampingan, tanpa menghitung harga pokok produk sampingan tersebut (metode tanpa
harga pokok / Non Cost Method).
Dalam
metode ini biaya-biaya produksi hanya dibebankan ke produk utama, kemudian
hasil penjualan produk sampingan dicatat langsung sebagai pendapatan /
pengurang terhadap biaya-biaya produksi.
Dalam
metode ini terdapat beberapa cara perlakuan terhadap hasil penjualan produk
sampingan sebagai berikut :
a) Hasil penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai pendapatan lain-lain / pendapatan diluar usaha.
b) Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan
sebagai tambahan terhadap hasil penjualan produk utama. Dengan demikian dalam
cara ini pendapatan usaha bertambah.
c) Hasil produk sampingan diperlakukan
mengurangi harga pokok penjualan.
d)
Hasil penjualan produk sampingan diperlakukan mengurangi total biaya produksi.
e) Nilai pasar produk sampingan dikurangkan ke
total biaya produksi (Metode Nilai Pasar / reversal Cost Method)
2. Metode yang membebankan biaya-biaya produksi
ke produk utama dan produk sampingan (Metode Harga Pokok / Cost Method)
Dalam
metode ini biaya-biaya produksi dialokasikan baik ke produk utama maupun produk
sampingan. Sedangkan harga pokok produk sampingan ditetapkan sebesar harga beli
/ nilai pengganti (Replacement Cost) yang berlaku di pasar. Harga pokok
tersebut di kredit perkiraan “ Barang
Dalam Proses Bahan Baku ”. Dengan demikian biaya produksi (bahan baku) untuk
produk utama berkurang.
Contoh
Soal
PT. Alam Raya memproduksi 3
tiga macam produk : Jenis R, jenis W dan jenis T masing-masing produk tersebut
mempunyai nilai-nilai yang signifikan (penting) yang diproduksi secara
serentak. Masing-masing produk dapat dijual pada titik pisah atau dapat juga
diproses lebih lanjut sebelum dijual. Biaya produksi bersama untuk tahun
tersebut adalah Rp. 132.000.000,-.
Berikut
ini informasi yang dibutuhkan untuk pengalokasian biaya bersama :
|
Unit Yang Diproduksi
|
Nilai Pasar Pada Titik Pisah
|
Tambahan Biaya dan Nilai Pasar Jika
Diproses Lebih Lanjut
|
Bobot
|
||||||||
|
|
|
Nilai Pasar
|
Biaya Tambahan
|
|
|||||||
R
|
30.000
|
Rp. 3.000
|
Rp. 4.500
|
Rp.
5.000.000
|
3,0
|
|||||||
W
|
32.000
|
Rp. 2.500
|
Rp. 4.000
|
Rp. 10.000.000
|
2,5
|
|||||||
T
|
20.000
|
Rp. 3.500
|
Rp. 4.000
|
Rp .
2.500.000
|
4,0
|
|||||||
Hitunglah alokasi biaya produk bersama dan harga
pokok per unit dengan menggunakan :
a) Metode
nilai pasar relatif ; nilai pasar diketahui pada titik pisah.
b) Metode
nilai pasar relatif ; nilai pasar diketahui setelah titik pisah.
c) Metode
biaya rata-rata tertimbang per unit.
Penyelesaian:
a) Metode Nilai Pasar Relatif ; nilai pasar
diketahui pada titik pisah.
|
Unit Yang Diproduksi
|
Nilai Pasar per Unit
|
Total Nilai Pasar
|
Nilai Pasar Relatif
|
Alokasi Biaya Bersama
|
Harga Produk per Unit
|
R
|
30.000
|
Rp 3.000
|
Rp
90.000.000
|
37,5 %
|
Rp
49.500.000
|
Rp 1.650,00
|
W
|
32.000
|
Rp 2.500
|
Rp
80.000.000
|
33,3 %
|
Rp
43.956.000
|
Rp 1.373,63
|
T
|
20.000
|
Rp 3.500
|
Rp
70.000.000
|
29,2 %
|
Rp
38.544.000
|
Rp 1.927,20
|
|
|
|
Rp 240.000.000
|
100 %
|
Rp 132.000.000
|
|
b) Metode Nilai Pasar Relatif ; nilai pasar
diketahui setelah titik pisah.
|
Unit Yang Diproduksi
|
Nilai Pasar per Unit
|
Biaya Pemrosesan Lebih Lanjut
|
Total Nilai Pasar Hipotesis
|
Nilai Pasar Relatif
|
Alokasi Biaya Bersama
|
Harga Pokok per Unit
|
R
|
30.000
|
Rp 4.500
|
Rp
5.000.000
|
Rp 130.000.000
|
39,94 %
|
Rp
52.720.800
|
Rp 1.757,36
|
W
|
32.000
|
Rp 4.000
|
Rp 10.000.000
|
Rp 118.000.000
|
36,25 %
|
Rp
47.850.000
|
Rp 1.495,31
|
T
|
20.000
|
Rp 4.000
|
Rp
2.500.000
|
Rp
77.500.000
|
23,81 %
|
Rp
31.429.200
|
Rp 1.571,46
|
|
|
|
|
Rp 325.500.000
|
100
%
|
Rp 132.000.000
|
|
c) Metode Biaya Rata-rata Tertimbang per Unit
|
Unit Yang Diproduksi
|
Bobot
|
Total Unit Rata-rata Tertimbang
|
%
|
Alokasi Biaya Bersama
|
Harga Pokok per Unit
|
R
|
30.000
|
3,0
|
90.000
|
36 %
|
Rp
47.520.000
|
Rp 1.584
|
W
|
32.000
|
2,5
|
80.000
|
32 %
|
Rp
42.240.000
|
Rp 1.320
|
T
|
20.000
|
4,0
|
80.000
|
32 %
|
Rp
42.240.000
|
Rp 2.112
|
|
|
|
250.000
|
100 %
|
Rp 132.000.000
|
|
Soal
Latihan
PT. Dollarsih mempunyai informasi sebagai berikut :
Total Biaya Produksi Rp.
6.000.000,-
Produk Utama
4.000 unit dengan harga jual @
Rp. 2.250,- terjual 3.800 unit
Produk Sampingan 800
unit dengan harga jual @ Rp. 550,-
tiap satuan
Biaya Penjualan Rp.
1.250.000,-
Biaya Umum & Administrasi
Rp. 750.000,-
Susunlah Laporan Laba
/ Rugi apabila perlakuan terhadap produk sampingan adalah sebagai berikut :
a) Hasil penjualan
sampingan mengurangi Harga Pokok Penjualan
b) Nilai jual produk
sampingan dikurangkan ke Total Biaya Produksi :
Dalam hal ini produk sampingan nilai
jualnya ditaksir Rp. 640.000,- dengan laba kotor ditaksir 10 %, Biaya Penjualan 5 %,
sedangkan Biaya Pengolahan produk sampingan setelah titik pisah ditaksir
berjumlah Rp. 60.000,-
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustin, 2011. Bahan Ajar Akuntansi Biaya, staffsite.gunadarma.ac.id/
3. Horngren,
Charles T., 1991, Cost Accounting,
Prentice Hall
4.
Mulyadi, 1993, Akuntansi Biaya, Yogyakarta : BP STIE YKPN
5.
Supriyono, 1993, Akuntansi Biaya, Perencanaan & Pengendalian Biaya 1&2,
Yogyakarta : BPFE
6.
Untoro, 2011. Bahan Ajar Akuntansi Biaya, staff.gunadarma.ac.id
7.
Widada, 2011. Bahan Ajar akuntansi Biaya, staffsite.gunadarma.ac.id/
keren dan sangat bermanfaat
BalasHapus