DAMPAK INFLASI TERHADAP TINGKAT KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA
DAMPAK INFLASI TERHADAP
TINGKAT KONSUMSI
MASYARAKAT
DI INDONESIA
Disusun Sebagai Tugas
Akhir
Mata Kuliah Perekonomian
Indonesia
Dosen pengampu: Dra. Tri
Siwi Nugraharini, SE., M.Si

Disusun oleh:
FEPY LAILI HANDAYANI
NIM 13133100009
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
TAHUN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Inflasi Terhadap Konsumsi Masyarakat di Indonesia”.
Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia. Saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak telah membantu sehingga makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun
harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga karya ilmiah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Yogyakarta, 15 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
A.
LATAR BELAKANG MASALAH ..............................................
B.
RUMUSAN MASALAH ...............................................................
C.
TUJUAN .........................................................................................
D.
MANFAAT ....................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN ....................................
A.
KAJIAN TEORI ............................................................................
B.
PEMBAHASAN ............................................................................
BAB III PENUTUP ...................................................................................
A.
SIMPULAN ...................................................................................
B.
SARAN ..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Perekonomian Indonesia sangat rentan
terhadap krisis ekonomi. Tentu saja diperlukan indikator untuk mengukur tingkat
kerentanan. penentu tingkat kelayakan dan produktivitas kegiatan ekonomi. Konsep
pertumbuhan ekonomi sebagai tolak ukur penilaian pertumbuhan ekonomi
nasional telah diyakini serta diterapan
secara luas. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki defenisi yang berbeda,
yaitu pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita yang terus
menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonom tersebut merupakan salah satu
indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian tingginya pertumbuhan
ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat
indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi
ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengelola kekuatan
ekonomi potensial menjadi ekonomi rill melalui penanaman modal, penggunaan
teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan keterampilan,penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Pada pemilu 2009, Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono terpilih kembali menjadi presiden Republik Indonesia untuk periode
kedua 2009-2014, dengan didampingi wakil presiden Prof. Dr. Boediono, M.Ec.
Mereka dilantik pada tanggal 20 Oktober 2009. Kabinet pemerintahannya disebut
Kabinet Indonesia Bersatu II. Mereka mempunyai visi Indonesia 2014:
“Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan”. Pada
periode 2009-2014 pemerintah terus berupaya keras untuk mencapai perbaikan di
bidang kesejahteraan rakyat, membangun keadilan, penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik, peningkatan kualitas demokrasi, serta menjaga kesatuan
dan keamanan negara.
Di makalah ini akan dibahas tentang "dampak inflasi terhadap tingkat
konsumsi masyarakat di Indonesia". Pertanyaan yang timbul dalam pembahasan
kali ini adalah bagaimana bisa inflasi dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
masyarakat yang ada di Indonesia. Tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia
sangat berkaitan erat dengan inflasi. Di negara majupun inflasi masih menjadi
ancaman terbesar bagi perekonomian negara tersebut.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
Apakah inflasi dan tingkat
konsumsi masyarakat itu ?
2.
Apa saja yang dapat menyebabkan
inflasi ?
3.
Apa pengaruh tingkat inflasi terhadap
tingkat konsumsi masyarakat Indonesia?
4.
Kebijakan ekonomi apa sajakah
yang telah dilakukan oleh pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono untuk
menanggulangi inflasi?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui pengaruh
tingkat inflasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat Indonesia.
2.
Untuk mengetahui syarat-syarat
pembangunan ekonomi.
3.
Untuk mengetahui sumber-sumber
pembiayaan pembangunan
4.
Untuk mengetahui kebijakan ekonomi
yang dijalankan pada pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penyebab Inflasi
Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/ uang/ alat tukar) dan yang kedua
adalah desakan (tekanan) produksi dan atau distribusi (kurangnya produksi
(product or service) dan juga
termasuk kurangnya distribusi). Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari
peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab
kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam
hal ini dipegang oleh Pemerintah (Government).
Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat
adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh
membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan
memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi
itu kemudian menyebabkan harga faktor
produksi meningkat.
Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi
dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, Walau permintaan secara
umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya
ketidaklancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia
dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan
berlakunya hukum permintaan-penawaran.
B.
Dampak
Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak
negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan,
justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian
menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau
mengadakan investasi
dan produksi
karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti
pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan
menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot
dan terpuruk dari waktu ke waktu.
C.
Pengaruh
tingkat inflasi terhadap tingkat konsumsi masyarakat Indonesia
Di Indonesia
inflasi sangat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti tingkat
konsumsi masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi berarti tingkat harga saham beberapa perusahaan cenderung turun.
jika inflasi terlalu tinggi, tingkat konsumsi masyarakat akan berkurang, karena
harga-harga barang akan melambung tinggi namun upah atau gaji yang mereka
terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung tidak berubah. Hal itu akan
bedampak pada proses produksi perusahaan dimana para pekerja akan melakukan
mogok kerja untuk menuntut kenaikan gaji. Jika sampai hal itu terjadi, para
investor akan mengurungkan niatnya untuk menginvestasikan uangnya di Indonesia,
dan itu akan berdampak langsung pada semakin menurunnya modal perusahaan dan
kemudian akan terjadi PHK besar-besaran di Indonesia. Hal tersebut sudah pernah
terjadi di Indonesia pada tahun 1998 dimana Indonesia mengalami krisis yang
disebabkan oleh inflasi yang tinggi yang mencapai angka 46,90%. Ditahun itupula
para investor tidak berani menginvestasikan uangnya di Indonesia dan konsumsi
masyarakat Indonesia berkurang karena tidak adanya kemampuan masyarakat untuk
membeli barang dikarenakan harga harga yang melambung tinggi.
Inflasi dapat
mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi infasi lunak), inflasi dapat
mendorong parkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha
memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan kerja baru
sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang
berpenghasilan tetap Inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan
yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan
jasa akan semakin sedikit. Sebelum infiasi, orang yang menerima
penghasilan Rp 100.000 dapat membeli 100 kg beras seharga Rp 1000,00 per kg.
Karna inflasi, maka harga beras yang semula naik, menjadi Rp 1.250,00 per kg.
Oleh karena nilai beli uang Rp 100.000,00 jika ditukarkan dengan beras kini
hanya menjadi 80 kg. Dari ilustrasi tersebut, diketahui ada penurunan nilai
tukar sebesar 20 kg (100 kg—80 kg). Sebaliknya, orang yang berutang akan
beruntung. Anggaplah seorang petani mempunyai utang Rp100.000,00. Sebelum
Inflasi, petani itu harus menjual beras 100 kg untuk membayar utangnya. Tetapi
setelah inflasi harga beras menjadi Rp 1.250,00 per kg, sehingga petani
tersebut cukup menjual 80 kg untuk membayar utangnya sebesar Rp 100.000,00. Pada
masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang
diterima pada kenyataannya berkurang karena laju Inflasi. Misalnya, bulan
Januari tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito
dalam satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15%
per tahun. Apabila tingkat Inflasi sepanjang Januari 2006 - Januari 2007 cukup
tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal
4%. Minat orang untuk membung akan berkurang.
D. Kebijakan-kebijakan
Ekonomi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono
Sesuai dengan persoalan utama yang dihadapi oleh bangsa Indonesia,
pemerintah yang akan datang bertekad untuk melanjutkan proses percepatan
pembangunan ekonomi selama lima tahun ke depan. Diharapkan dengan pulihnya
perekonomian global dalam 1-2 tahun mendatang, capaian tertinggi yang pernah
dicapai oleh laju pertumbuhan perekonomian Indonesia sebelum krisis sekitar 7
persen sudah dapat dipenuhi sebelum tahun terakhir masa 2009-2014 ini.
Percepatan laju pertumbuhan ekonomi ini diharapkan mampu menurunkan tingkat
pengangguran terbuka hingga di sekitar 5-6 persen pada akhir tahun 2014.
Kombinasi antara percepatan pertumbuhan ekonomi dengan berbagai kebijakan
intervensi pemerintah yang terarah diharapkan dapat mempercepat penurunan
tingkat kemiskinan absolut menjadi sekitar 8-10 persen pada akhir 2014. Untuk
memenuhi sasaran percepatan pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah yang akan
datang bertekad untuk melanjutkan kebijakan makroekonomi yang terukur dan bijaksana,
sehingga inflasi dapat dikendalikan pada tingkat rendah yang sebanding dengan
negara-negara setaraf dengan Indonesia yaitu sekitar 3-5 persen per tahun.
Inflasi yang terkendali memungkinkan nilai tukar dan suku bunga yang kompetitif
sehingga mendorong sektor riil bergerak dan berkembang dengan sehat.
Kebijakan moneter akan secara konsisten dilakukan dengan mengacu
kepada Inflation Targeting Framework (ITF). Meskipun demikian, pelaksanaan dari
ITF tersebut akan dilakukan dengan tetap mengupayakan keseimbangan yang optimal
antara mempertahankan kestabilan harga, menjaga ketenangan pasar keuangan,
mengawal integritas sistem, dan menggairahkan sektor riil. Guna mendukung
implementasi ITF, maka langkah-langkah penyempurnaan kebijakan moneter di
tingkat operasional juga akan terus dilakukan.
Sementara itu, di bidang perbankan, belajar dari krisis finansial
global yang terjadi, maka langkah-langkah memperkuat manajemen risiko dan
prinsip good governance di lembaga-lembaga keuangan bank dan nonbank perlu
makin diperkuat. Selain itu, mitigasi risiko di sektor keuangan juga perlu
dilakukan dengan memperkuat surveillance, baik di tingkat makro maupun mikro.
Pengawasan dini yang diterapkan Bank Indonesia dengan mengembangkan model
deteksi dini antara lain stress tests, financial stability index, dan analisis
probability of default, perlu terus disempurnakan.
Kebijakan fiskal secara umum akan tetap diarahkan untuk menjaga
keseimbangan antara tetap memberikan stimulus keperekonomian dan mempertahankan
kesinambungan fiskal. Dalam jangka pendek, rencana stimulus fiskal sebagai
bagian dari kebijakan publik yang bersifat countercyclical guna menahan pelemahan
ekonomi yang lebih dalam, diharapkan dapat berjalan optimal dan tepat waktu.
Dalam jangka menengah, langkah-langkah optimalisasi penerimaan negara perlu
terus dilakukan dengan tetap memperhatikan perlunya insentif fiskal untuk
sektor-sektor prioritas guna tetap memacu investasi di dalam negeri. Dari sisi
pengeluaran, perlu adanya suatu mekanisme kebijakan yang yang menekankan
pencapaian hasil tertentu atas alokasi anggaran yang telah disediakan. Selain
itu, berdasarkan pengamatan terhadap perkembangan realisasi APBD beberapa tahun
terakhir, perlu diciptakan suatu mekanisme untuk mengoptimalkan pemanfaatan
surplus di pemerintah daerah guna meningkatkan stimulus fiskal di daerah.
Koordinasi fiskal dan moneter mutlak diperlukan demi terciptanya
konsistensi dan keselarasan kebijakan yang diambil. Kemitraan strategis dan
koordinasi yang selama ini telah terjalin antara Pemerintah dan Bank Indonesia
perlu terus dipererat.Dalam penetapan sasaran inflasi misalnya, koordinasi yang
baik dan harmonisasi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah akan
menjadikan sasaran inflasi lebih kredibel. Dalam hal pengendalian inflasi,
langkah-langkah koordinasi kebijakan yang selama ini telah berlangsung melalui
Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi, Tim Pengendalian Inflasi dan Tim
Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok akan terus diperkuat dan ditingkatkan.
Selain itu, upaya pengendalian inflasi di tingkat daerah melalui Tim
Pengendalian Inflasi Daerah yang merupakan koordinasi antara instansi terkait
di daerah dengan Kantor Bank Indonesia akan terus diintensifkan.
Kebijakan moneter mengenai lima aspek penting: kebijakan penguatan stabilitas moneter,
kebijakan mendorong peran intermediasi perbankan, kebijakan meningkatkan
ketahanan perbankan, penguatan kebijakan makroprudensial, dan penguatan fungsi
pengawasan. Kebijakan Segi Penawaran dengan membuat Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri serta peningkatan investasi melalui
perbaikan ilkim investasi di pusat dan daerah sehingga kesempatan kerja baru
dapat tercipta.
BAB III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Inflasi sangat
berpengaruh pada kegiatan-kegiatan ekonomi, seperti tingkat konsumsi
masyarakat. Semakin tinggi tingkat inflasi berarti tingkat harga saham beberapa perusahaan cenderung turun.
Karena itulah, angka inflasi yang berlebihan akan menyebabkan tingkat konsumsi
masyarakat akan berkurang, karena harga-harga barang akan melambung tinggi
namun upah atau gaji yang mereka terima dari hasil pekerjaan mereka cenderung
tidak berubah.
B.
SARAN
Sebaiknya
pemerintah tetap memantau dan mengawasi faktor faktor yang dapat menyebabkan
inflasi yang tinggi dan sebaiknya pemerintah menjaga tingkat inflasi yang
stabil agar masyarakat Indonesia dapat memenuhi konsumsi barang atau jasa yang
mereka perlukan, karena harga-harga barang atau jasa stabil dan tidak mengalami
peningkatan. Dengan begitu kesejahteraan masyarakat Indonesia akan tercapai. Sebagai warga negara Indonesia, kita harus turut serta mendukung
pelaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang positif. Kita juga bisa
menyampaikan saran atau kritikan kepada pemerintah melalui kotak suara yang
telah disediakan atau melalui media lain. Pemerintah harus memperhatikan
pemerataan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Tambunan, Prof. Dr. Tulus.2012; Perekonomian Indonesia Kajian Teoritis dan
Analisis Empiris. Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia.
Case, K. & Fair, R. 2007. Prinsip-prinsip Ekonomi. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Direktorat Riset Ekonomi dan
Kebijakan Moneter. 2009. Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2011. Jakarta:
Bank Indonesia.
Kuncoro, Mudrajat. 21 Oktober, 2010. Satu Tahun SBY-nomics. Compas.com. (Online),(http://cetak.kompas.com/read/2010/10/21/03040298/satu.
tahun.sby-nomics ,
diakses 10 Oktober 2015).
Sukirno, Sadono. 2004. MAKROEKONOMI. Jakarta: Rajawali Pers.
Yudhoyono, S. & Boediono. 2009. Membangun Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,
dan Berkeadilan. Visi, Misi dan Program Aksi. Jakarta
Komentar
Posting Komentar