SERAMNYA TUH DISINI!
Libur
semester kenaikan kelas telah berakhir. Kelas 11 sudah menanti tuk kulalui. Aku
masuk sekolah dengan hati gembira karena sebentar lagi akan diadakan pelantikan
bantara. Tahun lalu saat masih duduk di bangku kelas 10 sekolah mewajibkan
untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yaitu pramuka. Penerimaan tamu ambalan
juga sudah dilaksanakan tahun lalu bertempat di kawasan Makam Pahlawan Kusuma
Bangsa Manding. Bagi yang ingin menjadi penegak bantara harus mengikuti seluruh
ujian. Aku tertarik untuk mejadi anggota penegak bantara sehingga aku mengikuti
ujian SKU. Aku mengajak teman sekelasku untuk ikut ada yang mau dan banyak juga
yang tidak mau.
“ Er, ayo
ikut jadi bantara, biar bisa deket sama kak Miko”, Aku merayu pada Erni temanku
sebangku agar mau ikut.
“ Enggak
ah Yani, aku takut apalagi waktu diceritain tentang pelantikan bantara, huuuh
sereeem”, Erni menjawab dengan nada tinggi.
Aku ikut
mendaftarkan diri sebagai bantara karena aku ngefans sama Kak Abi kakak
kelasku yang juga jadi bantara. Ujian SKU berhasil kutempuh dengan lancar
mungkin karena pengujinya Kak Abi jadi membuat semangat dan sekalian cari
perhatian alias modus. Sebelum libur semester kenaikan kelas kemarin telah
diumumkan syarat-syarat dan perlengkapan yang harus dibawa saat acara
pelantikan. Aku masih bingung pada satu hal yang harus di bawa yaitu disuruh
membawa air mineral 1 L merk ‘Takono’.
Teman-temanku juga bingung harus mencari kemana. Diam-diam aku tanya ke Kak Abi
lewat sms tetapi tidak dibalas-balas. Aku berpikir keras untuk memecahkan
teka-teki minuman itu. Terbesit di pikiranku ‘Takono’ itu adalah sebuah
kata dalam bahasa Jawa kalau dalam bahasa Indonesia artinya tidak ada. Akhirnya
aku membeli air mineral 1 L lalu label merknya ku lepas dari botol jadilah air
mineral ’Takono” versiku.
Hari
pelantikan telah tiba, hari sabtu malam ahad legi pukul 16:00 semua calon anggota
bantara harus berkumpul di lapangan sekolah. Tiga buah salak, tiga buah lilin
dan satu korek api kuserahkan ke panitia registrasi sebagai persyaratan.
Upacara pembukaan segera dimulai dan panitia menjelaskan semua prosesi.
Selepas
sholat isya, semua berkumpul di lapangan untuk makan malam dengan bekal yang
dibawa masing-masing berupa nasi golong 5 cm, tempe segitiga dan oseng-oseng
daun pepaya dibungkus karet warna hijau. Panitia mengecek satu per satu bekal.
Aku sangat khawatir karena ternyata yang kubawa malah oseng-oseng pepaya.
”Haduh
ibuku salah memasak, oseng-oseng dong kates kok malah oseng-oseng kates, kenapa
tadi sebelum berangkat tidak ku cek ya?” kataku dalam hati
Aku beruntung karena keadaan di lapangan tidak
terlalu terang membuat panitia tidak begitu awas pada bekal yang kubawa hanya
sepintas melihat ke arah bekalku namun kututupi dengan bungkusnya sehingga
hanya terlihat samar. Bekal itu harus dihabiskan dalam waktu lima menit kalau
tidak akan diberi hukuman. Waduw, dengan cepat dan lahap kuhabiskan bekalku
sampai-sampai ada yang tidak aku kunyah. Perutku rasanya penuh sekali membuat
aku mual ingin muntah. Semua peserta dipersilakan minum dengan minuman ”Takono”
yang sudah dibawa masing. Aku lihat teman-teman di sekitarada yang membawa
seperti versiku, ada yang merk Aqua, Aquaria, Total. Tiba-tiba Kak Abi selaku
ketua bantara mengagetkan semua yang di lapangan.
“Selamat
kepada peserta yang sudah membawa minuman yang benar, dan yang salah akan
diberi hukuman”. Kak Abi teriak menggunakan pengeras suara.
Aku kena
hukuman karena aku salah membawa, ternyata yang dimaksud merk “Takono” adalah
bertanyalah pada penjualnya, jadi mau dikasih merk apa saja boleh. Untung saja
yang kena hukuman tidak hanya aku. Hukumannya adalah menyanyikan lagu bintang
kecil dengan mengganti vokal menjadi ”i” semua. Semua yang ada
dilapangan tertawa terbahak-bahak. Cerita menyeramkan tentang pelantikan
bantara yang beredar belum terbukti hingga acara ini. Acara makan malam
berakhir menyenangkan, dilanjutkan acara renungan malam tentang pengorbanan
ibu. Suasana malam yang hening membuat pikiran terkenang akan memori tentang
ibu. Hampir semua peserta menangis tersedu-sedu. Tetapi ada yang membuatku
ingin tertawa, geli rasanya ketika yang lain menangis sambil memanggil ibu. Aku
mendengar salah seorang peserta putra memanggil bapak. Renungan malam berjalan
lancar dengan suasana mengharu biru. Semua peserta dipersilakan istirahat untuk
menyiapkan mental di puncak acara pelantikan bantara.
Tepat jam
12 malam pintu di dobrak oleh kakak panitia. Aku terkejut langsung terbangun.
Semua disuruh ke lapangan dengan memakai pakaian olahraga dalam waktu 5 menit.
Aku kebingungan mencari tas ranselku karena gelapnya kelas, panitia tak
mengizinkan untuk menyalakan lampu. Jantungku berdegup kencang, mungkinkah ini
malam penggojlokan itu? Aku berlari ke tengah lapangan di tengah gelapnya malam
melengkapi barisan yang belum rapi. Pelantikanpun dimulai, semua peserta dibuat
berpasang-pasang. Tugasnya adalah menemukan pasangan buah salak. Dimana salah
satu buah salak adalah sebuah pertanyaan dan yang satu lagi adalah jawabannya.
Buah salak telah disebar di kelas-kelas dan kamar mandi.
”Hai, aku
Yani dari Akuntansi 2” , salamku berkenalan.
Aku
berpasangan dengan Hesti anak jurusan Pemasaran 4. Kami belum kenal sebelumnya
karena berbeda jurusan. Aku terkejut karena mendapat giliran pertama. Kami
bergandengan tangan berjalan perlahan menuju ke kelas-kelas. Tiba-tiba didekat
tempat parkir muncul sesosok orang berpakaian serba hitam. Kamipun mengucapkan
salam seperti yang dijelaskan kakak-kakak panitia bantara. Sudah kami lewati
kelas demi kelas bagian bawah yang hanya diterangi lilin. Kami haru mencari
sebuah jawaban dari pertanyaan yang kami dapat yaitu ”Sebutkan bunyi dasadharma
pramuka yang ke tujuh?. Berbagai samaran hantupun telah kami lewati, mulai
dari kuntilanak yang berkeliaran di tangga menuju kelas, hingga pocong-pocong
yang berada didalam kelas.
Akhirnya
kami tiba di ruang kelas terakhir yang letaknya diujung lantai dua. Ruang kelas
No. 14 yang terkenal angker di sekolahku. Kami melihat sesosok pocong yang
kuketahui dia hanyalah kakak kelas kami yang menyamar. Kuperhatikan dengan
seksama ternyata itu adalah Kak Abi. Suasana yang tadinya membuat ku takut
merasa nyaman karena ada Kak Abi. Dengan sok tenang aku masuk ke dalam kelas
duluan padahal perasaan takut bercampur aduk. Terdengar gesekan jendela kelas
yang membuat aku semakin merinding. Hesti mulai menyusulku dari belakang dan
seketika pintu kelas tertutup. Kamipun berkomat-kamit mengucap Istighfar sambil
mencari salak.
”Hesti,
ini kelas terakhir pasti ada disini jawabannya”. Kataku ketakutan.
Benar
saja ternyata di laci bangku yang paling belakang kami berhasil menemukan salak
itu. Ketika kami berbalik dari bangku setelah mengambil salak kami kaget
ternyata sesosok putih dengan wajah menunduk tertutup rambut panjang sudah
berdiri di hadapan kami. Dengan keras kami berteriak ketakutan sampai akhirnya
kami berlari keluar kelas.
Dengan
senang kami tiba di pos akhir karena berhasil melaksanakan misi yang diberikan.
Hampir jam 4 pagi semua peserta berhasil menemukan pasangan buah salak. Peserta
putri banyak yang pingsan karena ketakutan. Aku merasa bangga dapat melewati
malam uji nyali itu. Setelah semua sudah berkumpul kembali dilanjutkan sholat
subuh. Upacara penutupan sudah disiapkan dan anggota bantara angkatanku resmi
dilantik.
Keesokan
paginya di sekolah, aku bercerita tentang pengalaman uji nyali semalam. Ternyata
ada yang mengaku bertemu kuntilanak sungguhan di ruang kelas. Bahkan ada yang
pingsan bertemu pocong-pocongan di depan kamar mandi. Pelantikan bantara memang
telah usai. Tetapi tanggung jawab akan selalu menanti. Semangat berorganisasi
bisa dimulai dari lingkup kecil yang kita bisa. Sebagai generasi muda memang
harus bertanggung jawab untuk terus berprestasi dengan jiwa kepemimpiman yang
mulai ditanam sedini mungkin. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan keceriaan,
ketegangan dan kebersamaan mewarnai acara pelantikan bantara.
Komentar
Posting Komentar